Malam hari, Bara kembali membuka buku-bukunya diruang tengah rumahnya, dan kembali mengulang pelajaran yang diajarkan oleh Bestari, agar ia semakin paham dan bisa. Bi Asri menghampiri Bara "Ini benar benar Den Bara kan? Bibi tidak salah lihat?" Ucap Bi Asri sambil mengucek kedua matanya."Ini Bara Bi. Abis siapa lagi yang ganteng dirumah ini selain Bara?" Balasnya dengan senyum usil
"Ih Den Bara bisa saja. Iya lah yang paling ganteng disini cuman Den Bara. Tapi bibi aneh saja, Den Bara rajin-rajin belajar gini, padahal besok kan libur."
"Ya justru itu Bi, karena besok libur Bara gak bakal belajar Bi."
"Loh kenapa Den?"
"Ya kan libur, ya Bara mau main bukan belajar."
"Yowes, kalau begitu. Dilanjut ya belajarnya? Atau mau Bibi bikinkan apa gitu?"
"Nggak usah Bi, nanti kalau lapar Bara bisa ke dapur sendiri."
"Ya sudah, bibi tinggal dulu."
"Iya."
Sementara itu, Bestari kini sedang membaca buku di kamarnya. Niatnya, malam ini ia akan habiskan dua buku. Bukan buku novel, bukan buku cerpen, bukan juga buku fiksi atau non-fiksi. Tapi buku filsafat dunia. Buku itu tebal-tebal, ia sengaja agar menghabiskannya malam ini. Karena besok libur, ia ingin segera membeli buku yang baru.Pintu kamar Bestari terbuka sedikit, ayahnya tak sengaja melihat Bestari yang sedang membaca buku dimeja belajar, di kamarnya. Kelihatannya sedang fokus dan serius, sehingga tidak menoleh sedikitpun ketika ayahnya menutup pintu kamarnya.
Lalu tiba sebuah pikiran dibenak ayahnya, "Apa aku salah jika terlalu memaksakan Bestari untuk jadi seperti kakaknya? Tapi ini demi kebaikan dia juga. Aku tak ingin hidupnya sia-sia, aku ingin dia mengikuti jejak kakaknya." Ucap ayahnya dalam hati, lalu pergi dari depan pintu kamar Bestari.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Bestari masih asyik membaca buku tanpa pindah tempat. Ia masih membaca dimeja belajarnya. Semakin lama, semakin terus-menerus ia membaca tanpa henti. Bahkan ada pesan masuk pun tidak ia buka samasekali apalagi membacanya. Ah, Bestari seperti difokuskan pada satu titik ketika ia sedang membaca. Bestari seperti pembaca dalam sistem kebut semalam.
Tepat jam 11 malam, Bestari sudah selesai membaca 1 buku. Ada 1 buku lagi yang belum terbaca, halamannya tebal, bukan tebal lagi, ini benar-benar tebal! Ketika hendak membaca buku yang satunya lagi, Bestari pindah posisi. Ia memilih membaca di kasurnya sambil duduk. Ketika itu, ia melihat hp yang berada di kasurnya. Bestari membuka HP-nya, kemudian banyak pesan masuk dari Rey, dan salah satunya adalah
Rey Nugroho: Best, besok bisa ketemu?Bestari kemudian membalasnya.
Bestari: Ketemu dimana? Mau apa?Tak lama, Rey segera membalasnya, walaupun sudah malam.
Rey Nugroho: di kedai kopi dekat toko lukisan, jam 10 pagi. Kamu tahu kan tempatnya? ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu.Sesuatu? Sebuah pertanyaan muncul dibenak Bestari. Sesuatu tentang apa?
Bestari: Memangnya gak bisa lewat chat?
Rey Nugroho: Nggak Best. Ini penting, lebih dari penting.
Bestari: Oke.
Rey Nugroho: Mau ku jemput?
Bestari: Nggak usah repot-repot, aku bisa sendiri Rey.Sesuatu penting? Bestari mulai dibuat berpikir keras oleh Rey. Bestari tak kunjung mengerti apa maksud Rey.
Apa yang akan Rey bicarakan dengan Bestari?°•°•°•°
Bestari tidak melanjutkan membacanya, ia rasa ia harus istirahat. Ia bisa membacanya esok hari, setelah menemui Rey dan setelah itu ia membeli buku baru. Sementara Bara, ia ketiduran. Buku-buku berserakan di meja, ia terlihat seperti kelelahan. Mungkin tidak biasanya Bara seperti ini, ya jadi begini kalau tidak terbiasa.
Papa dan Mama Bara pulang sekitar pukul setengah 12 malam. Malam sekali ya? Ya sudah biasa, mereka selalu mengebut pekerjaannya hingga larut malam karena besok mereka juga libur.
Ketika mereka masuk, mereka dikagetkan dengan buku yang berserakan dimeja, dan dilantai. Ada apa? Ketika mereka masuk lagi, mereka melihat Bara sedang tertidur di sofa sambil memegang buku yang ditaruh di dadanya.
"Bara?" Papanya tak percaya
"Itu benar Bara pah! Bara kembali secara perlahan." Ucap mamanya
Mamanya menghampiri Bara, ia melepaskan buku yang dipegang oleh Bara. Ternyata buku pelajaran. Dan semua buku yang berserakan ini adalah buku pelajaran. Bara belajar. Mama dan papanya tidak menyangka, tetapi mereka mulai mempercayai nya.
Mamanya yang terlihat capek itu, langsung membereskan buku-buku yang berserakan itu tanpa merasa lelah. Mamanya terlihat sangat senang, ketika anaknya mulai merubah dirinya. Begitu juga dengan papanya, yang membantu membereskan buku-buku anaknya. Ah kini Bara mulai beranjak melangkah menuju sesuatu yang baru bersama Bestari.
°•°•°•°
Update terakhir di tahun 2019. Selamat membaca dan selamat tahun baru 2020 :)
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
Teen FictionBerawal dari sebuah persetujuan, membawa kita melangkah terlalu jauh.