6. Awal...

1.4K 82 17
                                    

"Ekhem, assalamu'alaykum...." salam seseorang kepada Rara.

"Wa'alaykumussalam," jawab Rara sambil tetap menundukkan kepalanya. Rara Kenal orang itu dari suaranya.

Andin yang melihat 'orang' itu mendekati Rara sambil mengajak Adli. "Wah, Kak Raka udah pulang dari Kairo ya? Kapan pulangnya kak?" ucap Andin memulai percakapan.

"Alhamdulillah iya, tadi malam kakak udah ada di rumah. Gimana kabarnya Ndin?" jawab Raka dengan pandangan mata yang sesekali melirik ke arah Rara. Adli yang melihat pun langsung merapatkan badannya ke Rara sambil merangkul pinggang Raranya.

"Eh. Kenapa, Aa?" bisik Rara. Adli hanya menggelengkan kepalanya. Raka pun merasa dirinya agak 'panas' tetapi tetap mengobrol dengan Andin.

"Alhamdulillah, Andin baik-baik aja kok. Kayaknya kak Raka gak berubah ya?" Raka menautkan alisnya bingung.

"Iya. Sebelum sama sesudah dari Kairo kayaknya selalu sendirian deh." jawab Andin sambil terkekeh. Rara pun ikut terkekeh.

"Bisa aja kamu, Ndin. Mau gimana lagi Ndin, orang perempuannya juga sudah punya kekasih halal sebelum aku meminangnya. Eh kok malah ngobrol di sini coba. Nanti di lanjut ya, kakak ada urusan soalnya." jawab Raka sambil melirik Ke arah Rara ketika berbicara 'perempuannya'. Adli yang agak geram pun berdeham agak keras sambil mengikis jarak antara dirinya dengan istrinya.

" Ra, selamat ya atas pernikahannya. Dan kamu juga selamat ya. " pamit Raka sambil tersenyum tak rela.

"Iya, terimakasih semoga kamu cepat dipertemukan jodoh ya." Rara dan Andin pun bingung dengan aura yang keluar dari Kak Raka dan Kak Upan.

"Emm, Aa. Aku malu diliatin sama tamu." bisik Rara setelah Andin ikut turun dengan kak Raka. Adli hanya mengerutkan kedua alisnya. Bingung dengan maksud Rara.

Malu? Kenapa harus malu toh mereka cuma berdiri di atas podium dengan tangan Adli yang merang-- Adli pun segera melepaskan tangannya yang masih ada di pinggang Rara.

Mereka berdua pun sama sama salah tingkah dengan pipi yang merona. Acara berlanjut hingga matahari sudah tenggelam dengan langit yang berubah menjadi warna jingga. Karena kecapean Adli  langsung pamit menuju kamar milik Rara, sedangkan Rara yang masih canggung jika berduaan dengan Adli pun memilih untuk membantu Uminya menyiapkan makan malam.

"Loh, teh. kenapa belum ganti baju? Gak capek emang langsung bantuin umi nyiapin makan?" umi melirik Rara yang sedang mengaduk sayur sop. Rara pun hanya bisa menggeleng sambil melirik uminya sebentar.

"Udah sana, ganti baju dulu. Umi aja yang lanjutin sekalian kamu siapin baju buat Adli nanti ke masjid," umi mengambil alih spatula dari tangan Rara.

"Tapi, Mi. Ini tanggung dikit lagi."

"Gak ada tapi tapian sayang."

"Yaudah deh." Rara pun keluar dari dapur dan menuju kamarnya yang saat ini perlu digaris bawahi ada seorang laki laki. Tapi udah halal deng.

Kriet

Rara pun membuka pintu dan mendengar suara gemercik air yang menandakan bahwa suaminya itu sedang berada di dalam kamar mandi.

"Huh, capek banget badan aku." gumam Rara sambil menghempaskan badannya ke atas kasur.

Tak lama pintu kamar mandi pun terbuka dan keluarlah seorang lelaki tampan dengan baju koko juga sarung yang membuat ketampanannya menambah. Rara yang melihat pun terpesona.

"Ra. Belum ganti baju? Gak cape emang?" tanya Adli sang lelaki tampan itu.

"subhanallah," balas Rara dengan suara kecil masih memandangi Adli yang sedang mencari kopeah.

"kenapa Ra? Aa gak denger ,tadi kamu ngomong apa?" kini Adli membalikkan wajahnya menghadap ke arah Rara. Rara pun sadar hanya bisa langsung menggeleng.

"Ra, tadi Aa minta sabunnya ya. Gapapakan Aa pake? Aa lupa bawa sabun soalnya."

"Iya gapapa."

"Yaudah sekarang mending kamu mandi dulu. Aa tungguin kamu, biar nanti kebawahnya bareng bareng." ucap Adli sambil memakai kopeahnya.

"Emm, Rara mandi dulu ya. Nanti Aa gak usah nunggu Rara di bawah takutnya udah adzan magrib." jelas Rara sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Iya,Ra." balas Adli sambil menatap pintu kamar mandi dan menghela nafasnya kecil.

Adli pun turun ke meja makan. Sudah banyak orang di sana.

"Loh, Rara mana? Gak bareng sama kamu Dli?" tanya Abi ketika melihat Adli duduk sendiri tanpa Rara.

"Rara masih mandi,Bi. Katanya gak usah nungguin takut keburu adzan magrib." balas Adli.

"Yaudah Abi sama yang lainnya makan dulu aja. Umi nanti makannya bareng Rara aja," usul umi sambil mengambilkan nasi beserta lauk pauknya untuk Abi. Abi dan yang lainnya pun hanya mengangguk termasuk Adli.

Setelah makan, para lelaki pun segera pergi ke masjid dikarenakan adzan magrib sudah berkumandang dan akan kembali ke rumah ketika sholat isya.

Tak lama Rara yang sudah mengenakan pakaian tidurnya pun langsung ke meja makan untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Loh, teh? Gak sholat dulu?" tanya Umi setelah sholat dan melihat Rara yang sedang menyendokkan nasi ke piringnya.

"Enggak mi, teteh baru aja dateng bulan. Umi udah makan?" jawab Rara sambil melirik uminya bentar.

"Belum, umi kan nungguin teteh. Kasian kalau teteh makan sendiri. Kayak masih jomblo padahal udah punya suami."gurau umi sambil terkekeh yang membuat Rara agak memanyunkan bibirnya.

Rara pun mengambilkan nasi untuk Umi sedangkan umi hanya duduk di meja makan sambil melihat Rara.

"Gak nyangka ya, Anak umi udah besar aja. Bentar lagi udah gak ada di rumah lagi. Semoga teteh bahagia selalu ya." ucap Umi saat menerima piring dari Rara.

"Umi... Teteh mau makan dulu, baru nanti nangisnya. Kan gak lucu kalau nangis trus perutnya keroncongan." balas Rara dengan mata berkaca kaca mengalihkan topik. Umi pun hanya terkekeh melihat gelagat Rara.

Mereka pun makan dengan keadaan hening. Setelah selesai makan umi segera merapihkan meja makan dengan bantuan Rara.

"Umi udah mending sekarang umi sholat isya dulu. Beres beres sama nyuci piring mah biar teteh aja." tahan Rara sambil membalikkan badan umi ke arah kamar orang tuanya.

"Iya iya. Makasih ya Anaknya umi yang sholehah ini." umi masuk ke kamar setelah mengusap khimar Rara. Rara pun menyuci piring dan membersihkan meja makan.

Karena badanya sudah 3L (lelah,letih,dan lesu) Rara pun naik ke atas menuju kamarnya mungkin tidur tiduran sambil menunggu Adli akan akan menghilangkan rasa 3L di tubuhnya.

Tak lama tubuhnya berbaring di kasur Rara pun sudah tertidur dengan lelap hingga tak menyadari Adli yang sedang mengetuk pintu kamar.

'kriet'

"Assalamu'alaykum.... Ra?" ucap Adli saat masuk ke kamar. Dan terlihatlah Rara sedang tidur dengan khimarnya yang tetap melekat di kepalanya.

Adli pun segera melepaskan kopeah juga mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek. Dan naik ke sisi kasur yang kosong. Dilihatnya wajah Rara yang terlelap pulas.

"Selamat tidur Ra, semoga kamu menikah denganku bukan karena paksaan ya." gumam Adli setelah mencium kening Rara. Adli pun segera membaca doa dan mulai menutup matanya menyusul Rara ke alam mimpi.

TBC

Assalamu'alaykum. Afwan semuanya Yaya lagi banyak tugas nih jadi baru sekarang updatenya semiga suka ya. Boleh minta vote sama komennya kan buar yaya nambah semangat buat update. Makasih ya yang udah baca ceritanya. Bye. Wassalamu'alaykum.

Sabtu/23/11/2019
YYTTTHIA💜

Jalan Takdirku [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang