Pangeran Kalandra

4.6K 150 2
                                    

Aku tahu siapa pria yang sedang mencoba mendekat ke arahku. Namanya Kalandra, Pangeran Kalandra yang dulu selalu mengejekku di istana. Tapi, kenapa bisa dia ada di sini? Apakah dia bertujuan menangkap Tuan Mahawira?

Tidak mungkin Pangeran Kalandra punya tujuan seperti itu. Setahuku, pria itu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Tuan Mahawira. Lagi pula, sudah lama tuanku tidak bicara dengan Pangeran Kalandra. Memang, boleh jadi ia ditugaskan ayahanda Tuan Mahawira untuk membawanya pulang. Bagaimanapun, aku harus tetap berwaspada. Bisa saja ini akan menjadi buruk.

Kuakui dia memang tampan, tapi sikapnya membuatku benar-benar muak. Mau bagaimanapun juga, aku tetaplah harus bersikap lembut di hadapannya. Aku tidak boleh sampai menunjukkan gelagat mencurigakan. Dia cukup jeli dengan matanya yang agak sipit itu.

"Apa yang sedang kau lakukan, Gadis Cantik?" tanya Pangeran Kalandra.

Apakah dia tidak mengingatku sama sekali? Dasar pikun!

Oh, ya. Benar sekali. Pria itu mungkin tidak mengenaliku. Pasalnya, ketika sering bertemu dengannya, aku hanya gadis hitam dekil, buruk rupa, dan tak seorang pun yang menginginkan keberadaanku. Dan sekarang ketika aku telah menjadi dewasa seperti sekarang ini, ia tidak mengenaliku.

Aku jadi punya ide. Bagaimana kalau aku juga pura-pura tidak mengenalnya? Tentu saja, ini akan memberikan keuntungan bagiku dan Tuan Mahawira.

Akan kukerjai kau, Pangeran Sombong!

"Aduh, aduh! Kaki hamba, Tuan. Kaki hamba sakit, Tuan. Hamba baru saja terjatuh dari tanah terjal itu. Sekarang kaki hamba dan tubuh hamba sakit sekali. Hamba nyaris tidak bisa berjalan," kataku berpura-pura sambil sesekali melihat ekspresi wajah pangeran sombong itu.

Segera pangeran tampan itu memasukkan pedang ke dalam sarung yang ia ikat di pinggang sebelah kiri. Setelahnya, ia memeriksa bagian kakiku.

"Apa ada yang terluka? Coba kulihat," tanyanya sambil terus memperhatikan kakiku yang begitu kotor.

Saat aku akan memukul punggung sang pria, ia lebih dulu mendongak. Aku pun mengurungkan niat dengan segera, lalu berpura-pura kesakitan lagi.

"Aduh, aduh, Tuan. Kaki hamba sakit sekali. Hamba tidak bisa berjalan. Sepertinya hamba terkilir."

Pangeran Kalandra mengembuskan napas panjang. Jelas sekali ia kebingungan melihatku merintih kesakitan. Sekarang kita lihat, apa yang bisa dia perbuat pada perempuan kesakitan sepertiku? Apakah dia akan melakukan sesuatu untukku?

"Baiklah. Kau sebenarnya mau ke mana? Aku mungkin bisa membantumu," tawarnya sambil mengangkat sebelah alis.

"Hamba sedang mencari makanan dan minuman, Tuan. Tenggorokan hamba rasanya kering sekali. Hamba juga baru sadar setelah pingsan, entah berapa lama. Hamba tidak tahu tepatnya. Tapi, hamba benar-benar kesakitan."

"Oh, begitu. Aku tahu tempat kita bisa mendapatkan air. Mari, kubantu kau berdiri."

Sang pangeran mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Tidak kusangka, setelah dilihat-lihat lebih lama, ia cukup tampan juga.

Aduh, apa yang aku pikirkan?! Tidak, tidak! Aku sudah punya Tuan Mahawira! Aduh, lagi-lagi aku salah bicara. Tidak, tidak. Aku tidak menginginkan pria itu.

Yang benar saja. Mengapa pikiranku jadi kacau begini setelah bertemu dengan para pria tampan itu? Ya, kuakui mereka tampan. Jika aku seorang putri raja, tentu saja aku bisa memilih salah satu di antara mereka. Kenyataannya, aku hanya seorang pelayan yang tidak berarti apa-apa.

Segera aku menyambut uluran tangan sang pangeran tampan.

"Tanganmu sangat lembut. Kurasa kau bukan gadis sembarangan," ucapnya pelan yang seketika membuat kedua pipiku merona. Aku langsung menyembunyikan wajahku kala itu.

Tuan, Jangan Sakiti Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang