Bara pulang ke rumahnya. Ia kecewa dan menyesal telah datang ke sekolah. Sesampainya dirumah, ia membanting kan tasnya, menaiki tangga menuju kamarnya.
"Loh, den Bara sudah pulang?" Tanya Bi Asri
Bara tidak menjawabnya, ia terus menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Setelah di kamarnya, Bara membanting kan semua benda yang ada di kamarnya. Suara bantingan itu terdengar sampai ke telinga Bi Asri. Bi Asri tidak tahu apa yang telah terjadi pada Bara, Bi Asri ingin memastikan kalau Bara tidak kenapa-kenapa. Namun, ketika Bi Asri sudah berada didepan pintu kamar Bara, Bi Asri mendengarkan suara Bara yang sedang berbicara lewat telepon dengan seseorang.
"Pokoknya malam ini gue tunggu lo di Jl. Merpati tempat biasa kita balapan. Kalo lo nggak dateng, liat aja pembalasan gue yang bakal lebih parah dari kemarin."
Suara Arga dari telepon"Jl. Merpati? Gue bakal kesana! Gue gak takut sama pengecut kaya lo!"
Setelah mendengar hal itu, Bi Asri langsung mengetuk pintu kamar Bara.
Tok tok tok
"Den Bara nggak kenapa-kenapa kan?"
"Nggak Bi" sahut Bara tanpa membuka pintu kamarnya
"Yowes kalau begitu, kalau ada apa-apa panggil bibi ya?"
"Iya."
°•°•°
Bara mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Arga si pemberontak itu. Sebenarnya luka ditangan Bara belum sembuh, tetapi ia memaksakan untuk membuka perbannya dan tidak memperdulikan wajahnya yang masih terlihat lebam. Hari ini Bara akan melampiaskan kekecewaannya pada aksinya yang liar, balapan.
Sementara itu, Bestari berharap bel pulang segera berbunyi, ia ingin segara mendatangi Bara ke rumahnya. Satu pikiran muncul dibenaknya, motor? Bestari tidak membawa motor hari ini karena niatnya yang akan pulang bersama Rey. Tetapi, disaat kondisi yang genting seperti ini, bagaimana bisa Bestari pulang bersama Rey? Bestari tidak ingin itu terjadi. Ia memilih untuk menaiki taksi atau angkutan umum.
Pukul lima sore, Bara meninggalkan rumahnya. Memakai kaos putih yang dibalut jaket levis berwarna biru, memakai celana jeans panjang yang sedikit agak robek di bagian lutut. Bara akan menuju ke tempat yang ia tuju. Bara tidak berkata sedikitpun pada Bi Asri ia akan kemana. Bi Asri khawatir akan terjadi sesuatu pada Bara, jika Bara benar-benar pergi ke Jalan itu.
Kini semua siswa dan siswi SMA Cendrawasih, sudah pulang. Bestari segera mencari angkutan umum untuk dia tumpangi menuju rumah Bara. Rey yang sedang mengemudikan motornya, berhenti dekat Bestari.
"Best? pulang bareng sama aku aja." Kata Rey sambil membuka kaca helm nya.
Bestari menoleh, "Nggak, lain kali aja Rey."
"Lain kali itu kapan Best?"
"Ketika sudah waktunya."
Angkutan umum sudah berhenti didepan Bestari, Bestari segera menaiki dan meninggalkan Rey.
Bestari tak sabar ingin segera sampai, ia ingin menjelaskan semuanya pada Bara. Kenapa ia harus menjelaskan? Bahkan ia tidak tahu Bara pergi karena hal apa. Karena rasa bersalahnya pada Bara, Bestari harus menjelaskannya.
Bestari kini sampai dirumah Bara. Ia segera menekan bel rumah Bara. Bi Asri membukakan pintu untuk Bestari.
"Bi? Ada Bara?" Tanya Bestari
"Eh, gadis cantik! Mau masuk dulu? Soalnya den Bara sedang tidak ada dirumah. Baru saja keluar, bibi juga khawatir, soalnya tadi sepulang sekolah den Bara terlihat marah sampai membanting kan sesuatu yang ada di kamarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
Teen FictionBerawal dari sebuah persetujuan, membawa kita melangkah terlalu jauh.