Sakura belum pernah membayangkan sebenarnya apa yang ada di dalam tas kanvas hitam yang Sasuke bawa tadi. Atau barangkali itu memang milik Sasuke yang sengaja dia bawa ke sini untuk semacam keperluannya namun lupa dibawa pulang.
Siang hari tadi, Sakura sudah menyempatkan diri berbicara pada Sasuke mengenai perubahan jadwal shift pada pekerjaannya. Awalnya ia kira, Sasuke akan menolak atau bahkan menyuruh dirinya kembali mencari pekerjaan lain yang dapat bisa meminimalisir waktu lebih pasti dan baik. Tapi reaksi yang diduga malah lain, Sasuke mengizinkannya. Bahkan lebih anehnya lagi lelaki itu mengungkapkan ketersediaannya untuk menjaga Sarada di saat Sakura pergi. Aneh sekali. Sungguh.
Sakura berangkat pukul biasa. Di luar hujan salju sedang hebat-hebatnya turun, dan mungkin itu pula alasan Sasuke sampai mau repot-repot mengantar dirinya ke B0KA. Saat di mobil, entah apa yang membuat Sasuke lupa, lelaki itu menepuk jidat dan kembali keluar mobil lalu berkata, "Tunggu sebentar." Sambil berlari kecil masuk ke dalam gedung. Saat kembali, ternyata Sasuke melupakan tas hitam kanvasnya.
Dia masih belum memberitahu perihal apa isi tasnya bahkan saat mereka tiba di restoran, Sakura juga tak mau ambil pusing. Ia cuma berpamitan ala kadarnya kemudian hendak membuka pintu, namun Sasuke bersuara dan memanggilnya. Malah tahu-tahu memberikan tas seraya berkata, "Buka di dalam. Kalau kau membukanya sekarang, aku tahu kau akan menolak dan kautahu penolakan bukanlah hal yang ingin selalu kudengar. Aku tidak mau berdebat hanya karena ini, membuang waktu. Mengerti?"
Entah itu sebuah tuntutan atau ancaman, rasanya terdengar terlalu menyimpang jika diartikan sebagai sebuah permohonan. Sakura lantas segera menuruti tanpa banyak basa-basi, dan berlalu kemudian masuk ke dalam restoran dengan perasaan bingung. Bahkan sampai sekarang. Berjam-jam sudah dilewati, Sakura belum juga kunjung membuka isi tas. Matanya menatap pintu masuk yang berbunyi menandakan ada orang yang baru saja melewati. Di sana ternyata Ayame sudah datang. Gadis itu memberi Sakura keberuntungan malam ini karena dengan hadirnya, Sakura bisa jadi pulang lebih awal.
"Ayame, aku pulang dulu," pamit Sakura setelah melalui konversasi singkat dengan Ayame yang kini tengah tersenyum.
Ayame mengangguk. "Oh, tentu. Terima kasih. Hati-hati, ya."
Setelah keluar dari restoran, Sakura membuka tas hitam kanvas yang Sasuke berikan. Secuil perasaan ragu mendadak hadir tatkala Sakura menemukan sebuah kotak abu-abu berukuran sedang di sana, ia lantas membukanya lagi, masih ada satu benda tipis lagi terbalut pembungkus linen yang licin. Mengerutkan kening kemudian mengeluarkan benda itu dari pembungkusnya, barulah mata Sakura sontak melebar.
Ini tidak ... astaga. Berlebihan. Sakura langsung menyadari satu hal; memang benar apa yang dikatakan Sasuke kalau ia pasti akan menolak pemberian pemuda itu setelah melihat apa isinya. Menggelengkan kepala tak habis pikir, Sakura barangkali hendak ingin kembali memasukkan benda itu ke dalam pembungkusnya, namun layar monitor di sana sudah lebih dulu menyala, menandakan sebuah notifikasi masuk. Sebuah pesan.
Sakura hanya tahu sedikit tentang bagaimana caranya mengoperasikan sebuah ponsel. Karena yang tertera di layar ada nama Sasuke, anggota tubuhnya seperti spontan bergerak setelah melihat nama lelaki itu. Tangannya yang ragu mulai menggeser tanda panah, membuka lockscreen hanya untuk menemukan sebuah pesan seperti,
Sasuke
Kalau sudah pulang
Balas pesan ini
Jangan menolakSakura lagi-lagi mengernyit, membayangkan betapa singkatnya waktu—mungkin pembelian ponsel ini di saat Sasuke membeli sarapan pagi tadi. Apa memang Sasuke sudah membelinya kemarin-kemarin, atau? Ah, apa pun itu, tetap saja ini semua tidak benar. Dan Sakura kurang menyetujuinya. Bahkan butuh waktu beberapa menit bagi Sakura untuk memikirkan balasan seperti apa yang harus dikirimkan. Menolak tawaran Sasuke lagi yang hendak ingin menjemputnya? Itu akan memancing perdebatan. Atau mengirim pesan padanya jika Sakura sudah terlanjur sampai di depan apartemen. Mungkin, tapi tidak untuk Sasuke, dia mana percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[completed] Di balik segaris senyum ringkihnya, di balik setangki sukacita yang semua orang kira amerta, hampir tak ada yang tahu bahwa Sakura Haruno harus hidup terbelenggu oleh tanggung jawab; menghidupi sang putri dan terjebak ke dalam sebuah lab...