Sasori
SIAL.
Sudah lihat pemberitahuan sialan dari grup angkatan?Sakura baru saja sampai di rumah, sehabis mengantar Sarada berangkat ke sekolah, tangannya hendak membuka pintu pagar, dan wanita tersebut lantas terkekeh kecil saat menemukan balon pesan dari Sasori adalah notifikasi pertama yang menyembul masuk pada layar ponselnya begitu mode malam dinonaktifkan. Ini juga adalah pesan pertama yang dikirim Sasori setelah mereka saling bertukar nomor beberapa hari yang lalu. Terkesan sedikit lucu, seakan-akan pria tersebut menganggap jika apa yang tengah dibincangkan dalam grup adalah kabar krusial yang dapat membuat kartu hidup paling rahasia milik mereka tergulir guna hendak disebarluaskan.
Tetapi menggerakkan ibu jari, turut menyelami ruang grup dan menilik pemberitahuan yang dimaksud Sasori, Sakura sontak mengernyit sengit, dan sekelumit humor yang tadi sempat menggelitik permukaan perutnya pun turut dibuat lenyap saat ia mendapati ada beberapa pesan yang ternyata berisikan tentang penetapan waktu reuni.
Mrs. Summer
Hari ini, Capital Grille pada pukul
yang sudah ditentukan.
Jangan sampai lupa, ya, teman-teman!
Yang tidak datang bisa dapat konsekuensi, lho.Reuni? Hari ini? Ah, ternyata memang bukan kabar bagus. Sakura mengudarakan satu desah berat. Benar-benar bukan kabar bagus.
Sakura sudah pernah melewati reuni SMA pertamanya. Saat itu ia setengah terpaksa sebab Mrs. Summer—wali kelas mereka—menentukan waktu reuni bersamaan sekaligus dengan pembagian transkip nilai serta buku tahunan siswa. Meski sedikit keberuntungan berpihak pada Sakura sebab tidak semua bisa hadir, namun reuni pertama tidak juga banyak meninggalkan kesan baik, jujur saja. Presensinya di sepanjang acara sudah menyerupai partikel udara. Dihiraukan. Hingga membuat ia bertanya-tanya apakah dirinya adalah salah satu dari mereka?
Namun, tentu, Sakura jelas tidak dapat melayangkan protes dan larut berkontemplasi akan kenyataan serta alasan mengapa ia tidak punya lingkar pertemanan sewaktu SMA, mengapa ia tidak hidup selayaknya perempuan muda kebanyakan, mengapa sebagian besar anak-anak kelas cenderung kerap menaruh impresi negatif terhadap dirinya, juga bahkan, mengapa Temari Yoshida—yang padahal dulu adalah satu-satunya teman paling dekat yang ia punya turut menciptakan jarak. Barangkali semenjak insiden saat Yugao menamparnya dulu, Sakura tidak tahu dan tidak pula mau tahu seberapa buruk bahan bulanan yang merebak selanjutnya setelah itu.
Biar bagaimanapun kabar perpisahan Sasuke Uchiha dan Hinata Hyuuga pasti akan selalu meninggalkan satu pertanyaan besar di setiap kepala. Dan jika peran Sakura terkeruk, apa yang akan ia harapkan? Simpati dari orang-orang? Mustahil. Itu jelas takkan pernah terjadi. Tidak. Sakura sama sekali tidak pernah mengharap belas kasihan, ia juga tidak pernah berpikir untuk menempatkan diri sebagai korban, pula Sasuke bukanlah esensi penyebab atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Bukan hanya Sasuke yang dulu kerap menginginkan puncak persanggamaan. Mereka ... sama-sama pendosa yang sudah jatuh terlampau dalam.
Sakura menggeleng selepas menutup pintu kamar. Ia termenung. Mengapa pikirannya selalu dan selalu saja jadi malah berujung pada Sasuke? Pertemuan paling tak terduganya semalam dengan pria itu di lift bahkan masih terasa selayaknya kelebat bunga tidur, diakhiri dengan tawa sengau. Walaupun masih dikepung ingatan lama, tetapi ia dan Sasuke sudah dapat mengendalikan diri seolah sama-sama sepakat untuk berlagak bagai dua orang yang baru saja dipertemukan. Awal yang lancar sebagai pembuka lembaran baru.
Baiklah, lupakan. Tidak ada reuni. Tidak ada kegiatan apa pun untuk hari ini.
Sakura sudah berniat akan mengisi waktu siangnya nanti dengan mengajak Sarada meniti diskon dan pakaian-pakaian lucu di BuyBuy Cloud, serta mengunjungi Walmart hitung-hitung mengisi persediaan stok granola dan bahan-bahan dapur lainnya yang sudah hampir kosong. Ya, pekan ini sudah masuk awal bulan. Sudah lama juga ia tidak mengajak Sarada pergi jalan-jalan. Semalam, Sakura pula sudah sempat bilang pada putrinya tersebut, dan dia begitu antusias mengaku menginginkan satu cone es krim bertabur marshmallow.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[completed] Di balik segaris senyum ringkihnya, di balik setangki sukacita yang semua orang kira amerta, hampir tak ada yang tahu bahwa Sakura Haruno harus hidup terbelenggu oleh tanggung jawab; menghidupi sang putri dan terjebak ke dalam sebuah lab...