Byuuur
"Oops!! Sorry, gue gak sengaja." dengan santainya Farah berucap setelah sengaja menumpahkan jusnya ke baju Rara. Lebih tepatnya ke arah perut Rara.
"Astagfirullah!! Farah!! Apa-apaan sih lo?!" Rara terdiam dengan bajunya yang basah. Baru kali ini ia merasakan yang namanya bully dan itu pula ketika ia menjadi mahasiswi.
"Tuh kan guys. Liat deh perutnya, buncit gitu. Pasti kalian udah paham kan mana perut yang gendut sama yang lagi hamil." teriak Farah seolah mengumumkan pada semuanya kalau Rara sedang hamil. Sedangkan Andin sedang mencoba menahan emosinya.
"Eh, ayahnya siapa by the way? Atau jangan-jangan gak punya ayah?"ucap Relisha --teman Farah-- yang membuat semua tatapan menuju ke arah Rara.
"Duh jadi keinget sama Dini. Bukannya dia juga hamil, tapi langsung gede gitu." tambah Chela yang ikut2 memanasi suasana. Sedangkan Rara dan Andin mengatur nafasnya dan selalu beristigfar setiap mendengar temannya itu berbicara.
"Menurut gue ya, Rara sama Dini tuh sama aja tau. Sama-sama MUNAFIK!! Pakeannya aja alim tapi, cih bullshit!" Rara yang mendengar ucapan Farah langsung sakit hati. Apalagi ketika ia mendengar kata munafik yang sengaja dikeraskan oleh Farah.
Suasana dikantin mulai ribut, entah itu karena orang yang membicarakan Rara atau karena yang lain. Tapi satu hal yang pasti, semua orang di kantin --termasuk para pedagang-- memusatkan mata mereka ke arah Rara yang menundukkan kepalanya.
"Dasar lo Munafik!!"
"Kampus kita udah tercemar guys."
"Gak nyangka banget gue. Hijab kok dijadiin tameng?"
"Ukhty kok gitu sih?"
"Bentar lagi pasti temennya yang ketahuan hamil!"
"Sok alim, Najis!!"
"Lo semua kalau gak tau apa-apa mending diem deh!! Tuh mulut gak ada akhlaknya ya?!" karena ucapan disekitarnya yang sudah menyudutkan Rara, Andin mengeluarkan suaranya dengan tegas. Menatap tak percaya ke arah orang-orang yang menganggap omongan Farah adalah benar.
"Lo!! Liat aja nanti. Gue bakalan aduin ini semua ke keluarganya!!! Terus inget ya! Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan!! Wassalamu'alaikum." ucap Andin sinis ke arah Farah dan temannya seraya memegang tangan Rara mengajaknya ke kamar mandi untuk menyuci bajunya yang terkena jus.
Ketika sampai di kamar mandi, Rara langsung masuk ke dalam toilet dan mencoba membersihkan bajunya. Tanpa disadari kedua air matanya mengalir di pipinya.
"Ra? Kamu gapapa kan?" tanya Andin khawatir setelah mendengar isak tangis Rara yang ditahan. Mata Andin pun berkaca-kaca, melihat sahabatnya yang sudah dianggap sebagai saudaranya itu di-bully seperti tadi membuat hatinya sakit.
Beberapa menit kemudian, Rara keluar dari kamar mandi dengan mata yang memerah. Tak jauh beda dengan Rara, Andin pun sama merahnya karena menahan tangis. Dipeluknya Rara dan pecah sudah tangis mereka berdua.
"K-kamu jangan bilang ke kak Adli ya?" Andin menatap bingung ke arah Rara setelah mereka melepaskan pelukannya.
"Kenapa sih, Ra?" Rara pun menghela nafasnya kecil. Ia takut kalau masalah ini akan menambah beban untuk Adli yang sedang sibuk di kantornya juga dengan wisudanya.
"Aku gak mau nambah beban suami aku, Ndin." jelas Rara sambil berkaca memperbaiki penampilannya yang sedikit kacau. Andin yang sama kacaunya ikut berkaca disebelah Rara.
"Kamu yakin Ra? Kalau nanti kak Adli denger dari orang lain gimana? Saran aku sih, mending kamu cerita aja sekarang. Biar kesannya tuh kamu terbuka sama suami." Rara sedikit memikirkan ucapan Andin. Bagaimana jika suaminya itu menganggap Rara suka menyembunyikan sesuatu. Atau bahkan lebih parahnya suaminya akan merasa kalau Rara tidak percaya dengan suaminya.
"Nanti aku coba pikirin lagi deh." putus Rara yang membuat Andin tersenyum setelah selesai mencuci mukanya.
Mereka pun keluar kamar mandi ketika penampilannya sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Eh. Itu baju gimana? Kalau tetep dipaksain pake nanti kamu bisa masuk angin. Apalagi dikelas pake AC." tanya Andin begitu keluar dari kamar mandi. Dan Alhamdulillahnya daerah dekat kamar mandi sedang sepi. Sehingga tak ada tatapan-tatapan benci yang mereka dapatkan sementara ini.
"Kayaknya gak akan masuk angin deh, soalnya udah lumayan kering juga." jawab Rara sambil menunjukkan bajunya yang sudah lumayan kering.
"Ohh yaudah kalau gitu. Kalau dingin bilang ya." tak lama hp Andin berbunyi menandakan ada notifikasi dari hpnya itu. Setelah mengeluarkan hp dari tasnya Andin pun segera membukanya siapa tau tentang jadwal kuliah.
"Astagafirullah!" pekik Andin ketika melihat video pertengkarannya dengan Farah ketika di kantin audah tersebar di grup angkatannya.
"Kenapa, Ndin?" alis Rara menyatu ketika melihat wajah sahabatnya yang sangat terkejut juga kesal.
Rara pun sama terkejutnya ketika melihat isi Hp Andin.
Tbc...
Assalamu'alaikum semuanyaaaa maaf ya aku jarang up soalnya aku banyak kegiatan belakangan ini. Makasih yang udah sabar nunggu sama nyemangatin aku lewat komenan kalian😊😊
Btw karena aku jarang up, aku mau nebus nih... Insyaallah aku bakalan up 3 bagian. Jangan lupa vote sama komen ya. Wassalamu'alaikum.
YYTTTHIA💜

KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdirku [HIATUS]
Spiritual[Spiritual - teenfiction] Dia yang membuat hidupku berubah, datang dengan tiba-tiba yang tak pernah terpikirkan olehku. Kini tinggal kuucapkan selamat tinggal ke masa dimana aku masih bebas. Semuanya adalah takdir. Takdir dari-Nya, yang menurutku ad...