"Siang, Will," sapa Sakura berseri pada salah satu waiters.
"Oh, hei, Sakura." Si pria yang disapa balas tersenyum ramah, berkedip sambil terengah, lalu melirik arloji di tangannya. "Siang. Hm ... kau datang terlalu awal hari ini. Perubahan yang bagus."
"Benarkah?" Sakura tersenyum kecil. "Hanya lima belas menit."
"Yeah. Lima belas, awal dari perubahan yang bagus."
Setelah menghadapi rekan kerjanya yang humoris, Sakura lalu merapikan pakaiannya yang sedikit tersentuh kepingan salju. Kemudian berjalan ke sisi kanan restoran yang dibatasi tiga pohon Natal sintetis, duduk di atas kursi dan mulai memainkan piano. Wajahnya lembut, sementara otaknya terus berkonsentrasi, mencoba ciptakan alunan melankolis yang membuat suasana restoran menjadi lebih hangat. Sakura tampak hanyut, tenggelam dalam kesepian. Atau memang perasaanya malah jadi terbawa suara musik penuh kesedihan yang menyentuh.
Tempatnya bekerja tidaklah terlalu ramai, seperti memang menunjukkan jika restoran ini sangat formal dan mahal. Hanya orang-orang tertentu yang rela merogoh saku untuk menghabiskan waktu di sini. Karena itu, sebagian pengunjung di sini bukanlah segerombolan remaja yang memiliki selera makanan cepat saji yang suka terbahak-bahak di sudut ruangan, melainkan beberapa pasangan paruh baya, serta mereka yang gemar membaca karya sastrawan Inggris untuk mencari suasana romansa, melankolis, hangat, dan menenangkan.
Sakura baru saja melamar di tempat ini beberapa bulan lalu. Jika dibandingkan dengan tempat kerjanya yang dulu, tempat ini jelas jauh lebih menjanjikan dengan uang upah yang lumayan sebagai seorang pegawai kontrak. Sangat cukup untuk biaya kehidupannya dengan Sarada sehari-hari. Walau dalam segi harfiah tetap saja Sasuke yang merupakan ayah biologis Sarada pasti akan mengirim uang ke dalam rekeningnya setiap bulan. Tapi setidaknya Sakura merasa bangga juga bisa ikut serta turut membiayai putri mereka dari keringatnya sendiri.
Meski belum menjanjikan sebab kontrak kerjanya belum juga dipastikan sampai sekarang. Ya, tentu. Apa yang diharapkan dari siswi menengah atas sepertinya yang minim pengetahuan dan beasiswa, mau sampai kapan pihak GM terus menggantung kontrak kerjanya sebagai pianis berbulan-bulan pun itu semua jelas tidak akan berpengaruh apa-apa bagi kinerja restoran.
Sakura masih bisa mengingat jelas di saat umur kehamilannya menginjak kesembilan bulan. Ada masa di mana dirinya tidak bisa bergerak leluasa dan mengalami lemas berlebih, seluruh sendi dan tulangnya seperti rentan patah jika terkena benturan sedikit saja. Kepalanya selalu dilanda pening setiap detik. Mungkin efek dari kehamilan di umur dini yang Sakura alami serta ketidaksiapannya berakhir membuat dirinya menjadi rapuh dan begitu lemah.
Karena kondisi tubuhnya yang kurang memadai, saat itu Sakura dengan sangat terpaksa berhenti bekerja dengan cara absen beberapa bulan, pada akhirnya General Manager di tempat kerjanya dulu mengakhiri kontrak. Sakura pernah sempat dibuat gelisah. Karena harus bergantung hidup sementara dulu pada Sasuke Uchiha. Pemuda itu juga tahu siapa dirinya dan seperti apa hidupnya sebagai pianis kafe pinggiran kota. Dia tidak melarang. Bagi Sasuke semua tetap akan berjalan masing-masing.
Hanya sedikit kilas balik. Keseharian Sakura masa itu sangatlah sulit, harus makan sampai tidur di bawah tunjangan hidup yang dibiayai Sasuke. Meski Sasuke sendiri tentu jelas takkan mau repot-repot mempermasalahkannya, tapi tetap saja Sakura merasa tak enak hati. Terlebih karena biaya obat-obatan serta adrimistrasi rumah sakit dan operasi caesar, Sakura tahu itu semua tidaklah murah dan tentu memerlukan beberapa digit angka dari rekening Sasuke.
Tapi lagi, itu semua bukanlah perkara penting dan besar bagi Sasuke. Pemuda itu terlalu monoton, menjalankan apa yang memang harus dijalani, bertanggung jawab atas biaya terhadap apa yang dilakukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfikce[completed] Di balik segaris senyum ringkihnya, di balik setangki sukacita yang semua orang kira amerta, hampir tak ada yang tahu bahwa Sakura Haruno harus hidup terbelenggu oleh tanggung jawab; menghidupi sang putri dan terjebak ke dalam sebuah lab...