Semakin Terluka

52 14 0
                                        


"Menyerahlah dariku."

Kata-kata yang baru saja terucap, membuat Bestari diam seribu kata. Tatapan Bara yang penuh arti, membuatnya semakin kaku. Apakah Bestari akan lanjut? Atau mungkin sampai disini?

"Menyerah untuk apa? Aku tak pernah berjuang untukmu."

"Menyerah untuk selalu mengawasi ku."

"Itu tugasku, Bara."

Bara melepaskan tangannya yang menarik tangan Bestari.

"Aku tidak tahu seperti apa aku dimatanya. Yang jelas kenapa aku sulit melepaskannya?" Lirih Bestari dalam hati

"Andai jika dia tahu kedepannya akan seperti apa, mungkin dia akan selalu tersakiti jika bersamaku. Tetapi kenapa dia tidak menyerah? Dan kenapa ... Semakin aku menyuruhnya menyerah, semakin hatiku yang terluka?" Ucap Bara dalam hati penuh kegelisahan.

"Bara?"

"Huh?"

"Udah sore, pulang."

"Kamu pulang sendiri ya?"

"Nggak. Aku yang antar kamu"

"Gak usah. Aku bisa sendiri."

"Kamu belum membaik, Bara."

"Aku ingin sendiri." Ujar Bara yang beranjak pergi meninggalkan Bestari, dengan kondisinya yang masih kesakitan."

Bestari membiarkan Bara pulang, membiarkan Bara sendirian.

°•°•°•°

Bara pulang dengan mengemudikan motornya sendiri. Sebenarnya ia sakit, tapi ia memaksakan diri. Lalu dengan Bestari, ia juga pulang sendirian menaiki motornya dengan segala kecemasan terhadap Bara.

Pukul setengah enam, Bara sampai di rumah. Bara membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumah. Bara dikejutkan dengan orangtuanya sudah berada dirumah lebih dulu dari Bara.

"BARA!" Bentakan keras dari ayahnya membuat Bara menghentikan langkahnya.

"Tidak bosan membuat orang tua kecewa? Jawab BARA!" Teriakan ayahnya yang memarahi Bara, membuat Bara ingin sekali mengeluarkan segala emosinya.

"Sejak kapan Bara bikin kecewa?"

"Pikirkan semuanya sendiri! Sejak kapan kamu begini? Sadar Bara sadar!! Pergaulan telah menjadikan kamu menjadi begini! Papa sudah kehabisan pikir."

"Mah?" Ucapnya pada sang mama.

"Sudahlah Bara! Kali ini papa benar. Mungkin karena pergaulan kamu jadi seperti ini! Sadar Bara! Mama ingin kamu jadi kamu yang dulu. Berubah lah, nak! Mama mohon!" Permohonan sang mama pada Bara

"Jadi disini yang harus sadar itu siapa?" Tanya Bara.

"BARA! KETERLALUAN KAMU!" Bentak ayahnya, menampar Bara dengan keras.

"Plak!" Suara tamparan itu berhasil menampar pipi Bara yang penuh dengan lebam.

"Hentikan!" Teriak mama Bara tak kuasa melihat Bara

"Bara? Lihat mama!" Ucapnya sambil memegang kedua pipi Bara.

"Udah lah mah. Semuanya emang udah terlanjur kaya gini. Semua masalah yang nggak terselesaikan pasti berakhir kaya gini."

"Bukan begitu, Bara." Ucap sang mama menatap anaknya yang terluka

"Bara cape mah." Bara melepaskan tangan sang mama dari pipinya, dan beranjak pergi ke kamar.

Sejenak, orangtuanya merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan pada Bara. Mungkin karena kesibukannya, mereka jadi lupa pada Bara dan membebaskan Bara sampai Bara salah memilih pergaulan dan berdampak di kehidupan Bara hingga saat ini.

Orang tua Bara seketika teringat akan Bestari, yang pihak sekolah bilang Bestari adalah teman pembimbing yang selalu mengawasi Bara. Mama nya berpikir, seperti apa Bestari? Sebaik apa dia hingga mau menjadi orang yang selalu mengawasi Bara? Penasaran membuat mama Bara, harus menemuinya.

Ketika malam tiba, Bestari memikirkan Bara dengan melihat langit-langit kamarnya. Sedang apa Bara? Apa Bara dimarahi orangtuanya? Apa besok Bara akan sekolah? Pikiran itu seketika muncul di benak Bestari. Bestari semacam memikirkan sesuatu, yang tak seharusnya ia pikirkan sejauh ini.

Sementara itu, Bara membuka ponselnya. Muncul sebuah pesan dari Arga. Arga menuliskan "Urusan kita belum selesai. Gue tunggu lo besok lusa, ditempat biasa kita balapan. Kalo nggak, lo bakalan tau sendiri akibatnya."
Pesan itu membuat Bara membanting kan ponselnya. Ia memang benar-benar harus menghadapi ketua geng motor pemberontak itu. Arga Rezka Pramasta adalah ketua geng motor yang menyerang Bara di gerbang sekolah, sekaligus teman Bara. Bara dan Arga, dulu mereka bersahabat. Namun, persahabatan mereka menjadi rusak karena mereka menyukai satu perempuan yang sama.

Throwback ..

Beberapa Minggu lalu, Bara mengikuti balapan liar, dan lawannya adalah Arga. Bara memenangkan pertandingan itu, dan berkata pada Arga "Pengecut lo! Ketua geng motor bisa kalah sama gue."

Perkataan Bara membuat emosi Arga melonjak naik. Arga tidak terima dirinya direndahkan.

"Maksud lo apa?!" Ucap Arga sambil menonjok muka Bara.

"Dasar pengecut!" Ujar Bara yang kini bergantian memukuli muka Arga.

Dan disitulah terjadi perkelahian antara mereka. Sampai akhirnya Bara berhasil lolos dan selamat dari serangan geng motor yang akan menghajarnya.
Tetapi itu belum selesai. Akhirnya Arga semakin muak terhadap Bara dan ingin menyelesaikan balas dendamnya. Geng motor pemberontak itu nekat melakukan penyerangan ke sekolah Bara, menyerang Bara dan juga Bestari ikut menjadi korban mereka.

Lalu, apa yang akan mereka rencanakan terhadap Bara?

°•°•°•°

BESTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang