"Best?" Rey memastikan bahwa Bestari baik-baik saja.
"Best?" Panggilnya lagi
Kini Bestari mulai berani menatap Rey. Ia tatap wajah Rey, matanya dengan mata Rey saling bertatapan.
"Rey, ak- aku" Bestari mendadak gagap seketika
"Kalau sekiranya jawabannya menyakitkan, jangan dijawab Best. Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi dengan begini kamu jadi tahu bahwa ada seseorang yang menanti kepastian dari kamu."
"Rey, ini sulit bagiku Rey. Aku harus bagaimana?"
Rey memegang kedua tangan Bestari, lalu berkata "Pecahkan rintangan ini Best. Kalau kamu bisa, artinya kamu berhasil. Entah itu berhasil dalam menerima hatimu yang siap buat aku, atau berhasil membuatku menghilangkan rasa cintaku sama kamu." Rey meyakinkan Bestari.
"Rey, maaf, maaf karena aku nggak bisa-"
"Jangan minta maaf, minta maaf berarti diulangi lagi. Gitu kan kata kamu?"
Rey melepaskan tangannya yang memegang tangan Bestari. Saat ini juga, perkataan yang berawal dari Bara, kini diucapkan juga oleh Rey pada Bestari. Bestari seperti kehilangan kata-katanya, terkecuali dengan mengucapkan kata 'maaf'.
"Bestari!" Panggil seseorang, yang tak asing suaranya.
"Bara?" Rey dan Bestari menoleh bersamaan.
Bara menghampiri mereka berdua, dan segera menarik tangan Bestari. Untung saja, Rey sudah melepaskan genggaman tangannya dari Bestari.
"Ayo kita pergi," ajak Bara sambil menarik tangan Bestari
"Aku mau pulang." Bestari melepaskan tangan Bara darinya.
"Best? Kamu gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Rey memastikan
"Kamu kenapa? Ada apa sama kamu?" Bara menarik tangannya lagi.
"Aku mau pulang Bara, lain kali aja ya beli bukunya?" Bestari melepaskan tangan Bara darinya lagi. Lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
"Lo apain dia?!" Bara sedikit menyentak pada Rey
"Apaan sih lo!" Rey berdiri dari tempat duduknya. Kini mereka saling berhadapan, dan memasang tatap mata yang sinis.
"Gue tanya sekali lagi, lo apain dia?!" Bara semakin geram.
"Gue gak ngapa-ngapain dia, dan ini bukan urusan lo!" Jari telunjuk Rey berhasil menunjuk pada wajah Bara.
"Kalo terjadi apa-apa sama Bestari, gue gak akan segan-segan ya sama lo!" Tegas Bara kemudian meninggalkan tempat itu.
°•°•°•°
Bestari mengemudikan motornya dengan pikiran yang melayang-layang. Matanya memang tertuju pada jalan, tapi pikirannya tertuju pada sebuah kepastian yang harus ia berikan pada Rey. Untung saja, ia bisa selamat sampai rumah.
Suara motor yang tak asing, membuat Ibu Bestari membuka tirai jendela, melihat anaknya sudah pulang. Bestari kemudian masuk ke rumahnya.
"Kenapa sudah pulang lagi? Kok sebentar?" Tanya sang Ibu
"Iya Bu, memang sebentar kok,"
"Tapi sudah makan, kan?"
"Aduh lupa, belum Bu, hehehe."
"Kamu ini, bagaimana? Katanya disana juga makan, tapi kok sampai lupa? Kamu kemana tadi?" Ibunya memastikan
Suara derum motor didepan rumahnya, membuat Bestari dan ibunya melihat ke jendela. Motor siapa?
"Itu bukannya anak yang kamu awasi?" Tanya Ibunya
"Iya Bu, itu Bara."
"Mau apa kesini?"
"Sebentar Bu,"
Bestari membuka pintu rumahnya, dan Bara masih berada didepan gerbang rumahnya.
"Mau apa kesini?" Tanya Bestari
"Mau memastikan,"
"Apanya yang perlu dipastikan?"
"Kamu."
"Aku? Kenapa? Aku nggak kenapa-kenapa. Lagian, aku nggak jadi beli buku ya karena masih ada satu buku yang belum aku baca."
"Bukan itu Bestari. Aku kesini mastiin kamu baik-baik karena tadi kamu habis sama Rey kan? Dan aku nggak tahu kamu diapain sama dia."
"Ish! Kamu ya pikirannya kemana-mana. Aku nggak kenapa-kenapa, apalagi sama Rey aku aman-aman aja."
"Serius, aman-aman aja? Kalo sama aku sih amannya duarius." Kata Bara sambil tersenyum
"Bara!! Apa sih, udah ya? Kamu pulang, manfaatin waktu libur kamu."
"Gak bakalan disuruh masuk dulu?"
"Oh iya. Mau masuk? Tunggu, aku mau ngasih sesuatu sama kamu."
"Mau apa?"
Bestari segera mengambil sesuatu yang ada di kamarnya. Sesuatu itu adalah milik Bara, kepunyaan Bara. Dan Bestari harus mengembalikannya.
"Udah ngambil sesuatunya? Nggak sekalian gitu disuruh nunggu di dalem?" tukas Bara
"Nih," Bestari memberikan sebuah jaket yang tak asing pemiliknya. Ya, jaket itu adalah milik Bara. Masih ingat ketika Bara memakaikan jaket untuk Bestari? Saat itu Bara berkata bahwa Jakarta sedang dingin. Masih terbayang kan dalam ingatan?
"Buat kamu aja," Bara tidak mengambilnya.
"Buat kamu aja." Bestari mengucap ulang kata-kata Bara.
"Kan aku udah bilang, buat kamu aja."
Bestari masih menyodorkan jaket itu kepada Bara.
"Iya, sekarang jaket ini jadi berganti pemilik. Nah, aku kasih lagi deh jaket ini ke pemilik semulanya."
"Ambil, Bara." Bestari menyodorkan kembali jaket milik Bara, agar ia mengambilnya.
"Ya udah iya, jaket ini nggak mau pisah sama pemilik aslinya. Jadi balik lagi, balik lagi." Ujar Bara, lalu mengambil jaket itu dari Bestari kemudian ia pakai sendiri.
"Aku pulang ya. Dah." Lanjut Bara sambil melambaikan tangannya, kemudian meninggalkan jejaknya dirumah Bestari.
Sebenarnya Bara ingin tahu apa yang terjadi, tetapi melihat wajah Bestari yang tampak berbeda. Ia mengurungkan niatnya, dan memilih waktu yang tepat untuk menanyai hal itu.°•°•°•°
Selamat tahun baru 2020. Double update nih teman-teman! Jangan lupa untuk vote dan komen ya ~

KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
Teen FictionBerawal dari sebuah persetujuan, membawa kita melangkah terlalu jauh.