4 bulan kemudian...
"Sayang..." panggil Adli kepada Rara yang kini sudah mengandung anak pertama mereka yang baru berusia 3 bulan kurang.
Karna kini Rara sudah memiliki anak juga suami Rara pun akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Dengan Adli yang kini menjabat menjadi CEO di perusahaan milik ayahnya.
"Kenapa, Aa?" kini Rara sudah berada di depan suaminya yang sedang duduk di sofa.
Adli hanya menepuk-nepuk sofa yang ada di sebelahnya.
"Kamu kapan kontrol ke dokter lagi?" sambil mengusap perut istrinya Adli pun bertanya.
"Insyaallah besok. Kenapa emang? Aa mau nganter?" Rara menjawab sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Adli.
"Besoknya jam berapa? Insyaallah ya, Mi. Abi pingin ngeliat anak kesayangan Abi." Rara yang mendengarkan pun tersenyum dan sedikit kaget karena panggilan mereka kini telah berubah.
"Jadinya manggil Umi-Abi nih?"
"Iyalah. Kan udah ada dedeknya jadi kita latihan dulu aja biar gak canggung nantinya."
"Eh tapi kan geli,Aa."
"Eh manggilnya Abi, oke Umi?" Rara pun mengangguk mengiyakan.
Rara yang terbuai dengan usapan tangan suaminya pun mulai mengantuk.
"Bi, Umi ngantuk." Adli yang mendengar suara manja Rara pun langsung mengangguk dan menuntun Rara ke kamar mereka.
"Mau kemana? Sini temenin Umi aja." melihat Adli yang ingin beranjak dari tempat tidur.
"Mau ngecas Hp dulu." Rara menggelengkan kepalanya lalu mendekat ke arah suaminya.
"Gak boleh pergi. Nanti dedeknya rewel."
"Yang mau ini dedek atau Uminya?" tanya Adli yang hanya dibalas pelukan di pinggangnya.
Adli hanya terkekeh melihat kelakuan istrinya itu. Sunggu bahagianya dia mendapatkan istri secantik juga seimut Rara ditambah buah hati yang kini hadir di perut Rara.
Setelah dirasa Rara sudah tidur, Adli pun melepaskan tangan Rara yang ada di pinggangnya dan memindahkan kepala Rara ke bantal.
Adli pun menaiki kasur dan bergabung dengan istrinya setelah mengecas Hp.
"Ana uhibbuki fillah , ya zawjati." setelah mengecup kening istrinya Adli pun mulai menyusul ke alam mimpi dengan tangan yang memeluk pinggang Rara.
Setelah jam menunjukkan pukul 11.20 Rara pun terbangun dari tidurnya.
"Aa. Bangun yuk kita siap-siap shalat dzuhur." Rara pun membangunkan sambil mengusap-ngusap pipi Adli.
"Abi sayang, bukan Aa." bukannya bangun Adli menenggelamkan kepalanya di leher Rara sambil merapatkan tubuhnya.
"Iya deh. Abi sekarang kita siap - siap yuk." kini usapannya berpindah ke rambut suaminya.
"Abi sih mau. Tapi usapan tangan Umi terlalu nyaman buat ditinggalin." Rara pun langsung menghentikan usapannya.
"Udah yuk. Tuh udah jam 11. 40 bentar lagi adzan. " Adli yang mendengarkan pun langsung bangun dan menuju kamar mandi dengan tergesa.
Rara hanya bisa terkekeh dan langsung bangun untuk menyiapkan sarung serta kopeah.
"Makasih sayang." ketika keluar dari kamar mandi Adli langsung disodorkan kopeah dan sarung oleh istrinya itu.
"Sama-sama Abi." balas Rara dengan suara anak-anak.
Adli langsung ke bawah dengan ditemani Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdirku [HIATUS]
Espiritual[Spiritual - teenfiction] Dia yang membuat hidupku berubah, datang dengan tiba-tiba yang tak pernah terpikirkan olehku. Kini tinggal kuucapkan selamat tinggal ke masa dimana aku masih bebas. Semuanya adalah takdir. Takdir dari-Nya, yang menurutku ad...