Chapter O9

7.4K 882 114
                                    

Sasuke adalah manifestasi dari seorang pemaksa.

Jauh beberapa jam setelah Sakura menemukan wajah Sasuke hampir dipenuhi lebam, ia sempat melalui adu pembicaraan singkat dengan pemuda itu. Kali ini Sakura mencoba untuk terus melawan, terus bertanya mengapa Sasuke perlu sampai bertengkar dengan Shee, tak peduli akan seberapa besar ledakan amarah Sasuke menggelegak, tapi tetap saja pada akhirnya Sasuke lah yang menang.

Sakura merengut, meretih tak setuju saat Sasuke hendak menariknya masuk ke dalam mobil, sementara seperti biasa, Sarada telah dititipkan bersama Bibi Olivia-namun kali ini semua hanya atas kemauan Sasuke. Menemukan sang putri menangis di gendongan si wanita renta, Sakura lantas semakin memberontak untuk mencoba melepaskan pergelangan tangannya yang ditarik paksa. Tapi sialan kekuatan tubuhnya yang jelas takkan pernah sebanding dengan kekuatan Sasuke hingga semua juga berujung pada dirinya yang berhasil diseret masuk ke dalam mobil.

Sakura terlalu banyak mengabaikan perjalanan dan lebih memilih sibuk memaki di dalam mobil-ia jelas marah, tentu saja. Seorang penyusup baru saja membobol apartemennya dan bagaimana mungkin ia harus membiarkan Sarada berada di tangan orang lain setelah kejadian krusial tersebut padahal baru saja terjadi beberapa jam lalu. Ia hanya khawatir.

"Kau tak bisa seenaknya main meninggalkan Sarada!" Ini merupakan yang kesekian kali, usaha yang telah Sakura lakukan untuk mencoba mengalihkan Sasuke dari jalanan dengan meneriakki pemuda tersebut agar mau memutar balikkan mobil-setidaknya Sakura hanya ingin memastikan sang putri aman dalam pangkuan-tetap berakhir sia-sia.

Sasuke masih tenang. Seolah tak peduli. Reaksi pemuda tersebut justru malah semakin membuat si gadis disengat emosi, meradang. Tapi Sasuke masih terus bergeming, lebih memilih bungkam, tak berminat melirik keberadaan Sakura yang hampir menangis karena cemas bukan main

Mengedarkan pandang, tak sengaja menatap jalan yang dirimbuni banyak sekali jejeran pohon jacaranda, perlu berpikir dua kali, Sakura barulah mengerti. Ia mengenal jalan ini. Ini adalah jalan komplek perumahan menuju blok di mana rumah minimalis Dokter Mikoto berdiri, yang artinya Sasuke membawa Sakura untuk dibawa pergi menuju rumahnya.

Tak perlu butuh waktu banyak sampai Sakura mampu menyempurnakan spekulasi yang berkeliaran di dalam kepala. Sasuke membawa mobil masuk ke dalam parkiran rumah, di depan sana, dua pintu gerbang yang kokoh menjulang terbuka lebar tatkala Sasuke mengarahkan sesuatu semacam kartu pada alat keamanan berbasis sensor.

Suara pintu yang dibuka cukup kasar hampir membuat si gadis tersentak kaget sementara Sasuke langsung menyahut dingin, "Keluar."

Sakura hanya menoleh, masih tercengang sekaligus merasa aneh-mengapa dalam kondisi seperti ini Sasuke malah membawa dirinya ke rumah.

"Kaudengar? Keluar."

Menatap dengan mata seperti tengah menahan tangis, telinga memerah menahan kesal, si gadis bersikeras menggeleng. "Tidak, sebelum kau membawaku kembali. Sara harus bersama-"

"Keluar, Sakura," sela Sasuke. Suaranya kali ini lebih terdengar berusaha tenang, berusaha sabar, berusaha mengerti, tapi Sakura yakin benar kalau Sasuke pasti masih menahan amarah mati-matian. Pemuda tersebut memijit pangkal hidung juga sekaligus menggeram pelan menahan gemas sebelum melanjutkan, "Terserah kau mau keluar atau tidak. Jika kau mau tetap diam di sini, kau akan mati."

Mendelik, menggeleng tak habis pikir, Sasuke mendesis. Sedang kedua netra si gadis spontan membeliak protes tatkala menemukan Sasuke keluar dari mobil dan menutup pintu sangat keras. Panggung Sasuke langsung berbalik dalam satu sekon cepat hendak mengunci mobil, Sakura lantas segera keluar. Bunyi kunci pada mobil langsung terdengar setelah Sakura dua langkah menjauh sontak dibuat berpikir sedikit jika Sasuke memang tak main-main akan membiarkannya terbujur kaku mati kehabisan napas dengan tubuh membiru di dalam sana.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang