Tuan Mahawira atau Tuan Kalandra?

3.7K 138 5
                                    

"Berani sekali kau menyentuhnya! Akan kucincang kau! Hiyat!"

Kulihat wajah Tuan Mahawira begitu marah dengan perlakuan Pangeran Kalandra padaku. Aku jadi begitu malu dan sangat percaya diri. Apakah aku seberharga itu bagi Tuan Mahawira?

Ya, ampun. Aku mengkhayal lagi!

Kulihat dua pria itu berkutat dengan pertarungan. Pangeran Kalandra menggunakan pedangnya untuk menebas Tuan Mahawira. Sedangkan tuanku melawan sang pangeran begitu mudah hanya dengan tangan kosong.

Entah mengapa aku sangat senang melihat pertarungan kedua pria itu. Mereka seperti memperebutkan diriku.

Aduh, lagi-lagi aku terlalu percaya diri!

"He! Sudah, hentikan! Tuan Mahawira! Hentikan!" teriakku, tetapi mereka tentu saja tidak mau berhenti.

Kulihat Tuan Mahawira mengambil pisau miliknya yang tergeletak di tanah, lalu saling menggigit dengan pedang Pangeran Kalandra.

"Berani-beraninya kau, Mahawira! Ada keperluan apa kau datang ke tempat ini?!" tanya Pangeran Kalandra sambil melayangkan sebuah tendangan kepada tuanku. Namun, dengan cekatan Tuan Mahawira menghindar, lalu meraih kaki sang pangeran.

Dilemparnya sang pangeran seolah kapas yang ringan oleh tuanku. Benar-benar pria tangguh. Aku tidak bisa membiarkan pertarungan mereka berlanjut sampai ada yang terluka. Sungguh, aku jadi merasa sangat bersalah jika itu terjadi.

"Cornelia! Pergilah kau lebih dulu! Biar kuberi lelaki hidung belang ini pelajaran!" teriak tuanku.

Tiba-tiba Pangeran Kalandra menghentikan serangannya terhadap Tuan Mahawira. Pria itu mengernyitkan dahi kemudian.

"Apa? Kau menyebut Rosalina dengan apa? Cornelia?" tanya sang pangeran penuh selidik.

"Bukan urusanmu!"

"He, Mahawira! Apa kau mengira gadis cantik bernama Rosalina itu adalah Cornelia yang buruk rupa itu?!"

"Jaga mulutmu, Kalandra! Kau tidak pernah berubah sampai detik ini. Tetap saja sombong dan tengik!" Tuan Mahawira menggeram, melesatkan tatapan tajam pada sang pangeran.

Suasana makin panas, diselimuti amarah yang membara dari kedua belah pihak.

Aduh, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku akan ketahuan berbohong oleh Pangeran Kalandra. Tapi ... sangat tidak mungkin meminta Tuan Mahawira untuk berbohong dan mencegah hal itu terjadi.

"Ternyata kau masih membela gadis buruk rupa itu, Mahawira. Kau tahu, dia gadis yang sudah merusak persahabatan kita—"

"Kalandra, diam! Kau sendiri yang sudah merusak persahabatan kita. Karena sikapmu yang sombong itulah sebabnya."

"Mahawira!" teriak Pangeran Kalandra sambil mengepal erat tangannya.

"Maju kau, Kalandra!"

Tuan Mahawira siap menerima serangan dari sang pangeran. Namun, dengan lugas aku berlari ke tengah-tengah mereka. "BERHENTI!"

Aku memekik dengan suara menggelegar, membuat dua pria itu langsung terdiam dan menatap ke arahku.

"Kalian tidak semestinya bertarung seperti ini." Kutolehkan wajah ke arah Pangeran Kalandra. "Tuan Kalandra. Maaf, hamba sudah membohongi Tuan. Hamba sebenarnya Cornelia."

Pangeran Kalandra membelalak seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan. "M-maksud—"

"Ya, Tuan. Hamba Cornelia. Gadis yang selalu Tuan katakan buruk rupa, hitam, jelek, dan entah apa lagi. Maaf, hamba telah membohongi Tuan."

Tuan, Jangan Sakiti Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang