Suhu yang dingin membuat Rara merapatkan pelukan ke guling kesayangannya. Dengan ditambah usapan lembut di kepalanya makin membuat Rara nyaman tapi.... ---usapan dikepala???
Rara pun segera membuka matanya dan melihat siluet seorang laki laki yang ada di depannya. Lebih parahnya lagi Rara sedang memeluknya. Rara pun segera melepaskan pelukannya dan mulai membaca ayat kursi, istigfar juga doa doa pendek. 'Aduhh... Maap, jangan ganggu aku. Aku tau aku salah, lupa baca doa tidur. Ya allah maafin.' batin Rara ketakutan sambil bersembunyi di dalam selimut.
"Hey, Ra? Kenapa? Mimpi buruk?" setelah menyalakan lampu Adli pun bergerak mendekati Rara sambil mengguncang guncangkan sedikit tubuh Rara.
Setelah mendengar pertanyaan Adli Rara pun tersadar jika sekarang dirinya sudah menikah, Dia pun membuka selimut yang menghalangi padangannya. 'Alhamdulillah.' syukur Rara.
Adli yang melihat Rara hanya terdiam pun melambaikan tangannya di depan wajah Rara.
"Ra? Kamu gapapa?" tanya Adli lagi saat mata Rara sudah menatap matanya.
"Gapapa kok Aa."
"Tapi kok keringat dingin sih, tuh ngucur banget. Kenapa hm?" bujuk Adli sambil mengelap keringat di dahi Rara menggunakan tangannya.
"Tadi emm... Tadi Rara cuma kaget aja kalau Rara tuh.... Emmm udah punya suami." dengan pipi merona juga suara yang gugup Rara menjawab pertanyaan Adli.
Adli hanya terkekeh mendengar jawaban istrinya itu.
"kamu mau tau gak, Ra?"
"Tau apa, Aa?"
"Aa juga tadi kaget. Biasanya tidur sendiri kan. Tadi bangun tidur eh udah ada yang meluk Aa, agak kenceng lagi meluknya. Aa sih seneng aja ya, tapi kaget." sindir Adli yang membuat muka Rara memerah,
Saking malunya Rara pun membungkus kembali tubuhnya ke dalam selimut. Adli hanya bisa tertawa kecil melihat respon dari Rara yang menggemaskan itu.
"Udahan deh. Kita sholat tahajud bareng yuk. Aa duluan ke kamar mandinya ya." ajak Adli sambil berdiri menuju ke kamar mandi.
"Ya Allah aku malu banget. Untung aja udah halal." gumam Rara setelah melihat Adli masuk ke dalam kamar mandi. Rara pun lalu menyiapkan perlengkapan sholat mereka sebelum Adli keluar kamar.
Tak lama Adli keluar dari kamar mandi di susul dengan Rara yang masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah Rara keluar kamar mandi. Rara pun menyimpan kembali sajadah dan mukena miliknya ke lemari. Hal itu mengundang kerutan di dahi Adli.
"Ra, kenapa di simpen lagi? Gak jadi shalat tahajudnya?" Adli menghampiri Rara yang sedang duduk di sofa. Rara hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata,"Rara lupa kalau baru aja dateng bulan. Aa shalat sendiri aja ya. Maaf."
"Yaudah, kamu tidur lagi aja. Masih subuh gini." ucap Adli mulai bersiap shalat. Rara yang ditawarkan pun hanya bisa menggeleng.
Dirinya tidak bisa tidur lagi dikarenakan kejadian di kasur yang membuat pipinya merona ketika mengingatnya.
Tak lama Adli pun selesai shalat tahajud dan Rara masih tetap duduk di kursi yang kini sedang membaca novel islami.
"Kenapa gak lanjut tidur, Ra?" tanya Adli setelah menyimpan kembali sejadahnya.
"Gak ngantuk, Aa." dengan mata yang tetap tertuju ke novel.
Suasana pun hening kembali. Karena tak tahan dengan keheningan ini Adli pun mulai bersuara.
"Ra, Aa pengen bicara serius sama kamu." sambil duduk di tempat kosong sebelah Rara.
"Bicara apaan, Aa?" Rara pun menyudahi membaca novel itu dan menyimpannya di nakas sebelah sofa.
"Kamu terpaksa sama perjodohan ini? Maaf kalau Aa telat nanyanya."
"Insyaallah enggak Aa." setelah diam cukup lama memikirkan pertanyaan Adli, Rara pun menjawab.
"Alhamdulillah. Aa gak mau kalau kita menikah hanya karna paksaan. Eh kalau gak salah, Sebelumnya kita cuma ketemu sekali doang kan pas Aa khitbah kamu."
"Iya, Aa."
"Karna kita belum saling mengenal masing- masing. Kita ta'aruf dulu aja. Kalau kata anak zaman now mah kayak pacaran."
"Boleh, Aa. Rara setuju aja. Tapi Rara gak tau caranya pacaran."
"Masyaallah. Jadi kamu belum pernah pacaran?" Adli terpesona dengan Rara.
Karena di zaman modern sekarang, sangat susah mencari wanita seperti Rara ini yang anti dengan pergaulan bebas terutama pacaran.
"Alhamdulillah,Aa. Iya. Kan pacaran itu mendekati zina, kalau pacaran juga aku mending pacaran halal. Hehe." jelas Rara lancar tidak ada kegugupan ketika ia berbicara.
Sepertinya kecanggungan mereka mulai meluntur dengan saling bercerita. Ketika suara adzan subuh berkumandang mereka pun akhirnya mengehentikan aksi saling cerita.
"Ra, Aa shalat dulu. Nanti kita lanjut lagi ya ceritanya." Rara pun mengangguk dan mengambilkan kopeah untuk Adli.
"Makasih, Ra. Kekasih halalku."
"Ih apaan sih Aa, udah ah kita kebawah aja." dengan pipi merona Rara pun turun meninggalkan Adli.
Adli hanya terkekeh melihat kelakuan istrinya yang menggemaskan itu.
TBC
Assalamu'alaykum afwan semuanya aku gak bisa sering-sering update soalnya lagi PAS. Mau minta komen sama votenya dong, biar nambah semangat buat ceritanya. Ehe. Kasih tau aku ya kalau ada kesalahan di ceritanya. Wasalamu'alaykum.
Sabtu/30/11/19
YYTTTHIA💜
![](https://img.wattpad.com/cover/190440964-288-k148744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdirku [HIATUS]
Espiritual[Spiritual - teenfiction] Dia yang membuat hidupku berubah, datang dengan tiba-tiba yang tak pernah terpikirkan olehku. Kini tinggal kuucapkan selamat tinggal ke masa dimana aku masih bebas. Semuanya adalah takdir. Takdir dari-Nya, yang menurutku ad...