10. Panik!!

753 44 15
                                    

"Assalamu'alaikum, Umi, Ra." sapa Raka ke Umi dan Rara. Mereka bertemu di pintu masuk rumah sakit.

"Wa'alaikumussalam."

"Wa'alaikumussalam. Mau ke
mana nak Raka?" tanya Umi Maryam sambil tersenyum tipis.

"Mau jenguk temen, Mi." balas Raka sambil terseyum juga dengan mata yang sesekali melirik Rara yang tetap melihat lantai. Menjaga pandangan.

"Loh kok malah nyamperin Umi sama Rara?"

"Raka gak jadi jenguknya. Temennya udah pulang tadi pagi. Ya jadi tadi Raka mau pulang aja. Tapi malah ngeliat Umi sama Rara." jelas Raka yang masih curi-curi pandang ke arah Rara.

Umi Maryam pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Umi sama Rara mau pulang? Kalau mau pulang mending sama Raka aja sekalian." ajak Raka yang sebenarnya masih ingin berlama-lama dengan Rara.

"Boleh toh nak, Raka? Kalau gak mengganggu, Umi dan Rara gak papa. Takutnya nanti nak Raka ada acara lagi." ujar Umi Maryam.

"Alhamdulillah gak ada kok,Mi. Yaudah Umi sama Rara tunggu disini ya. Raka ambil mobil dulu." setelah mengucapkan itu Raka pun segera menuju parkiran dan mengambil mobilnya.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Umi Maryam setelah Raka pergi dari hadapan mereka.

"Mi. Rara pusing. Jadi daritadi Rara cuma nyimak Umi sama Raka ngobrol." jelas Rara sambil mengangkat kepalanya dan menatap Uminya itu.

"Yaudah. Nanti di rumah minum obat ya. Langsung istirahat jangan bantu Umi masak." jelas Umi Maryam. Karena sebenarnya Rara pasti akan membatu dirinya ketika masak untuk makan siang nanti.

Rara yang pusing pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tak lama, mobil pun datang dan keluarlah Raka. Raka segera membuka pintu belakang mobilnya dan menyuruh Umi juga Rara agar masuk ke dalam mobilnya.

Setelah di dalam mobil keheningan pun terjadi. Antara Umi Maryam yang sedang membalas pesan dari Adli yang menanyakan hasil USG juga pesan dari suaminya yang menanyakan keberadaannya. Atau Rara yang sedang menahan rasa pusing. Atau juga Raka yang sedang memikirkan alasan kenapa Umi Maryam dan Rara di rumah sakit.

'Apa Rara sakit ya? Soalnya tadi aku liat bibirnya pucet gitu.' batin Raka bertanya-tanya.

"Em. Umi sama Rara habis dari mana?" Kini Raka mencoba memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil itu.

"Oh ini. Tadi Umi sama Rara habis ngecek aja." jawab Umi Maryam sambil menyimpan Hp ke dalam tas.

"Ouh gitu ya, Mi." Raka pun menganggukkan kepalanya sembari mengitip Rara dari cermin. 'Alhamdulillah. Pasti Rara habis ngecek kalau dia sakit atau enggak.' batin Raka yang menyimpulkan.

"Makasih ya, Nak Raka. Nak Rakanya mau mampir dulu?" tak lama dari obrolan tadi mobil Raka sudah berhenti di depan rumah yang berwarna putih dan biru itu. Dan mereka semua pun-- termasuk Raka-- turun dari mobil Raka.

"Em. Kayaknya kapan-kapan aja deh, Mi. Kasian Raranya mau istirahat dulu." jawab Raka atas tawaran dari Umi Maryam.

"Ouh yaudah kalau begitu. Umi sama Rara masuk dulu ya." sebelum Umi Maryam dan Rara masuk, Rara sempat memberi seyuman tipis ke Raka karena sudah mau mengantar mereka pulang.

"Ya Allah. Kenapa lagi jantungku ini. Padahal hanya senyuman tipis. Astagfirullah, ingat Raka dia sudah jadi milik orang lain." gerutu Raka sambil sesekali beristigfar karena kesalahannya itu. Dia kini sedang memandangi seorang perempuan yang akan masuk ke dalam rumahnya.

Tapi tanpa sadar kedua ujung bibirnya mengangkat membentuk senyuman.

Lalu Raka pun menaiki mobilnya dan pergi menuju rumah sakit lagi. Karena sebenarnya temannya yang ingin ia jenguk itu belum pulang. Hanya saja karena sudah lama tak bertemu Rara, ia jadi ingin bersama dengan gadis pujaannya itu.

~~~°°°~~~

"Rara ke atas dulu ya, Mi." ucap Rara setelah meminum obat yang diberikan Uminya.

"Yaudah istirahat ya. Perlu Umi anterin?" jawab Umi yang baru saja datang dari arah dapur.

"Enggak usah ,Mi. Rara bisa sendiri kok. Rara ke atas ya." setelah mengecup pipi Umi Maryam, Rara pun segera menuju ke kamarnya. Lebih tepatnya kasurnya. Karena ia ingin tidur sesegera mungkin.

Sedangkan Umi Maryam langsung menuju dapur kembali melanjutkan acara memasaknya yang tertunda.

Tok tok tok

Beberapa menit setelah adzan dzuhur berkumandang. Pintu rumah pun diketuk. Lalu dibukalah pintu itu oleh Umi Maryam yang kebetulan sudah selesai melaksanakan shalat dzuhurnya.

"Assalmu'alaikum, Mi." salam Adli begitu Umi Maryam membukakkan pintu.

"Wa'alaikumussalam, eh Nak Adli toh. Ayo masuk. Umi kira tamu." ajak Umi setelah tanganya disalami oleh Adli.

"Raranya dimana, Mi?" tanya Adli yang sudah masuk ke dalam rumah dan tak menemukan Rara.

"Rara di kamar. Umi sudah nyuruh shalat dzuhur terus makan siang kalau udah selesai shalat. Tapi dari tadi Raranya belum turun." jelas Umi Maryam yang sekarang sedang menyiakan makanan di atas meja makan.

"Kalau gitu Adli nyusul Rara dulu ya, Mi." Umi Maryam pun hanya menganggukkan kepalanya sembari memindahkan sup ke mangkok besar.

"Assalamu'alaikum, Ra." salam Adli saat masuk ke kamar Rara yang sebenarnya sudah menjadi kamar mereka.

Tak ada jawaban. Adli pun melangkahkan kakinya menuju dekat kasur. Terkejut. Itu satu kata yang pas untuk mendeskirpsikan muka Adli saat melihat kondisi Rara yang masih memakai mukena itu.

Tbc....

Assalamu'alaikum semuanya😊😊. Ada yang bisa nebak Rara kenapa?? Ayo komen ya siapa tau ada yang bisa nebak...

Gimana nih kabarnya? Semoga baik-baik aja ya. Karena covid-19 ini kita semua diwajibkan untuk menjaga interaksi sosial. Jadi semuanya harus di rumah ya jangan ada yang keluar. Kita memang gak seharusnya takut sama virus karena mati itu ditangan Allah. Tapi kita juga harus tetap mementingkan kesehatan dan orang lain ya... Karena dengan kita diam di rumah juga sudah membantu banyak orang terutama tenaga medis. Diamnya kita termasuk sebuah bantuan loh bagi mereka, karena jika kita berdiam di rumah memungkinkan berkurangnya jumlah pasien yang terkena virus covid-19 itu.

Jadi dari pada bosen di rumah. Mending baca cerita aku aja yang insyaallah bakalan up sering- sering.😊😊😊 Stay healthy and stay at home ya semuanya.

Sabtu/11/04/2020
YYTTTHIA💜

Jalan Takdirku [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang