Pertarungan Sengit dengan Naga Merah

814 44 2
                                    

"Kau begitu sombong, Anak Muda! Apa yang kau inginkan sehingga datang ke rumahku?!"

Suara naga merah menggelegar seolah-olah mampu memecah gendang telinga. Sementara itu, Tuan Mahawira tak sedikit pun menunjukkan ekspresi takut. Ia bahkan makin terlihat sangat antusias. Aku tetap berada di belakang pria itu. Apa pun yang terjadi, aku akan bersamanya. Akan tetapi, aku tak enak jika menjadi beban dan penghalang baginya.

Oleh karena itu, aku menjauh dan bersembunyi di balik sebuah pohon.

"Jadi, seperti ini wujud dari penunggu goa? Hmm, aku makin tertarik mengalahkanmu."

Naga itu terbahak mendengar pernyataan tuanku yang sangat percaya diri bisa mengalahkannya dengan mudah. Tentu, jika dipikir secara logika, mana mungkin seorang manusia dapat mengalahkan hewan raksasa seperti sang naga?

"Kau benar-benar sombong, Manusia! Kau percaya sekali bisa mengalahkan naga legendaris sepertiku. Seberapa kuat kau sehingga berani datang kemari?"

"Aku tidak perlu mengatakan seberapa kuat diriku. Kau coba saja."

Di sekitar tubuh Tuan Mahawira muncul fatamorgana. Seolah-olah tubuhnya adalah api yang berkobar dan segera melenyapkan segala hal. Naga itu tak berbuat apa-apa. Sepertinya ia menunggu serangan yang akan dilancarkan Tuan Mahawira. Benar saja. Beberapa saat kemudian, Tuan Mahawira melompat ke kepala naga itu. Pedangnya mengacung, melayang, mengibas, membidik tepat ke arah mata sang naga. Namun, usaha tuanku gagal saat naga menggerakkan kepalanya membuang Tuan Mahawira darinya.

Pria itu terpental, tetapi ia mendarat dengan sangat sempurna. Bahkan ia tidak jera, lalu kembali melompat. Lompatan kedua itu gagal karena sang naga menyemburkan api yang sangat panas. Aku yakin hewan itu tidak berasal dari dunia manusia. Oleh sebabnya, ia bahkan dapat keluar dan masuk goa tanpa menghancurkan ukurannya yang semula. Itu benar, bahwa sang naga sebenarnya hanya hewan yang tinggal di alam gaib. Ia tak mewujud fisik, melainkan roh dari sebuah benda yang disebut artefak.

Ini hanya pendapatku saja. Aku tak tahu apakah benar naga itu ada. Akan tetapi, ia hanya bagian dari dunia lain yang mewujud naga dan mencegah siapa pun masuk goa.

Tuan Mahawira masih berkutat dengan pertarungan. Pria itu bahkan tidak sedikit pun menyerah. Pandanganku tertumbuk pada pertarungan mereka yang sengit. Naga sesekali mengeluarkan api dari mulutnya, tetapi tidak sampai menghancurkan apa-apa yang ada di sekitar, kecuali membuat Tuan Mahawira kewalahan dengan panasnya.

"Tidak hanya kau yang punya api, Tuan Naga."

Kembali sang pangeran melesat seperti kilat, berpindah tempat, berlari di atas tubuh panjang naga itu dan mengibas-ngibaskan pedangnya agar melukai hewan raksasa tersebut.

"Kau dilindungi sisik yang paten. Baiklah, aku akan mencari cara lain untuk bisa membunuhmu."

Sang naga kembali tertawa renyah. Ia nyaris tidak melakukan apa pun selain membiarkan Tuan Mahawira bermain-main di atas tubuhnya.

Pedang Tuan Mahawira selalu terpental. Tak sedikit pun tubuh sang naga terluka bahkan setelah cukup lama pertarungan berlangsung. Padahal, Tuan Mahawira sudah bercucur banyak keringat.

"Tuan! Aku tahu kau bisa!" teriakku, demi menyemangatinya.

Tiba-tiba naga itu melesat mengitari bukit yang ada di belakang goa. Sepertinya ia bertujuan membuat sang pangeran pusing. Tentu saja, itu tidak membuat Tuan Mahawira lengah sedikit pun.

Terlihat sang pangeran berhenti membentur-benturkan pedangnya di tubuh sang naga. Ia melompat turun, lalu menancapkan pedangnya pada tanah. Tuan Mahawira duduk bersila sembari menyatukan dua tangan di depan dada. Mulutnya komat-kamit. Tiba-tiba pedangnya dikelilingi api.

Tuan, Jangan Sakiti Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang