Tidak terasa pelajaran sudah dimulai, dan kini bel istirahat sudah berbunyi. Semua orang keluar dari kelasnya, tidak dengan Bestari. Ia memilih untuk diam dikelas, Firli sudah mengajaknya, tetapi Bestari ingin sendiri.
Di kantin ramai sekali, Rey dan teman-teman sedang makan siang di kantin. Namun, Rey mendengar sesuatu yang membuatnya langsung tertuju pada hal itu.
Nesya dan teman-temannya sedang membicarakan Bestari. Mereka menceritakan Bestari, yang menangis semalaman karena terlihat dari matanya yang sembab. Mereka menggosipkan Bestari bahwa Bestari menangisi seseorang. Itu semua terdengar oleh Rey yang meja makannya berdekatan dengan mereka.Rey segera menghampiri mereka, dan bertanya "Dimana Bestari?"
Nesya dan teman-temannya sedikit kaget, ternyata yang mereka gosipkan terdengar sampai ke telinga Rey.
"Di kelas" jawab Nesya singkat
Rey segera berjalan menuju ke kelas 12-1, kelas Bestari. Rey melihat di jendela, ternyata benar ada Bestari dikelasnya. Dia sedang bersandar di kursinya dan mukanya ditutupi oleh buku.
Rey masuk ke kelas Bestari dan menghampirinya. "Bestari" panggil Rey
Bestari membuka buku yang menutupi mukanya, dan terlihatlah matanya yang sembab itu.
"Eh Rey."
"Kenapa matamu?"
"Memangnya kenapa mataku?"
"Bestari, ayo kita bicara!" Ajak Rey sambil memegang tangan Bestari, mengajaknya ke suatu tempat untuk bicara.
"Rey! Mau kemana?"
"Taman!"
Mereka kini sedang berada di taman sekolah, mereka saling berhadapan dan saling menatap. Tatapan Rey menunjukkan banyak pertanyaan.
"Kenapa Rey?"
"Harusnya aku yang tanya begitu. Kamu kenapa?" Balas Rey
"Nggak apa-apa. Soal mataku? Aku menangis semalaman, karena moodku sedang buruk kemarin."
"Kenapa bisa ? Aku liat kamu baik-baik aja kemarin. Kamu nangis disaat pulang dari rumah Bara kan?"
"Memang benar."
"Bara ngelakuin apa sama kamu?!" Nada bicara Rey meninggi
"Dia kan yang udah bikin kamu nangis?"
"Apa jangan-jangan kamu suka sama dia?!"
"Jawab Best!"
"INI SEMUA GARA-GARA BARA KAN?! BARA YANG UDAH BIKIN KAMU KAYA GINI?!"
"Cukup Rey! Cukup menyalahkan Bara! Bara nggak salah apa-apa. Disini aku yang salah. Aku salah karena aku nggak bisa banggain ayah aku. Aku ngerasa kalo perjuangan aku sampai saat ini sia-sia dimata ayah aku. Nggak tau kenapa, ayah aku selalu bangga sama prestasi kakak ku, tanpa melihat prestasiku. Kurang apalagi? Aku sudah meluapkan semuanya. Bara nggak salah, aku ... aku yang salah!!" Bestari tak kuasa menahan air matanya, ia menangis, air matanya terus mengalir diiringi dengan suara tangisnya. Ia meluapkan semua tangisnya yang ia tahan. Ia menangis, terus menangis.
Rey merasa bersalah, ia terlalu memaksakan Bestari untuk menjawab pertanyaannya. Rey merasa dirinya bukan Rey yang dulu, Rey yang selalu membuat Bestari tersenyum bahagia, bukan menangis. Tanpa aba-aba, Rey memeluk Bestari yang menangis. Ia mengelus kepalanya, dan berkata "Maaf, Maafkan aku. Maafkan aku Bestari."
Bestari semakin menangis, ia menangis pada pelukan Rey dan membasahi baju Rey. Bestari memejamkan matanya, berusaha melupakan semua kesedihannya.
Tak disangka, pada saat Rey memeluk Bestari, dan Bestari berada di pelukan Rey, Bara tiba-tiba muncul entah darimana datangnya. Bara seperti melihat sesuatu yang tak seharusnya ia lihat disaat yang seperti ini. Hatinya semakin tak menentu, ia ingin sekali marah, tapi untuk apa? Bestari bukan siapa-siapa nya. Bara melihat Bestari yang menangis pada pelukan Rey, Bara merasa hatinya tak menerima kejadian ini. Lalu, Bestari membuka matanya dan melihat seseorang didepannya. "Bara?!"
Bestari segera melepaskan pelukan Rey padanya. Berlari ke arah Bara, tetapi Bara malah meninggalkan Bestari. Bestari mengejar Bara, Rey melihat Bara yang meninggalkan dan Bestari yang mengejar.
"Bara!!! Tunggu!!!" Teriak Bestari sambil mengusap air matanya, berharap tak menangis lagi.
"Bara!! Tunggu!!!"
"Bara!!!"
"Bara!! Tolong berhenti!!!"
Bestari berlari mengejar Bara dengan berteriak memanggil namanya. Bara mempercepat langkahnya, ia tak ingin berhadapan dengan Bestari.
"BARAA!!!" Teriak Bestari yang mulai berhenti mengejar.
"Bara hentikan langkahmu!!"
Percuma. Semuanya sia-sia. Bara tidak menghentikan langkahnya dan tidak menoleh sedikit pun pada Bestari. Jarak mereka kini tertinggal jauh. Bestari merasa kecewa, kenapa ia menghentikan langkahnya untuk mengejar? Ia merasa bersalah pada Bara, karena Bara telah melihatnya berada di pelukan Rey.
Tiba-tiba Firli datang menemui Bestari yang terlihat sedang berdiri berhenti mengejar Bara.
"Best!" Firli menepuk pundaknya
"Fi, Bara Fi!!"
"Baru aja aku mau ngomong itu. Bara hari ini sekolah, dia maksain sekolah biar bisa belajar sama kamu. Dia tadi ke kelas nanyain kamu, dan bilang gitu."
"Terus kamu jawab apa?!"
"Aku jawab, tadi Bestari ada dikelas sendirian. Tapi karena kamu nggak ada, aku bilang coba aja cari ke perpus atau ke taman."
Bestari langsung pergi meninggalkan Firli, menuju kelas Bara. Ia merasa sangat bersalah, sangat bersalah sekali. Tetapi, ia tidak tahu bersalah karena apa. Yang jelas sejak kejadian tadi itu, rasa bersalah muncul menghantui pikiran Bestari.
Sampai didepan kelas Bara, Bestari melihat tidak ada Bara dikelasnya, tasnya pun tidak ada. Lalu ada seseorang memberitahunya
"Nyari Bara?" Tanya salah seorang teman sekelas Bara
"Iya. Bara dimana ya?"
"Baru aja dia pulang."
"Pulang?!"
"Iya."
Bestari pergi meninggalkan kelas Bara, seketika ia ingin menyusul Bara langsung ke rumahnya. Tetapi, bel masuk sudah berbunyi. Ia tidak bisa pergi ke rumah Bara sekarang juga.
°•°•°•°
*Nantikan kelanjutannya ya guys! Jangan lupa vote and coment!! Thxu!
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
Novela JuvenilBerawal dari sebuah persetujuan, membawa kita melangkah terlalu jauh.