Part 20
"sepertinya kau mengenalku" sapa orang itu tersenyum lebar mulai membuka perban yang menutupi rambut pirang dan kacamata yang menutupi matanya yang kehijauan "tapi sepertinya aku perlu memperkenalkan diriku sekali lagi, nona mirage. Perkenalkan namaku aki mirayo dari jepang."
Mirage melesat ke arah pintu dengan cepat dan berusaha membukanya dengan panik.
"Pintunya terkunci secara otomatis, nona mirage." Sahut aki dengan sinis dibelakang mirage segera menarik dan membopong mirage ke atas kasur lalu membalik tubuh mirage dan menindihnya "sangat baik sekali kalau anda bisa menjerit!"
Mirage berusaha meronta dan merayap ketakutan akan apa yang aki lakukan, tapi itu tak ada gunanya, berat tubuh aki lebih berat daripada mirage, sehingga ia tak bisa bergerak sedikitpun.
Aki mulai mengecup pelan bagian punggung mirage yang terbuka, menggigit bagian leher mirage dalam-dalam dan membuka tali-temali yang ada di punggung gaun mirage.
Mirage terpekik panik, namun tak satu suara pun yang keluar dari mulutnya. Hal itu membuat aki tidak puas malah makin brutal, setelah tali-temali itu terbuka semua, aki berusaha membuka gaun itu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri punggung mirage yang putih mulus, tidak seperti kenangan yang ingin dilihatnya.
Aki sepertinya sedikit kecewa, lalu mengendurkan tindihannya kepada mirage, sehingga mirage bisa mengingsut turun dari kasur dan merayap ke tembok terdekat dengan tersenggal-senggal.
Di matanya yang hitam tergenang segumpal air mata yang tak hentinya menetes di kedua matanya, dadanya naik turun berusaha mengendalikan emosi yang meluap-luap, kedua tangannya sibuk membetulkan ikatan di punggungnya yang terbuka.
"Seingatku suaramu sangat merdu kalau sedang menjerit." Bisik aki langsung mendekati mangsanya dan menjilati tetes air mata yang mengalir dipipi mirage, seakan tak ingin ketinggalan moment itu
Dengan tangan yang gemetaran, mirage menuliskan sesuatu di samrtphonenya lalu menunjukkannya pada aki.
"Wrong person!"
"No, I am right!" Jerit aki menyeringai, mempreteli perhiasan yang ada ditubuh mirage, menyita smartphone dan menyuruh mirage mengganti pakaian pestanya dengan lingerine yang disiapkan
Mirage sempat melirik berkali-kali kearah aki saat sedang menganti gaunnya dengan lingerine.
Aki membalikkan badannya menunggu mirage berganti baju dengan sabar, mirage memuji sikap aki dalam hati. Walau ada cecaran juga yang menyelip di dalam pikiran mirage, karena tanpa perlu mengintip, lingerine itu sudah cukup untuk menampilkan lekuk tubuhnya.
Mirage terlihat nyaman saja dengan lingerine yang diberikan aki, membuat wajah aki kembali terlihat kecewa.
Beberapa hari disekap aki, mirage masih nyaman saja memakai rok yang bahkan hanya menutupi garis pantatnya. Ia bahkan menebarkan keanggunannya dalam menyantap makanan, dan cara berjalan model papan atas yang khas, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Aki terlihat sebal dengan semuanya ini, tapi matanya yang kehijauan menatap mata hitam mirage dengan tajam seakan mencari sesuatu didalam manik hitam mata mirage.
Hari ini, saat sedang sarapan sambil membaca koran, mirage jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat dan tubuhnya terasa dingin, padahal ia belum menyentuh sarapannya, aki yang panik segera menelepon dokter langganannya.
Dokter langganan aki angkat tangan tentang gejala penyakit aneh mirage, mereka memutuskan membawanya ke rumah sakit pusat untuk diteliti lebih lanjut.
Dan di ugd mirage kembali menghilang ditelan bumi, tapi hal itu tidak membuat aki putus asa, dia malah terlihat memberikan senyuman penuh kepuasan.
Disebuah ruangan tamu, ada beberapa orang terlihat agak panik. Dengan matanya yang hitam dan rambut yang coklat tua seorang gadis dengan wajah pucat berusaha menenangkan mereka.