Rahasia

30 14 2
                                    

Di pagi yang cerah ini, Bestari sudah siap untuk berangkat sekolah. Ia menyempatkan untuk sarapan bersama ibu dan ayahnya. Ayahnya tidak menanyakan hal apapun padanya. Ayahnya lalu beranjak pergi, dan setelah itu giliran Bestari yang pergi.

Bestari berangkat menggunakan motornya. Urusan pulang bareng dengan Rey, ia bisa melakukannya lain kali, diwaktu yang tepat.

Bara hari ini berangkat sekolah. Tadinya ia akan diantar oleh supirnya, tetapi ia menolak. Ia memilih untuk mengendarai motornya sendiri.

°•°•°•°

Bara dan Bestari kini mereka berada didalam kelasnya masing-masing. Wajah Bara yang memiliki memar kini berkurang, ya masih tampak sedikit. Tangannya yang terluka kini tidak dibaluti perban karena ia melepaskannya kemarin. Teman-teman nya tidak menghiraukan Bara, mereka sudah terbiasa dengan Bara yang terluka seperti itu.

Sementara Bestari, teman-temannya tak henti menggosipkan Bestari. Namun, ada satu sosok yang mencurigakan baginya, padahal mereka sudah sekelas dalam 3 tahun ini. Tetapi mengapa Bestari mencurigainya? Bestari merasa orang itu jadi pendiam, seperti ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan tapi ia sembunyikan. Kenapa?

Bestari duduk di bangkunya, dan orang itu duduk dibangku yang bersebelahan dengan Bestari. Ya, mereka duduk dengan bangku yang bersebelahan.
Orang itu menghampiri Bestari, sambil berkata "Bestari? Boleh aku bicara?" Tanyanya

"Boleh. Jangan sungkan-sungkan."

"Tapi tidak sekarang, aku perlu kita bicara berdua."

"Berdua?"

"Iya."

"Bicara tentang apa?" Bestari semakin penasaran

"Rahasia." Orang itu kembali duduk.

Rahasia? Gumam Bestari dalam hati

"Ada apa Best?" Tanya Firli memastikan

"Nggak Fi. Ada sesuatu yang harus dia bicarakan sama aku."

"Rahasia?"

"Katanya sih begitu."

°•°•°•°

Ketika jam pelajaran sudah selesai, Bestari dan orang itu menunggu kelas kosong dan sepi, membiarkan mereka keluar kelas untuk istirahat.

Kini kondisi sudah benar-benar sepi dan aman. Orang itu mulai beranjak dari bangkunya, duduk dibangku Bestari.

"Bestari," panggilnya

"Jadi apa rahasianya?"

"Ini sangat rahasia. Jangan sampai ada satu orangpun yang tau."

"Sepertinya sangat rahasia, sampai tidak boleh ada seorangpun yang tau. Ini tergantung kamu, mau menceritakannya atau tidak yang jelas aku tidak ingin memegang rahasia, tanggung jawabnya besar."

"Bestari aku mohon, ini sangat penting. Ini ada kaitannya denganmu."

"Ada kaitannya denganku?" Tanyanya semakin curiga dan penasaran

"Aku mempercayaimu, terserah kamu mau menjaga rahasia ini atau tidak, yang jelas aku harus menceritakan semuanya. Dan jika kamu memberitahu cerita ini pada orang lain, maka jangan sebutkan namaku."

"Kalo begitu, ayo ceritakan Silwa."

Ya! Nama orang itu adalah Silwa. Silwa Faramitha. Seorang yang dicurigai oleh Bestari, kini mulai menceritakan sebuah rahasia.

"Dulu, aku adalah teman dekat Citra Anandisa. Seorang perempuan dari masa lalu Bara yang kamu ceritakan waktu itu pada Firli."

"Bara? Citra?! Kamu teman dekatnya?!" Beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Bestari dengan wajah terkejut tak percaya.

"Ya. Aku kenal mereka, termasuk Arga. Aku adalah teman dekat Citra, tetapi aku tidak termasuk dalam persahabatan mereka. Citra, Bara, dan Arga, mereka bertiga bersahabat sejak lama. Saat mereka SMP, mereka satu sekolah. Dan saat beranjak SMA mereka memilih untuk bersekolah disekolah yang berbeda. Semakin lama mereka bersahabat, semakin muncul perasaan lebih dari sahabat. Bara dan Arga mencintai Citra, mereka mencintai satu perempuan yang sama."

"Mencintai perempuan yang sama? Lalu siapa yang Citra pilih?" Tanya Bestari penasaran.

"Citra memilih Arga. Padahal yang lebih dulu mengungkapkan perasaan pada Citra adalah Bara. Tapi Citra menolak Bara, dengan alasan ia tidak mau persahabatannya hancur. Padahal sebenarnya Citra jatuh cinta pada Bara. Citra tidak mau Arga menjadi benci terhadap Bara. Karena sifatnya yang emosian dan nekat, membuat Citra harus menerima Arga, ia takut jika Arga melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Dengan begitu, Citra harus terpaksa melupakan cintanya pada Bara."

"Dan setelah itu bagaimana persahabatan mereka?"

"Tentu persahabatan mereka jadi hancur. Arga dan Bara saling berkelahi, saling meneriaki, saling memaki. Emosi Arga yang selalu melonjak tak tertahan, membuat ia berkata kasar pada Citra. Citra pada saat itu menyadari, ia menyesal menerima Arga, ia pikir Arga bisa berubah, tetapi kenyataannya tidak. Sejak saat itu, Citra memutuskan untuk meninggalkan Arga. Citra tak lagi berhubungan dengan Arga maupun Bara. Padahal Citra tahu, bahwa hatinya ingin sekali bersama Bara. Pada saat pertama kali mereka beranjak naik kelas 12, masa-masa terakhir saat SMA, Citra pindah rumah, entah kemana, dia seperti hilang tak ada kabar sedikitpun."

"Bahkan tidak memberitahu mu?"

"Tidak sama sekali. Aku rasa Citra dengan keluarganya memang sengaja pergi tanpa pamit."

"Lalu apa kaitannya denganku sampai jangan ada seorangpun yang tahu?"

"Kaitannya denganmu adalah ini. Inilah masa lalu Bara yang kamu cari, yang tidak boleh orang lain tahu. Begini ceritanya. Kenapa Bara selalu berbuat onar, kenapa ia tidak punya teman dan selalu terlihat sendirian, itu semua berawal dari sana. Rasa sakit yang ia alami menjadikan Bara trauma akan teman atau sahabat. Mungkin karena itulah, dia selalu melampiaskannya dengan hal-hal yang liar."

"Dengan otomatis Bara kenal denganmu?"

"Ya. Kami sudah saling kenal sejak dulu, seperti yang sudah aku bilang, aku tidak termasuk dalam persahabatan mereka. Tetapi, aku mengetahui kisah mereka karena Citra yang selalu curhat kepadaku. Tapi sejak saat Citra memutuskan Arga, saat itulah terakhir kalinya aku berkomunikasi dengan Citra."

"Silwa, terimakasih ya. Terimakasih banyak. Kini aku mengerti kenapa Bara jadi seperti itu. Aku benar-benar tidak tahu harus berterimakasih bagaimana lagi, yang jelas aku sangat berterimakasih." Ucap Bestari sambil memegang kedua tangan Silwa.

"Sama-sama Best. Tadinya aku mau menceritakan ini dari dulu, tapi aku menunggu waktu yang pas untuk menceritakan ini."

"Dan kamu benar, ini adalah waktu yang tepat."

°•°•°•°

Bel masuk istirahat sudah berbunyi, para siswa dan siswi memasuki kelasnya kembali. Untung saja Silwa sudah selesai menceritakan suatu rahasia itu pada Bestari.

°•°•°•°

Happy reading and happy weekend :)

BESTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang