Part 2
Suara pot bunga pecah membentur lantai terdengar sampai memecah keheningan pagi hari.
Mia terlihat tidak terluka sedikitpun, ia malah melihat ke kiri bawahnya tempat pot bunga kecil itu pecah berkeping-keping dengan iba. Jarak pot bunga itu hanya dua sampai tiga langkah dari tempat berdirinya anak perempuan berkepang dua dengan warna rambut yang hitam.
Terdengar umpatan lirih dari balkon diatas dan langsung menghilang dalam sekejap. Ketika mia mengadah ke atas, sudah tak ada seorangpun disana.
Mia memasuki kelasnya lalu duduk dibangkunya, saat guru datang dan semua anak berdiri. Mia tidak bisa lepas dari kursi yang ia duduki, roknya menempel erat di kursi itu. Mia hanya menghela nafas panjang, beberapa anak terlihat mengeluarkan seringai puas akan pekerjaan mereka.
Mia mau tidak mau melepas roknya yang lengket dengan kursinya, ia membuka seleting samping roknya. Semua anak lelaki dikelas melihat kejadian langka itu dengan pikiran mesum, sementara anak perempuan dikelas itu mulai memandang jijik dan rendah mia.
Rok mia sudah dibuka, didalamnya ada celana pendek yang sudah menanti. Dari tas mia, ia mengeluarkan celana training dan langsung memakainya. Semua anak laki-laki terlihat kecewa, terhadap apa yang terjadi. Sedang anak-anak perempuan terlihat sedikit sebal dengan kejadian ini, karena perhatian anak laki-laki dikelas jadi terpusat pada mia walau hanya sesaat.
Pada jam istirahat, mia membawa kursinya keruang guru untuk mendapatkan persetujuan. Mia bisa memakai pakaian training untuk sementara mengingat pakaian seragamnya yang menempel di kursi, dan untuk membeli seragam baru membutuhkan uang yang tidak sedikit. Mia harus bekerja part time 5bulan untuk bisa membeli seragam barunya, seragam yang ada hanya akan dipakai bila ada ujian.
Jam istirahat kedua, mia mulai dilempari telur dari berbagai arah.
Mia bisa menangkap semua telor yang dilemparkan padanya tanpa ada yang pecah, dan memasukkannya kedalam wadah yang sudah disiapkan oleh mia. Anak-anak yang melempar telur terlihat kecewa, tapi masih terlihat seulas senyuman diwajah mereka.
Dari balkon satu lantai diatas mereka, ada anak yang menuangkan sekantung tepung kearah mia. Tepung putih itu mulai berjatuhan ke arah mia, disambut senyuman puas anak-anak yang dibawah. Mereka berharap mia bisa berubah menjadi putih terkena tepung kapur yang putih itu, walau bisa menghindari lemparan telur, tepung yang beterbangan agak sulit untuk ditangkap bukan?
Harapan mereka kembali menciut sebesar kacang tanah, mia sudah membuka sebuah payung yang entah darimana dia dapatkan. Mia sudah seperti pesulap saja yang bisa mengeluarkan hal-hal ajaib dari udara, dan bisa selamat dari semua serangan anak-anak nakal itu.
Anak-anak yang membully mia semakin brutal mengejar-ngejar mia disaat senggangnya untuk sekedar melempar telur, tepung, atau beberapa benda aneh yang bisa dilempar. Hebatnya mia selalu bisa menghilang di tikungan sekolah tanpa bisa ditemukan bayangannya, saat sedang dikejar-kejar.
Tak terasa setengah bulan sudah mia dikerjai, hari ini tak terlihat sebuah gelagat serangan yang mengincar mia. Semua anak sedang sibuk dengan buku pelajaran dihadapan mereka, pemandangan itu membuat mia sedikit bingung.
Yuri memasukkan sebuah kertas dibuku yang mia baca, didalamnya terdapat penjelasan kalau tes pertengahan bulan akan berlangsung. Mereka semua sedang mengejar nilai prestasi akademik, yang mengenaskan mia sama sekali tidak mengikuti pelajaran secara penuh dan sekarang harus menghadapi test.
Hari ujian tiba, semua anak serius mengerjakan soal ujian dihadapan mereka tanpa ada kenakalan yang mencuat keluar. Hari pengumuman ujian tiba, semua anak berdiri di layar lcd yang menampilkan nilai ujian yang mereka jalani. Semua anak penasaran akan prestasi belajar mia yang mungkin ada di kisaran 100 kebawah, mengingat mia tak bisa mengikuti proses belajarnya secara penuh.
Selain dikerjai anak-anak diluar jam sekolah, mia diusir para guru yang seakan mendukung anak-anak yang jahil untuk mengeluarkan mia diluar kelas karena tidak memakai seragam yang seharusnya ia pakai sebagai seorang siswi teladan yang baik.
Seluruh anak-anak kelas 2 mencari secara teliti, mencari nama mia sampai mereka bosan, tapi tidak menemukan nama mia di peringkat 100 kebawah.
Mereka mulai mencari di peringkat 50 kebawah dengan teliti, menganggap kepintaran mia bisa masuk ke peringkat itu dengan mengandalkan keberuntungan yang cukup besar. Mereka kembali harus kecewa dan mau tidak mau mengakui keenceran otak mia yang mungkin berada di peringkat 50 keatas. Mengingat beasiswa yang mia dapatkan untuk masuk ke sekolah ini, yang terkenal pelit memberikan beasiswa jika murid tersebut tidak benar-benar berprestasi dengan sangat baik.
Mereka mengurutkan dari peringkat 50, dan perlahan naik ke atas. Bukan di peringkat 40, 30, 20, 10besar, 5 besar, 3besar, 2besar. Mata mereka terhenti di peringkat 2besar, nama aki tertulis di sana. Aki mirayo tertulis di peringkat kedua?! Anak-anak yang melihat yang tertulis di lcd mengucek-ngucek mata mereka tidak percaya, dan melihat sekali lagi kenyataan pahit itu.