ISTRI BOROS PART 16

1K 25 0
                                    

ISTRI BOROS
Part 16
#istriboros

Setelah memarkirkan mobil, kususuri jalan panjang hingga sampai ke rumah. Beruntung tiba sebelum malam. Anita menguras kurang lebih sejam. Kulihat ayah sedang asik duduk bersantai di atas kursi. Ditemani secangkir kopi. Kuhampiri ia.

"Ayah, kok sendiri? Yang lain kemana?" Tanyaku. Kuletakkan tas laptop di atas meja bundar bersebelahan dengan minuman ayah. Ukurannya lumayan besar, jadi muat beberapa barang.

"Ada di dalam. Setiap hari kau pulang terlambat? Kukira kantoran hanya sampai jam empat sore? Atau lembur?" ucapnya. Memperhatikan secara detail tingkahku yang agak kelagapan.

"Anu yah, singgah sebentar!" kuambil tas kembali lalu masuk segera. Aku tidak suka berbohong, daripada ditanyai lebih lanjut, mending masuk saja.

"Aku masuk dulu, yah!" ucapku.

Kususuri ruang tamu yang nampak kosong. Kamarku dan kamar Risma juga tak berpenghuni. Namun, terdengar suara dari arah dapur. Rasa penasaran menyelinap, Kusimpan tas di sofa lalu berjalan ke dalam. Kaget bukan kepalang. Risma duduk di lantai sambil mengupas bawang merah dan bawang putih. Rambutnya diikat membentuk konde, dengan celemek merah muda di kalungkan dileher. Lagi-lagi kali pertama melihatnya seperti itu.

Sedang ibu dengan daster tuanya, sibuk memotong-motong tahu dan tempe di  sebelah kompor.

"Bu, bawang merah putihnya sudah kukupas. Tadi ibu bilang, enam bawang merah dan empat bawang putih? Ini diris, dicincang atau kuulek?" Sedikit mendongak, ia bertanya pada ibu yang berdiri di sampingnya.

"Diulek, nak! Iya segitu. Jangan lupa tambahkan satu sendok teh ketumbar dan 3 butir kemiri" ibu memalingkan wajah agar nampak jelas suaranya.

"Kemiri yang mana, bu? ini?" Risma berdiri sambil memegang buah pala yang dikiranya kemiri. Betul-betul istriku ini. Tak terasa aku cekikikan di balik tembok.

"Haha. Itu buah pala, nak. Kemiri yang itu." ibu membungkuk mengambil satu kotak lalu memperlihatkan ke arah Risma.

"Maaf, Bu!" ia menutup mulutnya karena malu. Setelah semua bumbu dimasukkan, Risma menumbuk diulekan dengan sangat kencang sehingga banyak yang terbuang.

"Caranya seperti ini. Pelan-pelan saja. Kalau susah hancur, bisa ditumbuh sekali trus lanjut diulek. Awas matamu kena kalau terlalu kencang!"

"Hahaha!" aku tertawa lepas. Sampai ibu dan Risma berbalik memandangiku. Tidak tahan rasanya melihat tingkah lucunya itu.

"Ibam? Dari tadi disitu?" Tanya ibu yang kembali memotong tahu tempenya.

"Mau bikin apa, Bu?" tanyaku. Kuhampiri tempat berdiri ibu sehingga membelakangi Risma. Sesekali kulihat ke belakang, ia tidak menatapku. Ia masih asik belajar mengulek.

"Risma minta diajar membuat tempe bacem. Makanan favoritmu." balasnya.

"Bu, sudah halus. Mau diapakan lagi ini?" tanya Risma.

"Siapkan wajan, nak. Lalu tuangkan air kelapa setelah itu masukkan bumbu yang sudah kau ulek tadi!" Jawab ibu. Risma mengambil wajan yang tergantung lalu menyalakan kompor. Dituangnya pelan-pelan air kelapa disusul dengan bumbu halus tadi. "Bu, semuanya kan?" tanyanya kemudian dibalas anggukan oleh ibu.

"Ibu tadi dari belanja? Persediaan bumbu mulai menipis selama asisten rumah tangga tidak ada." tanyaku seraya mengambil satu pisau lagi lalu membantu ibu.

"Risma mengajak ibu ke pasar dalam gedung. Di sana ada tangga yang bisa bergerak sendiri. Awalnya ibu menolak, tapi istrimu bilang sekalian jalan-jalan. Alhasil, ia harus kurepotkan berdua ayahmu. Tahu sendiri kan, di kampung tidak ada begituan." Ibu menjawab dengan sangat antusias. Apa Risma sudah berubah? Hatiku selalu dipenuhi tanda tanya. Jika belum, tidak mungkin ia mau berjalan di tempat umum bersama kedua orang tuaku yang dari tampilannya saja sudah jelas perbedaannya.

ISTRI BOROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang