ISTRI BOROS
Part 14
#istriborosSudah seminggu kejadian Risma melempar uang ke wajah ibu. Jika minggu lalu kami pulang ke kampung, hari ini adalah acara family gathering kantor. Setiap akhir tahun sering diadakan guna mengakrabkan sesama karyawan maupun dengan sanak keluarganya. Karena itu pula banyak yang mengenal Risma.
Tapi tahun ini dia tidak kuikutsertakan, padahal sudah jauh-jauh hari ia selalu excited setiap mengingat acara ini semakin dekat. Karena ingin memamerkan baju baju mode terbaru dengan harga terbilang fantastis di depan teman kantorku
"Mas, ayo berangkat!" Risma memakai baju kaos putih gombrang, lengan baju dilipat ke dalam agar kelihatan jangkis, dan celana yang agak longgar dibagian perut. Tidak lupa kacamata di kaitkan di atas kepala. Serta sepatu kets putih bercorak navy. Tas ransel kecil di gantung di pundak sebelah kirinya. Serta tangan kanan sibuk menggenggam iphone keluaran terbaru.
Risma memang selalu tampil trendi disetiap kegiatan. Ia tidak pernah kewalahan memadupadankan pakaian sesuai tema yang diusung. Ini juga salah satu alasan hati terpikat waktu itu. Orang sering bilang bahwa aku 'pungguk merindukan bulan', tapi begitulah jodoh, bak gayung bersambut, Risma menerima cintaku.
"Aku mau sendiri dulu." ucapku berlalu. Tidak mungkin membawa Risma saat emosiku masih menguasai.
"Mas aku sudah selesai bersiap-siap. Kenapa tidak bilang sebelumnya kalau ingin membatalkan. Tapi, tidak apa-apa. Kalau memang mood mu akan rusak kalau ada aku, lebih baik tidak ikut." Risma meraih kunci yang di atas meja lalu berjalan keluar tanpa berpamitan. Kuikuti ia, mengendarai mobil keluar gerbang. Mau kemana?
Jika Risma tlah siap, begitu juga denganku. Celana jeans dan kaos putih berkerah. Dengan jam tangan Rolex hadiah pemberiannya di hari ulang tahunku.
"Halo, Anita! Aku mau minta tolong untuk dijemput di rumah. Mobiku dipakai Risma." tidak ada pilihan lain kecuali meminta pada Anita.
"Baik, pak."
***
Karena sejalur, hanya butuh sepuluh menit Anita melewati jalanan untuk sampai ke rumah. Dia juga mengenakan baju kaos putih dengan kacamata hitam yang digantung di kerah baju. Lumayan cantik, tapi gaya Risma masih terbilang lebih unggul. Itu di mata teman kantor. Dulu, Anita sempat tersinggung saat acara tahun lalu, "Nit, kupikir kau cantik. Ternyata istri pak Ibam luar biasa cantiknya."
"Maaf yah merepotkan!" Anita mendekatkan badan ke setir sambil menghadap ke samping lalu tersenyum manis melihatku berdiri di samping mobilnya sedang berusaha membuka pintu.
"Ahh, gak, pak." jawabnya.
"Ngomong-ngomong istri bapak ke mana? Semalam dia tidak marah kan?" timpalnya."Hehee!" celingak celinguk kebingunan hendak berkata apa.
"Pak, aku followers bu Risma loh. Pengikutnya sudah sepuluh ribu orang lebih. Memang sih, story dan feed istri bapak itu keren semua. Jalan-jalan kemana-mana, makanan mewah, barang branded, arisan ala sosialita selalu menghiasi instagram miliknya. Wajar banyak yang suka. Tapi kulihat akhir-akhir ini, jarang update. Beruntung sekali dia punya suami seperti bapak yang sesukses ini." aku tersentak mendengar ucapan Anita. Kutelan ludah dalam-dalam. Dia tidak tahu bahwa istriku masih merasa kekurangan. Mungkin di mata Anita aku suami bergelimang harta, memanjakan istri prioritas utama. Dia tidak tahu setiap bulan gajiku bahkan tidak cukup untuk jajannya. Yang ada, orang tua Risma yang menutupi sebagian.
"Hehe, iya." jawabku singkat. Jarak tempuh yang dekat, tapi terasa lama karena pembahasan Anita sangat mengulik privasiku. Tidak sepatutnya rekan kerja bertanya seperti itu.