12. Baikan°°°

882 49 22
                                    

"Aa. Aa!! Tolongin Rara. Rara gak bisa nahan es krimnya biar gak cair." rengek Rara yang bingung melihat kedua es krim yang dipegangnya mulai mencair.

"Tunggu sebentar ya. Kita bentar lagi juga nyampe mobil kok." Adli pun berjalan menuju istrinya sambil membawa kantong kresek besar dikedua tangannya.

"Yuk, jalan. Nanti esnya malah makin cair loh." ucap Adli yang melihat Rara masih bingung dengan kedua es krim yang ada di tangannya.

Karena takut kehilangan es krimnya yang terus mencair, Rara pun berjalan cepat menuju mobil. Disusul Adli yang dengan sabar membawa belanjaan mereka.

'Ditungguin malah ninggalin. Untung aku sayang kamu,Ra. Eh udah cinta deng.' batin Adli yang tersenyum melihat bidadari di depannya. Istrinya. Bukan cewek lain.

"Aa. Cepetan dong. Nanti es krim Rara makin cair." kata Rara. Adli yang tersadar dengan lamunan sesaatnya pun mulai menghampiri mobil dengan tergesa.

Tin

Setelah mobil dibuka, Rara dengan tak sabar duduk di kursi depan dan mulai memakan es krimnya yang mulai mencair. Sedangkan Adli baru menyusul masuk mobil setelah menyimpang belanjaannya di bagasi.

Begitu masuk mobil, Adli masih belum menyalakannya. Ia masih sibuk memperhatikan muka istrinya yang sangat menggemaskan sekarang. Dan kini pikirannya mulai memflashback ulang.

Ketika sudah keluar dari supermarket yang ada di Mall. Mereka pun mulai melangkah menuju pintu keluar.

Tapi ditengah jalan Adli merasakan bajunya ditarik oleh seseorang yang ia yakini itu adalah istrinya.

"Kenapa, sayang?" tanya Adli setelah menghadap ke arah Rara.

Rara yang ditanya pun hanya bisa terdiam sambil tetap memegang baju Adli.

"Ada apa? Ada barang yang ketinggalan? Atau perut kamu sakit?" tanya Adli bertubi-tubi tapi hanya gelengan kecil dari Rara yang ia dapatkan.

"Rara mau itu." hampir saja suara Rara yang sangat kecil itu tak terdengar oleh Adli.

Tapi seolah ada sesuatu yang Rara inginkan Adli pun mulai mengedarkan pandangannya dan melihat toko es krim.

"Kamu mau es krim?" tanya Adli.

"Mau!!" dengan semangat Rara menjawab. Tak lupa dengan matanya yang menatap Adli yang sebelumnya hanya menatap lantai.

"Yuk."

"Em, boleh?"

"Ya boleh lah, sayang. Apa sih yang enggak buat bidadariku yang lagi ngidam ini." ingin rasanya Adli mencubit kedua pipi istrinya itu. Tapi kedua tangannya yang sedang sibuk itu tak bisa melaksanakan tugasnya.

Lalu dengan semangat Rara menggandeng Adli menuju toko es krim yang sangat ia inginkan.

Hingga berakhirlah mereka di dalam mobil dengan Adli yang memandang wajah istrinya juga Rara yang sibuk dengan kedua es krimnya.

Merasa diperhatikan, Rara pun menolehkan pandangannya ke samping. Ternyata Adli sedang menatap lekat wajahnya.

"Aa. Wajah Rara ada es krimnya ya?" tanya Rara yang menyadarkan Adli dari acara flashbacknya.

"Enggak kok."

"Bener??"

"Iya, sayangnya Aa."

Blush

Merah. Kini itu warna pipinya Rara saat dipanggil sayang oleh suaminya. Meski suaminya itu sering sekali menyebut dirinya seperti itu. Entah mengapa hatinya selalu deg-degan dan disertai pipinya yang sudah semerah tomat.

Jalan Takdirku [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang