Chapter O3

8.4K 923 186
                                    

Hinata Hyuuga mendesah penat, serta-merta menunduk ke bawah, mengamati tangannya sendiri, wajahnya pucat dan gelisah. Mencoba mengerti dengan keadaan. Dia berjalan mengikuti paving bebatuan halaman rumahnya menuju gerbang depan. Beberapa kali menarik napas tenang, meluruskan pola pikir yang sempat kusut.

"Aku mengerti." Suara di sampingnya kurang memadai. Mengirimkan sinyal menakutkan.

Kedua kaki Hinata kontan membeku, dia menggeleng lalu menatap Sasuke Uchiha yang setia dengan segaris senyum hangat di sampingnya.

"Aku minta maaf, Sasuke. Tak seharusnya Ayah menyikapimu begini, dia terlalu ..." Hinata merasakan paru-parunya sudah mulai kesulitan menangkap oksigen segar, tatapannya berubah gusar. "Ayah sudah terlalu jauh mencampuri hubungan kita. Aku bahkan biasa saja saat melihatmu berdansa dengan Sakura tadi. A-aku ... minta maaf, sungguh. "

Sasuke menarik napas, satu tangannya ia angkat untuk menyentuh bahu kecil Hinata. "Sudahlah. Tak ada yang perlu kautakuti. Memang sudah tugas seorang Ayah untuk ikut mengkhawatirkan kehidupan putrinya sendiri."

Hinata menggeleng lagi. "Tapi ini sudah terlalu jauh. Setiap kau ada di sini, Ayah akan selalu mengajakmu berdiskusi di dalam ruangannya tanpa sepengetahuanku. Entah apa yang kalian bicarakan, yang jelas apa pun itu pembicaraan Ayah padamu. Aku yakin, tak ada satu pun dari kalimatnya yang menyenangkanmu. Sasuke aku pikir—"

"Tak ada yang menyenangkanku. Bagaimana aku bisa tak senang saat Ayah dari kekasihku menyuruhku untuk menjaga putrinya selalu," sela Sasuke cepat. Tatapannya berubah serius.

"Kau bohong," kata Hinata. Dia menatap lelaki di depannya putus asa.

"Tidak. Aku tidak berbohong." Sasuke mengatakannya dalam satu kali tarikan napas panjang.

"Katakan, apa yang Ayah bicarakan tadi padamu? Apa dia juga membicarakan Sakura?"

"Ayahmu hanya memperingatiku untuk terus menjagamu." Sasuke menghentikan kalimatnya. Melihat masih belum ada keyakinan dari kedua netra jernit itu. "Aku sudah jujur."

"Benarkah?"

"Ya."

"Kenapa kau selalu mengatakan hal yang sama? Kenapa kau terus menyembunyikan semuanya? Apa karena paru-paru sial—"

Sasuke mendesah gusar. "Hentikan, Hinata. Aku benar-benar sudah mengatakan semuanya padamu," selanya.

"Hanya seputar itu? Bahkan hampir di setiap hari waktuku bersamamu di rumah habis oleh waktu diskusi menjengkelkan kalian. Dan kau hanya bilang itu lagi?"

"Ya. Hanya itu," kata Sasuke. Terus berjuang untuk tetap tenang.

"Bicaralah sedikit padaku, Sasuke. Oh, sial. Apa aku harus membangkang pada Ayah dan berteriak padanya sekarang?"

Sasuke manarik napas berat lagi. Tangannya bergerak untuk menggenggam jemari Hinata. "Tidak. Tidak ada yang perlu kaupikirkan."

"Astaga, Tuhan. Persetan dengan perspektif serta pemikiranku!" Hinata membentak, suaranya pecah, "Aku hanya butuh kejujuranmu."

"Aku selalu jujur dan selalu mengatakan jawaban yang ingin kaudapat. Ayahmu berkata untuk terus menjagamu."

"Kumohon! Jangan berlagak pandai besandiwara di depanku. Aku mengenalmu dengan baik. Aku tahu siapa kau. Dan aku tahu jelas latar belakangmu. Jangan terus bohong lagi dan lagi—"

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang