Setelah kejadian itu, akhirnya geng motor pergi. Mereka mungkin merasa puas karena telah mendapatkan dua korban. Untung saja Pak satpam dan para guru tidak melaporkan pada polisi, jika melapor mungkin urusannya akan sangat rumit.
Rey dan Firli yang daritadi hanya melihat, mereka segera beranjak ketika melihat Bestari tak sadarkan diri. Rey segera melepaskan Bestari dari Bara segera membawa Bestari ke UKS dan Bara dibantu oleh Pak satpam.
Bara terluka parah. Ia sekarang tak sadarkan diri. Hidung dan bibirnya mengeluarkan darah, diwajahnya terlihat lebam yang sangat banyak, juga telapak tangan kirinya yang terluka.
Sementara itu, Bestari masih tak sadarkan diri. Ia pingsan akibat syok dan pukulan keras yang menimpa kepalanya.
Rey dan Firli masih menunggu Bestari hingga sadar. Tetapi Bu Ani segera menyuruh mereka untuk segera kembali ke kelasnya masing-masing. Bu Ani tidak mau merepotkan mereka sehingga harus meninggalkan pelajaran mereka.
"Rey, Firli, sebaiknya kalian pergi ke kelas masing-masing. Biar ibu yang jaga Bestari dan Bara disini, ibu sedang tidak ada kegiatan mengajar di jam ini."
"Tapi Bu ... " Keluh Rey dan Firli bersama
"Sudah! Tidak ada tapi tapian! Lagian disini juga ada ibu dan petugas PMR yang mengawasi Bestari dan Bara. Kalian pergi saja ke kelas dan lanjutkan aktivitas belajar kalian."
"Bu, ayolah! Rey mohon."
"Rey sudah! Pergi ke kelas!" Bentak Bu Ani
Akhirnya Rey dan Firli pergi ke kelasnya masing-masing dengan kekhawatiran mereka.
Bara yang terbaring, sudah selesai diobati. Kini Bestari mulai sadarkan diri.
"Bara!" Ucapnya sambil terbangun
"Bestari akhirnya kamu sadar"
"Bu, Bara dimana Bu?" Tanyanya khawatir
"Sudah, sudah. Istirahatkan dulu dirimu. Bara ada di sebelahmu."
Mendengar itu, Bestari langsung beranjak meninggalkan kasurnya dan membuka tirai penyekat ruangan. Dan benar, ada Bara yang sedang terbaring dengan lukanya yang sudah diobati. Telapak tangan kirinya diperban, ujung bibirnya diberi plester luka, dan wajahnya dikompres dengan air es.
Bestari duduk dikursi di samping Bara, menunggunya hingga sadar. Bu Ani hanya melihat Bestari yang sangat tulus menjalankan tugas yang diberikan oleh dirinya dan pak Hamdi. Bu Ani menjadi tidak tega dengan Bestari, jika Bestari terus menerus dengan Bara, Bu Ani takut jika nantinya Bestari akan terluka.
Bu Ani mendekat menghampiri Bestari, lalu duduk disampingnya.
"Bestari"
"Iya Bu?"
"Bagaimana ya? Ibu merasa tidak tega melihat kamu ikut terluka seperti ini demi mengawasi Bara."
"Tidak apa-apa Bu. Bagi Bestari, ini adalah suatu tugas yang sangat besar dan Bestari harus menaklukkannya."
"Bestari, ibu benar-benar tidak bisa lagi berbuat apa-apa denganmu. Kamu sangat tulus, sangat baik. Tetapi, jika suatu hari nanti kamu merasa lelah akan Bara yang tidak berubah, maka sudahi lah tugasmu sampai disana. Tetapi ibu berharap Bara bisa berubah."
"Amin paling serius, Bu."
"Aamiin."
"Tapi Bu, bagaimana dengan keluarga Bara? Bestari lupa menanyakan. Bagaimana jika keluarganya atau orang tuanya keberatan kalau Bestari selalu mengawasi Bara dan menjadi pembimbing Bara?"
"Ah masalah itu. Ibu juga lupa memberitahu kamu. Orang tua Bara itu super sibuk. Mereka bekerja dalam satu perusahaan, milik ayahnya Bara. Bara adalah anak satu-satunya. Saking sibuknya, mereka kewalahan menghadapi sikap Bara yang kamu tahu sendiri bagaimana sikapnya. Sudah berapa kali orang tua Bara dipanggil ke sekolah, mungkin kamu tidak mengetahuinya. Orang tuanya sudah berusaha dengan segala cara agar bisa membuat Bara berubah, alhasil Bara malah makin semakin liar dan selalu ikut balapan. Ya makanya tadi Bara diserang geng motor. Entah apa masalahnya yang jelas itu karena dia suka balapan liar."
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
Teen FictionBerawal dari sebuah persetujuan, membawa kita melangkah terlalu jauh.