Part 7
Pagi itu, mia menyambut paginya dengan kepala pusing berat dikamarnya, mia menelepon pihak sekolah dan beberapa telepon ke tempat ia bekerja part time menyatakan ia tak bisa berangkat hari ini. Mia memasak air panas, untuk minum sesuatu yang hangat sekedar menghilangkan rasa alkohol yang memenuhi tenggorokannya.
Setelah rasa pusingnya agak ringan, mia pergi ke kedai ramen terdekat tempat ia biasa makan jika pulang kerja, dan kelaparan.
"Hei, kau tidak berangkat sekolah hari ini?" Tanya penjaga ramen heran sambil menaruh segelas teh panas mengepul dihadapan mia yang sudah duduk ditempat biasa ia datang
"Aku agak pusing hari ini bos, tolong yang biasa 1mangkuk ya." Pesan mia sambil melambaikan tangan lemas
"Yang banyak narutonya ya?" Tanya pemilik ramen memastikan pesanan pelanggannya
"Ya, tolong agak cepat sedikit, bos. Saya kelaparan." Balas mia sambil menyesap teh panas itu
Tak berapa lama, ramen pesanan mia datang. Mia mengambil sumpit yang tersedia disitu.
"Kau kemarin minum agak banyak?" Tanya pemilik ramen langsung yang sepertinya mencium bau alkohol yang pekat dari arah mia, mengingat ini masih cukup pagi untuk minum-minum sambil memperagakan tangan seperti mengangkat cawan sake
Mia tersenyum agak dipaksakan, bingung juga menjawab pertanyaan langsung pemilik ramen. Berbeda dengan dunia barat yang menganggap minum anggur adalah prestise, di asia, wilayah yang turun salju, apalagi jepang minum-minum dianggap sebagai pelancar kata-kata. Orang yang sudah mabuk akan sangat lancar berbicara bukan?!
"Tidak seperti kebiasaanmu yang menolak minum saat diajak, kau minum berapa banyak sampai aroma anggurnya tercium sepekat ini?" Selidik si penjaga ramen dengan mata menyipit sampai tinggal segaris
"Hanya sedikit." Jawab mia berusaha mengelak dengan senyuman tipis, yang untungnya ada tamu lain yang datang sehingga sang pemilik segera meluncur ke tamu yang baru datang tanpa menyelidiki mia lebih jauh
Mia segera menghabiskan ramennya dengan cepat, ia mau segera menghindar dari pertanyaan yang sulit untuk dijawab itu. Mia meninggalkan uang pembayarannya, ketika sudah menandaskan ramennya dan berseru pada penjaga ramen untuk mengambil uangnya.
Mia pergi ke suatu tempat lalu menghabiskan harinya beristirahat di kamar sewaannya untuk menghilangkan efek alkohol yang ada.
Setelah beristirahat semalaman, mia terasa lebih segar dari hari kemarin dan langsung beraktivitas seperti biasa.
Hari itu ada praktikum di gedung laboratorium, disana mia merasa agak aneh, anak laki-laki yang biasa menempel rekat dengan aki dan kemarin sempat menghadang mia ditengah jalan terlihat sangat ketakutan melihat mia, sampai mereka hanya mencuri lihat dari jauh. Begitu mia memergoki mereka sedang melihat ke arah mia, mereka segera dengan cepat terlihat menyibukkan diri melihat kearah yang lain.
Begitupun murid perempuan yang kemarin mengiba-iba, hanya saja yang perempuan seperti sedang mengosipkan sesuatu. Dan sewaktu mia menoleh mereka hanya diam dan tersenyum kaku.
Orang yang mau menjadi teman praktikum mia hanyalah aki, saat mereka kembali ke gedung utama, aki dengan agak marah menanyakan alasan mia tidak masuk sekolah.
"Mia, kau punya no telepon atau hp yang bisa dihubungi?" Tanya aki ketus
"Punya, tapi apa gunanya untukmu, mirayo?" Tanya mia balik agak bingung
"Kemarikan hp yang kau punya!" desak aki tanpa memberi alasan
Mia mengeluarkan hpnya dari saku baju training dengan tangan kanannya, yang untungnya saat pelajaran olahraga kemarin, ia tinggal di kelas. Aki merebutnya dengan kasar, lalu menelepon ke sebuah nomor, yang ternyata ipad disaku baju aki yang berbunyi nyaring.
"Hp jadul!" Ejek aki sambil mengembalikan hp milik mia "aku lihat jam tanganmu tidak rusak terkena air, aneh sekali mengingat kalau itu jam murahan!"
"Jangan mengejek barang orang!" Balas mia tidak terima "walau kau memiliki benda mahal tapi itu bukan dari keringatmu sendiri bukan?! Begini-begini benda yang kau ejek adalah hasil kerja kerasku sendiri, bukan hanya hasil merengek pada orang tua! Tidak seperti milikmu, walau keren dan bermerek, bukankah itu bukan hasil kerja kerasmu?!"
"Sayang, padahal kalau rusak akan aku ganti dengan rolex, jam butut itu!" Ejek aki sambil memberikan mia sebuah kotak dengan bungkusan rapi
Mia mengembalikan bungkusan itu kepada aki tanpa membuka bungkusnya.
"Maaf, ya tapi jamku masih berfungsi bagus." sahut mia sambil tersenyum mengejek "merek terkenal seperti apapun, yang namanya jam tangan ya fungsinya untuk melihat waktu bukan?!"
"Kau pikir ini palsu?!" Timpal aki tidak terima ada orang yang menolak pemberiannya, apalagi barang itu mungkin bukan barang murahan yang bisa dibeli di pasar loak. Kalau orang lain tentu akan dengan senang hati sampai menyembah, kalau perlu jika untuk mendapatkan jam rolex limited edition itu.
"Aku percaya kalau kau bilang asli." Desah mia agak kurang suka dengan arah topik pembicaraan ini
"Lalu..." Desak aki ingin tahu alasan mia menolak benda yang bahkan belum dibukanya "kenapa?"
"Aku tidak suka menerima pemberian orang lain cuma-cuma! Dan itu sudah perinsipku dalam menjalani hidup ini." Jelas mia menatap tajam mata aki yang kehijauan "orang boleh miskin harta tapi tidak boleh miskin harga diri. Harga diriku tidak menginginkan sesuatu yang didapat dengan percuma, aku masih punya kaki dan tangan yang lengkap. Kalau menginginkan sesuatu ya harus bekerja!"
"Karena itu, bekerjalah untukku!" Usul aki tiba-tiba tanpa mengurangi keseriusan tatapannya "karena aku menyukaimu!"