[4] Confession

3.1K 451 65
                                    

Gemerlap cahaya lampu malam terlihat jelas dari balik jendela kamar yang berembun. Gerimis masih mengguyur kota itu pertanda hujan deras baru saja berakhir.

Di balik jendela yang terkesan mewah itu, ada Jisu yang masih tertidur dengan pulasnya.

Keluarganya memutuskan untuk membawanya pulang sesaat setelah ia sadar. Namun kini gadis itu kembali tidur dengan selang infus di punggung tangannya walaupun ia kini tidak lagi berada di rumah sakit.

Mengingat bahwa Jisu adalah seorang tuan putri dan rumah adalah istana paling aman baginya.

Sementara di sudut kamar yang lain, Yeji duduk di atas kursi belajar milik Jisu. Ia tidak pernah meninggalkan gadis itu barang sebentarpun. Matanya tidak pernah berhenti menatap Jisu dari balik gelapnya ruangan seakan gadis itu akan hilang dalam hitungan menit.

Persetan dengan perkataan Soobin beberapa waktu silam. Bahkan Yeji dapat menang dari pria itu tanpa melakukan apapun.

Tapi bukan itu yang Yeji inginkan.

Kebahagiaan Jisu, kenyataan bahwa itu menyakitkan baginya atau tidak. Yeji akan berusaha sekuat tenaga untuk itu.

Jisu bergerak dengan tidak nyaman dalam tidurnya, gadis itu membuka sedikit matanya dan Yeji adalah orang pertama yang ia lihat malam itu, "Yeji?"

Yeji bangkit dari duduknya sesaat setelah menyadari Jisu yang terbangun dari tidurnya. Dengan langkah yang hati-hati gadis itu mendekati ranjang besar milik Jisu lalu berdiri di sampingnya.

"Kebangun lagi? masih ngerasa sakit?" Jisu menggeleng lemah sementara telapak tangan Yeji kini bertengger pada dahinya, memberi usapan lembut disana sekadar untuk menenangkan gadis itu.

"Nggak," Jisu masih berusaha untuk bangun namun perlakuan Yeji membuatnya mengurungkan niat sehingga ia kembali memejamkan kedua matanya. 

Udara malam itu terasa dingin, namun Yeji dapat merasakan kehangatan hanya dengan berada bersama dengan Jisu.

"Kenapa belum pulang?" Suara paraunya bertanya dengan serak. Jisu terlihat seperti seseorang yang sedang meracau dalam tidur. 

"Belum mau pulang," Yeji duduk di tepi ranjang, tepat di sebelah kepala Jisu. Gadis bermata sipit itu bersandar pada kepala ranjang sehingga sumber cahaya yang berasal dari lampu tidur Jisu kini terhalang sempurna oleh tubuhnya.

"Yeji..."

"Hm?"

"Kenapa kemarin gak jemput?" Yeji mengangkat alisnya, gadis itu berhenti memberi usapan pada dahi Jisu lalu mulai berpikir. 

Suasana menjadi hening dalam beberapa detik sebelum Yeji kembali melanjutkan, "gua... gamau ganggu lu sama Soobin," Yeji berkata seakan ia sedang berbisik. Sementara Jisu mengangguk pelan sebagai respon, entah gadis itu dengar atau tidak.

Yeji tersenyum miris, ia melipat salah satu kakinya ke atas ranjang kemudian memeluknya dengan kedua tangan. Gadis itu tidak pernah menyadari bahwa hal kecil yang terjadi belakangan ini membuat hatinya terasa sangat sesak. 

Ditambah dengan pengakuannya pada diri sendiri bahwa ia menyukai Jisu. Rasanya Yeji ingin mengubur diri sendiri malam itu. "Lu sama Soobin keliatan cocok, kok."

Keadaan kembali menjadi hening, Jisu akhirnya tidak lagi memberi respon. Yeji tahu bahwa gadis bermarga Choi itu sudah kembali tertidur namun ia sendiri tidak mau berhenti untuk melanjutkan, "Bertahun-tahun, gua gapernah ngerasain hal kaya gini."

Ia menolehkan kepalanya pada Jisu, memastikan bahwa gadis itu sudah benar-benar tertidur, "rasanya kayak, gua mau terus jatuh walaupun gua udah nyentuh tanah."

Guardian Angel ; yejisu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang