24

522 40 6
                                    

ALDI POV

Hari-hari ku lewati di Jakarta, kota kelahiranku dan tempat tinggal keluargaku, meskipun aku belum sepenuhnya mengingat kenangan masa lalu, tak apa, aku sudah lebih bersyukur bisa mengingat mama dan papa yang merawat ku dari aku lahir. 

Hari ini aku tidak ada jadwal kontrol ke rumah sakit, itu artinya aku bisa bersantai di rumah menikmati angin yang melambai ditemani dengan pemandangan taman belakang yang luasnya tak seberapa. 

Aku menoleh saat pintu kamar terbuka, disana sudah  menampakkan mama dan Salsha, wanita itu lagi, dia sebenarnya mau apa? kenapa dia tidak bosan mengunjungi ku hampir setiap hari? apa dia tidak ada kerjaan lagi selain mengusik ketenangan ku?

Mama tersenyum saat aku menoleh "ini ada Salsha" aku memutar mata malas saat mataku bertemu dengan matanya "ngapain kesini?" tanyaku tanpa basa-basi, bahkan dengan nada tak suka, aku yakin dia sadar dengan sikapku selama ini yang masih belum bisa menerimanya dalam kehidupan ku

dia terlihat gugup saat mendengar pertanyaan ku, beda dengan mama yang sudah memelototi ku dengan tatapan membunuhnya. Aku menarik nafas berat, meskipun terpaksa aku akan mencoba menerima keberadaan dia, demi mama.

"mama tinggal dulu ya" aku mengangguk sebelum mama meninggalkan aku dan Salsha berdua di kamar.

Hening, itu yang kami rasakan, aku juga bingung apa yang harus aku lakukan? kenapa menjadi seperti ini? mama pernah mengatakan bahwa Salsha adalah wanita yang sangat aku sayang, tapi mengapa aku belum bisa mempercayai itu? bukannya aku tak mau percaya pada mama, tapi aku belum bisa membuktikannya.

Aku melirik ke arah Salsha yang berada di samping ku, kulihat dia tengah menatap foto yang berjejer di dinding kamar ku, foto ku dan dia, ya, aku cukup sadar untuk menyadari itu siapa. Aku sempat menanyakan hal itu kepada mama, dan jawaban mama hanya membuatku tambah bingung, mama bilang aku yang meletakkan foto itu disana, tapi aku sama sekali tak mengingatnya.

"Sal, gue mau nanya sesuatu sama lo boleh?" tanyaku ragu, aku takut menyakiti hatinya, tapi aku juga tak bisa menahan ini lebih lama. "apa?"

"lo itu siapa sih di hidup gue? e,,em bukan gue mau nyakitin perasaan lo sal, sorry gue belom bisa inget apa yang lo dan mama ceritakan ke gue, salah nggak sih kalo gue ngomong gini sama lo?" aku bisa melihat matanya yang menahan air mata, aku bisa melihat itu, bahkan aku bisa merasakannya, dadaku sesak, entah ini pertanda apa.

"kamu gak salah Al, kamu gak pernah salah, gak papa jika kamu belum bisa inget aku dan kenangan kita, tapi aku harap, kamu bisa mengingat semuanya secepetnya"

"Kita dulu pernah ada Di, kita dulu pernah bersama, pernah menyatu dalam suatu hubungan yang terbilang serius, tapi semua hancur karena ulah ku yang tak tau diri, aku yang menghancurkan semuanya, sampai kamu pergi dari hidupku, dan aku sadar bahwa aku juga mencintaimu Ald, aku sayang sama kamu. Kamu belum bisa ingat itu Ald?"

aku memejamkan mata tak kuat menahan sakit dikepala ku yang kian menyiksa

"Kamu dulu sangat mencintai ku Ald, kamu yang lebih dulu merasakan perasaan itu meskipun kamu tak pernah mengatakannya, tapi setelah kejadian kemarin, aku rasa kamu tak hanya mencintai ku, kamu juga mencintai wanita yang bernama Alda, benar kan Ald? kamu juga cinta sama Alda?" dia masih melanjutkan ucapannya meskipun air matanya sudah menetes dari tadi

"maaf jika aku menyiksa hidup kamu di, tapi aku pengen kamu jujur sama perasaan kamu sendiri. jawab pertanyaan ku Di. Jawab, please, kamu cinta kan sama Alda?"

ah, aku tak kuat dengan apa yang dia ceritakan, nafas ku memburu saat mendengarnya mengatakan nama Alda, aku semakin pusing saat melihatnya masih menangis

"Jawab Al, kamu benci kan sama aku? kamu masih belum bisa nerima aku kan Al?"

"lo mau tau jawabannya Sal? lo mau denger?" tanyaku yang sudah mencengkram kedua bahunya kuat, aku juga melihat dia meringis kesakitan, aku tak peduli, aku benci saat dia menyebut nama Alda di hadapanku. Aku memejamkan mata sebelum menarik nafas dan mulai menjawab pertanyaannya "ya, gue cinta sama Alda, gue cinta sama dia, tapi kenapa selalu ada lo di hari-hari gue? gue tau gue belom bisa nginget lo, tapi asal lo tau Sal, gue muak ngeliat muka lo itu, lo bisa nggak sih gak usah ganggu gue dulu? gue pengen istirahat. buat sekarang, gue gak peduli lo mau cerita apapun gue gak peduli. asal lo tau, sekarang, dihati gue cuma ada Alda" aku kembali memejamkan mata setelah mengucapkan itu semua, tapi kenapa aku merasa itu adalah tindakan yang salah, bukannya merasa puas tapi dadaku malah sakit, ada apa ini?.

"puas lo Ald bikin gue sakit? puas? selamat, lo udah buat gue sadar bahwa orang yang gue tunggu dari kemaren gak pernah ngarepin gue ada. Gue pergi, gue harap  lo lekas sembuh dari amnesia itu dan lo inget siapa gue, selamat menikmati kehidupan lo yang baru. selamat tinggal" Aku sakit saat melihat dia pergi dengan linangan air matanya, kepalaku nyeri saat dia menarik paksa beberapa lembar foto yang tersusun rapi di dinding kamar ku sebelum membuangnya ke tempat sampah

"akhhhh" aku tak kuat menahan sakit ini.

***

aku terbangun dengan mama yang sudah berada di samping ku, aku mengernyit bingung setelah sadar sekarang sudah malam, selama itukah aku tak sadarkan diri?

"minum dulu" aku menurut, tenggorokan ku juga kering. "kenapa sampe pingsan tadi?" aku menggeleng tak tahu, yang aku ingat hanya kepergian Salsha setelah aku mengungkapkan isi hati ku, bukan, bukan hanya aku, tapi tadi Salsha juga menyuarakan isi hatinya bukan?

"tadi mama lihat Salsha turun sambil nangis, kamu apain dia?" kenapa mama harus menanyakan hal ini? "ah, udah lah ma, Aldi lagi gak mau bahas ini" mama mengangguk mengerti "mama harap kamu gak bakalan nyesel karena sudah buat Salsha nangis hari ini" aku mengangguk meyakinkan diriku sendiri, meskipun perasaan ku saja menolaknya. "udah, kamu istiraat lagi" aku mengangguk sebelum kembali berbaring.

***

"Sal, lo mau kemana sih?" 

"lo apaan sih Ald? ganggu gue aja, mending lo pergi deh"

"sowot amat lo jadi cewek, ntar gue makin cinta deh sama lo, gak tahan gue sama sikap lo yang kaya gini, ntar gue bilang papa deh biar kita cepet dinikahin"

"gila, lo itu gila"

"ya itu tergantung lo, gue gak bakalan ngadu sama papa asal lo mau keluar bareng gue"

"oke fine, puas lo?"

***

Nafasku masih memburu, bukan, itu bukan mimpi, tapi itu ingatanku yang perlahan mulai kembali, aku yakin pernah mengalaminya dulu. Aku memilih duduk di sofa kamar, tak sengaja aku melihat foto ku dan Salsha yang berada di tempat sampah, perlahan aku meraih nya, detik itu juga ingatan yang aku harapkan dari kemarin berputar begitu saja, menjadikan ku sosok Aldi yang sangat brengsek.





Assalamualaikum

bagaimana? ini sudah lumayan panjang, maksih buat kalian yang masih menunggu cerita ini

Story About AlshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang