Live and Learn

30 10 1
                                    

Bara dengan serius mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya didalam kelas. Ada Pak Usman, guru matematika yang sedang menuliskan materinya dipapan tulis. Bara diam dan memperhatikannya dengan sangat serius. Teman-teman kelasnya keanehan melihat Bara yang jauh berbeda 180° dari sebelumnya.

"Gila! Kesambet apaan tuh si Bara!" Bisik salah satu teman kelas Bara yang duduk dibelakang.

"Dia udah tobat kali!" Bisik yang lainnya

"Demi apa?! Gue gak nyangka. Akhirnya dia dapet ilham!" Gumam Alinda yang duduk dikursi paling depan, sambil menengok ke arah Bara.

"Bara! Lo sadar kan? Ini gak main main kan?" Gumam Gino teman yang mau duduk sebangku dengan Bara. Ya walaupun mereka tidak dekat dan Bara tidak menganggapnya sebagai teman, tapi ada Gino yang mau tetap sebangku dengan Bara.

"Bara! Lo denger gue kan?!" Lanjut Gino

"WOY! BARA! LO KESAMBET APAAN?!" Gino mulai berteriak. Pak Usman yang sedang menulis dipapan tulis, segera membalikkan badannya. Matanya tertuju pada Gino, sepertinya Pak Usman akan marah!

"Gino! Sedang apa kamu?!" Bentak Pak Usman sambil memelototinya

"Anu pak ... Ini .. " Gino angat gugup. Bara hanya melihat ke arah papan tulis, ia mencatat materi yang ditulis Pak Usman tanpa menghiraukan Gino yang duduk disebelahnya itu sedang dimarahi Pak Usman.

"Anu anu! Jangan buat gaduh! Sekali lagi kamu begitu, bapa keluarkan kamu dari kelas ini!"

"Iya Pak maaf." Ucap Gino

Pak Usman kembali melanjutkan untuk menulis materinya. Semua orang yang ada dikelas tertuju pada bangku Gino dan Bara. Aneh, hari ini benar-benar aneh. Lalu mereka kembali memperhatikan Pak Usman disaat Pak Usman menjelaskan materinya.

                            °•°•°•°

Sudah pukul jam empat sore, Bestari tidak melihat jejak Bara. Apakah Bara sekolah? Pikir Bestari. Ia kini segera pergi menuju kelas Bara, hari-harinya kini dipenuhi dengan sesuatu yang berkaitan dengan Bara.

Saat Bestari sampai didepan kelas Bara, Bara baru keluar dikelasnya dan melihat Bestari tepat dihadapannya.

"Bara!" Serunya

Bara langsung pergi meninggalkan kelasnya, Bestari mengikutinya.

"Mau kemana?" Tanya Bestari

"Mau tau?"

"Mau kemana?" Tegasnya sekali lagi

"Perpustakaan."

"Hah? Perpustakaan?!!" Bestari terkejut

Bara melangkah maju dan Bestari mengikutinya dari belakang.
Sampai di perpustakaan, Bara mencari semua buku mata pelajaran kelas 12.

"Bara kamu ngapain?" Tanya Bestari heran

"Nyari buku." Balasnya sambil terus mencari buku

"Buat apa?"

"Buat apa?" Bara balik menanyakan

"Pernyataan yang gak seharusnya ditanyakan." Lanjut Bara

"Bara? Belajar?" Tanya Bestari

"Itu mau ku."

Demi apa? Si Biang Kerok kini mulai belajar? Mulai mencari buku di perpus? Seriously! Bara mulai belajar memahami dan mengerti sekarang. Bara meminta Bestari untuk mengajarkannya, agar Bara menjadi bisa dan mengerti. Bestari  bahagia, sangat bahagia.

"Bestari. Kita mulai satu-satu ya?"

"Mulai dari yang mana?" Tanyanya sambil tersenyum bahagia menatap Bara

"Dari yang mudah sampai yang tersulit."

"Nggak ada yang sulit Bara. Semuanya mudah, asal kita sungguh-sungguh."

"Kalo gitu, dari yang mudah sampai yang paling mudah."

"Nah, itu baru benar." Bestari tersenyum bahagia begitupun dengan Bara.

Mereka menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah sampai pukul lima sore. Bestari mulai mengajarkan Bara dan mengulas kembali pelajaran yang sudah Bara lewati sedikit-sedikit.

"Nah jadi, kalo kamu mau ngerjain itu harus hafal dulu rumusnya, biar gampang. Sekarang kamu udh tau kan caranya? Tinggal hafalkan rumusnya berarti. Ini rumus yang harus kamu hafalin, aku kasih tanda ya?" Ujar Bestari sambil menandai rumus-rumus yang harus Bara hafalkan di bukunya. Tetapi, Bara sama sekali tidak mendengarkan, ia malah melihat dan menatap wajah Bestari tanpa henti. Saat melihat wajahnya, hatinya terasa nyaman.

"Bara?"

"Bara ngerti nggak?"

"Bara?"

"Bara!" Teriak Bestari menghentikan Bara yang sedang menatapnya.

"Apa gimana?" Bara kebingungan

"Ya ampun Bara!!" Ketus Bestari sambil mencubit tangan Bara

"Sakit Bestari." Ucapnya sambil tersenyum usil

"Kamu sih! Nggak merhatiin!"

"Aku merhatiin kamu dari tadi."

"Bara!!!" Ketusnya lagi.

Ketika itu Bestari melihat tangan kiri Bara yang sudah tidak berbalut perban. Kenapa dibuka? Padahal lukanya belum sembuh.

Bestari segera memegang tangan kiri Bara dan melihatnya.

"Kenapa perbannya dilepas?"

"Aku nggak butuh itu."

"Tanganmu belum sembuh."

"Nanti juga sembuh"

"Bara, tunggu disini. Aku mau ambil sesuatu." Ucap Bestari sambil beranjak ke suatu tempat

"Bestari! Tunggu! Mau kemana?"

Bestari kini ke ruang UKS mengambil perban dan plester nya. Lalu kembali lagi ke perpustakaan.

"Darimana?" Tanya Bara

"Mana tanganmu?"

Bara menyodorkan tangannya.

"Jangan bergerak." Ucap Bestari yang kemudian mulai membaluti tangan Bara dengan perban.

Bara hanya diam, melihat Bestari yang semakin tulus menjalankan tugasnya.

"Nah! Sudah selesai. Jangan dibuka lagi ya."

"Berbakat juga kamu."

"Berbakat dalam hal?" Tanya Bestari

"Mengobati lukaku. Hahaha." Balas Bara sambil tertawa.

"Ish!" Ketus Bestari
             

Kemudian setelah itu, mereka pulang dengan menggunakan motornya masing-masing. Dan besok adalah hari libur. Apa yang akan mereka lakukan?

                     
°•°•°•°
                  

Terus pantengin kelanjutannya ya teman-teman!

BESTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang