Part 5
"Mirayo, tenanglah dulu." Bujuk mia berusaha menjelaskan duduk permasalahannya enteng "tarik nafasmu sejenak ya."
"Tenang kau bilang?!" Pekik aki marah dengan mata siap menelan apa yang ada dihadapannya "kau yang jadi korban, dan rambutmu....itu...."
"Aku yang memotongnya sendiri!" Potong mia seakan tahu kenapa aki begitu marah karena menganggap rambutnya terpotong oleh orang yang mengepungnya
"Jangan bohong!" Cecar aki tidak terima seakan mengetahui yang sebenarnya
"Kau anggap aku berbohong?!" Tatap mia dengan pandangan lurus menusuk ke mata kehijauan aki yang membuat laki-laki itu mulai dingin melihat tak ada kebohongan disana
"Sekarang jelaskan kenapa kau memotong rambutmu sendiri?" Kata aki melunak sambil melipat kedua tangannya didada
"Kata mereka rambutku ketinggalan jaman, mereka hendak merapikannya untukku. Tapi aku lebih suka memotongnya sendiri, lalu kau menerobos masuk ke kamar kecil cewe dengan marah-marah tidak jelas!" Jelas mia panjang lebar yang langsung mendapat tatapan aneh dari anak perempuan yang ada disitu "dan kau salah paham dengan semua yang ada."
Aki hanya berdehem pelan, seakan tidak mau mengakui kesalahannya menerobos ruangan ini tanpa ijin, lalu menuduh sembarangan. Aki hanya menerobos brikade yang mengelilingi mia dan menarik tangan kiri mia yang menggengam potongan rambut untuk segera keluar dari kamar mandi perempuan itu.
Aki membawa mia kesuatu ruang tunggu untuk orang tua murid yang berkunjung, ruangan yang bersih dengan tempat duduk yang nyaman. Aki menelepon melalui ipadnya sebentar, tak lama ada orang datang menghampiri aki dengan sebuah tas tersampir dibahunya.
"Rapikan potongan rambut anak itu" kata aki sambil menunjuk ke arah mia yang bengong dan menunjuk dirinya bingung
Orang yang baru datang itu meminta mia untuk duduk manis di tempatnya. Dengan cekatan ia memasang apron untuk orang potong rambut yang berwarna putih dari tasnya, dan mulai bekerja merapikan rambut mia yang terpotong asal saja dibagian kiri. Setelah selesai ia membersihkan potongan rambut mia yang terjatuh dibawah lantai yang mengkilap, mengambil apronnya kembali, memasukkannya ketasnya dan bergegas pergi setelah pamit pada aki.
"Maaf, aku akan bayar biaya potong rambutnya." Gumam mia berusaha memulai percakapan
"Tak usah anggap saja itu biaya aku membuat kau tidak nyaman karena terus mengikutimu kemanapun kau pergi." Sahut aki enteng sambil mengetik sesuatu di ipadnya
"Tidak bisa begitu!" Balas mia berkeras "aku akan bayar biayanya, aku masih bisa membayar biaya potong rambutku sendiri."
Aki berlalu pergi tanpa mendebat sepatah katapun, ia tak ingin memperpanjang masalah. Yang langsung dijeriti mia yang tidak terima perlakuan aki yang mungkin menganggap mia orang miskin yang patut dikasihani, karena mungkin tak mampu membiayai ongkos membenahi rambutnya sendiri yang berantakan.
Esok harinya, di lantai teratas gedung kesenian angelic high school. Terlihat seorang anak lelaki berambut pirang yang sedang asyik memainkan ipadnya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi santai yang ada di situ, dikagetkan sebuah kotak kue terbuat dari kertas ukuran 20kali20 yang melayang dihadapannya.
Mata kehijauan anak lelaki itu menatap kotak kue itu, lalu beralih menatap orang yang memegang kotak kue itu, rambut pendek sebahu berwarna hitam dibiarkan tergerai dipermainkan angin, dan mata hitamnya yang selalu memancing rasa penasaran orang membuat anak lelaki ini menatap mata hitam itu lekat-lekat. Dan pakaian baju training berwarna oranye yang mencolok mata, membuat anak perempuan ini tak nampak seperti perempuan jika rambutnya tidak digerai mengingat tubuhnya yang tergolong ceking.
"Ini untuk pembayaran potongan rambut kemarin." Ujar anak perempuan itu memaksa
"Mia, bagaimana kau tahu aku ada disini?" Tanya anak lelaki itu agak ketus
"Mirayo, jika kau menyukai tempat yang tinggi dan sejuk, tentunya pilihannya adalah atap gedung kesenian yang memiliki beberapa tanaman gantung." Jelas mia sambil mengeluarkan lidahnya sedikit "hanya asal menebak saja."
"Aku tak menduga kau punya kemampuan menebak sesuatu." Sindir aki sambil mendorong kembali kotak kue itu ke arah mia "aku tidak butuh pembayaran darimu ambil lagi saja kue ini."
"Hei!" Bentak mia yang langsung membuat aki terkejut "tangan dan kakiku masih lengkap, maaf saja ya aku tidak mau menerima uang secara cuma-cuma! Aku bukan pengemis yang cuma bisa menadahkan tangannya!"
Mia membuka kotak itu dan memotongnya sepotong memakai pisau potong kue, lalu memberikannya kepada aki memakai salah satu dari garpu kecil yang memang ada didalam kotak.
Aki memandang mia yang berubah baik agak curiga.
"Kue ini tidak beracun kan?" Tanya aki sambil menunjuk mia
"Mana berani aku meracuni orang terkaya di negri ini." Jawab mia memandang aki yang penuh kecurigaan sambil memakan potongan yang hendak diberikan kepada aki sebagai sample "aku hanya orang miskin yang tidak mau direpotkan dengan urusan besar. Kalau kau sampai keracunan setelah memakan kue ini kau bisa menuntutku ke pengadilan dengan tuduhan percobaan pembunuhan!"
Mia meninggalkan aki yang akhirnya memakan kue yang mia berikan, diam-diam merasa bersalah sudah menuduh mia sembarangan, sambil menertawakan perinsip mia yang agak kuno dan aneh.
Segerombol anak lelaki yang suka menjahili orang, mulai merasa ada sesuatu yang kurang dalam hari-hari yang mereka jalani. Seperti sayur yang tanpa garam, hambar sekali hari-hari mereka belakangan. Mereka sudah beberapa minggu tidak menjahili seorangpun, merasa hari ini harus berhasil menjahili seseorang dengan atau tanpa persetujuan aki.
Saat itu, mia lewat daerah kekuasaan mereka yang sedang ingin mencari mangsa. Mereka menghalangi mia untuk lewat maupun kembali untuk mencari jalan keluar kabur dari mereka.
"Halo, anak amerika!" Seru mereka memancing kerusuhan "kau punya rambut baru y?"
Mata mia yang hitam menjelajah melihat kedalam semua mata anak laki-laki yang mengepung dirinya lekat-lekat.
"Apa yang kalian inginkan?" Tanya mia polos
"Bagaimana kalau kita bersenang-senang, babe?" Bujuk orang lain yang berusaha mencolek wajah manis mia yang langsung menjauh sebelum tangan jahilnya sempat mendarat diwajah mia "kau manis sekali kalau malu-malu begitu."
"Baik, mari kita bersenang-senang aku mau lihat bagaimana kemampuan kalian." Bisik mia nakal dan sedikit genit sambil mulai melenggok anggun seakan berubah seketika menjadi gadis nakal dalam sekejap