2. Dilema....

2.1K 83 9
                                    

Setelah pamit kepada umi dan abi, Rara pun langsung masuk ke kamar dan memikirkan apa yang tadi orang tuanya bicarakan.

"Duh, gimana ini... Kalau misalkan aku nanti diejek menikah gara gara ada insiden gimana ya? Apalagi netizen jaman sekarang kan pada serem." Gerutu Rara sambil berbaring di atas ranjangnya.

"Apa aku tolak aja ya? Tapi kan ngeliat tadi umi sama abi senang banget pas aku bilang mau dijodohin sama anak sahabatnya itu aku jadi gak tega... Huuuu gimana ini," Rara dilema dengan keadannya sekarang. Hingga Rara tak sadar ketiduran saking khawatir tentang perjodohan ini.

'kringgg kringgg kringgg'

Bunyi alarm yang berada di kamar Rara kini mengusik Rara sendiri dari tidurnya yang lelap. Setelah membaca doa bangun tidur, Rara pun langsung duduk di pinggir tempat tidur untuk mengumpulkan sisa sisa nyawanya.

Tak lama Rara beranjak menuju kamar mandi di dalam kamarnya untuk mengambil air wudhu karena dirinya akan melaksanakan solat tahajud.

Setelah selesai solat Rara beridiri dan menuju meja belajar untuk membaca al-quran hingga adzan subuh berkumandang ,Rara baru akan menutup kita sucinya tersebut.

Rara pun langsung melaksanakan solat sunah subuh yang lebih berharga dari pada dunia dan seluruh isinya. Dia tidak pernah melewatkan solat sunah tersebut kecuali ketika ia sedang datang bulan.

Setelah solat subuh, Rara langsung turun ke dapur untuk membantu uminya untuk menyiapkan sarapan pagi.

"Umi, selamat pagi. Umi lagi masak apa? Rara bantu yah." ucap Rara setelah mencium pipi uminya.

Uminya yang mendapat perlakuan seperti itu dari putrinya hanya tersenyum.

"Rara bantuin umi bikin nasi goreng yah. Umi mau goreng ayam sama tempenya dulu." perintah umi sambil menatap putri bungsunya itu. Rara yang mendengarkan perintah uminya itu langsung berlagak layaknya hormat ke tiang bendera.

Tak lama, sarapan sudah siap dan dengan bersamaan abi datang setelah solat subuh berjamaah di masjid.

"Assalamu'alaykum, bidadarinya abi. Wah udah pada masak ya, mari kita makan perut abi udah bunyi nih." sapa Abi ketika sudah berada di ruang makan.

"Wa'alaykumussalam, bi." jawab Umi dan Rara kompak.

Mereka pun memakan sarapan dengan tenang, hanya bunyi dentingan sendok yang terdengar. Setelah makan Rara langsung menuju kamar mandi untuk mandi dikarenakan Rara ada kuliah pagi jadi dia harus segera bersiap2 agar tidak terlambat.

Setelah 20 menit kemudian... Rara pun sudah siap dengan gamisnya juga tas yang sudah terlampir di bahu kirinya. Ia pun segera turun untuk berpamitan kepada orang tuanya.

"Dek. Abi antar ke kampus ya. Sekalian abi mau ngecek perusahaan." ucap Abi ketika dirinya melihat Rara yang akan berjalan menghampirinya.

"Yaudah deh, Bi. Lumayan irit ongkos, hehe." balas Rara. Mereka pun beranjak menuju luar rumah.

"Sayang, ini bekelnya masa gak dibawa. Nih udah umi bawain makanan kesukaan kamu plus sama susu full cream yang kamu suka."panggil Umi sambil menyodorkan tempat makan dan susu full cream ke arah Rara ketika ia melihat sang anak dan suami akan berangkat.

"Alhamdulillah, uang Rara gak bakalan ada yang keluar kalau gini. Makasih Umiku sayang." balas Rara sambil mengambil tempat makan dan susunya. Sebagai ucapan terima kasihnya Rara pun mencium kedua pipi uminya tersebut.

"Yaudah kita berangkat dulu ya mi, Assalamu'alaykum." pamit abi yang mencium kening Umi dan umi yang mencium sebelah tangan abi.

'Romantisnya... Semoga kehidupan rumah tanggaku nanti bisa seperti Umi dan Abi. Aamiin.' batin Rara sambil melihat kearah Umi dan Abinya.

"Iya mi, kalau gitu Rara pamit juga ya, Assalamu'alaykum." pamit Rara sambil mencium sebelah tangan uminya.

Abi dan Rara pun segera menaiki mobil pajero itu dan langsung pergi menuju kampus Rara. Di perjalanan Rara dan Abinya tak berhenti henti berbicara dengan topik yang kemana mana. Hingga akhirnya Abi pun membahas tentang perjodohan.

"Ra, Abi dan Umi sangat senang kalau kamu mau menerima perjodohan ini dengan ikhlas tetapi jika kamu terpaksa maka perjodohan itu akan di batalkan." Rara yang mendengar itu pun sedikit dilema.

"Insyaallah, Bi. Rara dengan ikhlas menerima perjodohan itu. Tapi.... kalau misalkan Rara gak cocok sama dia. Boleh gak kalau nanti Rara membatalkannya?" ucap Rara sekaligus meyakinnkan hatinya.

"Boleh. Adli orangnya baik kok dek. Dia rajin solat, ilmu agamanya lumayan tinggi. Dia juga pintar. Pokoknya abi pastikan bahwa Adli adalah orang yang tepat buat jadi pendamping kamu." jelas Abi dengan mantap. Rara yang mendengarkannya hanya bisa tersenyum, 'Ya allah semoga dia jodohku.' batinnya berucap lirih.

Tak lama mereka pun sudah sampai di kamus Rara. Rara pun segera berpamitan kepada Abi.

"Abi, Rara pamit dulu ya. Assalamu'alaykum," pamit Rara sambil keluar dari mobil.

"Wa'alaykumussalam." balas Abi yang tak lama langsung menjalankan mobilnya lagi.

Rara pun mulai melangkahkan kakinya ke dalam kampus dan tak sengaja mendengar segerombolan mahasiswi sedang menggibah tentang dini --salah satu teman se falkutas kedokteran--.

"Gila gak sih? Masa Dhini baru nikah 2 minggu kemarin sekarang udah melendung aja tu perutnya," ucap salah satu mahasiswi yang rambutnya di kucir.

"MBA kali dia tuh." tambah salah satu mahasiswi yang memakai kaca mata.

"Kira-kira siapa ya bapak dari anaknya? Gak mungkin kan kalau si Fikri yang notabenya anggota DKM As-Syifa ngelakuin hal yang kayak 'gitu'." ucap mahasiswi yang memakai kerudung pasmina modern.

"Bukan si Fikrinya yang salah. Itu mah emang ceweknya yang gak bener." ucap si mahasiswi yang berkaca mata.

'Astagfirullahaladzim, aku jadi makin takut sama perjodohan nanti. Gimana kalau nanti aku digibahin kayak Dhini. Ya Allah aku kok jadi ragu gini ya..' batin Rara dilema setelah tak sengaja mendengar percakapan beberapa mahasiswi tadi.

TBC

Selasa /29/10/19
YYTTTHIA 💜

Jalan Takdirku [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang