3

811 108 3
                                    

"Gimana? Lu berhasil?," Seseorang berjalan dan langsung menduduki sebuah sofa di ruangan itu.
"Tentu tuan."
"Udah gw bilang, dia itu lugu polos." Ada seorang lagi di ruangan itu, orang tersebut menuangkan Soju kedalam gelas nya kemudian meneguknya.

"Aishh kenapa gak bisa dihubungi sih?" Bisa prustasi Sooyoung lama². Bagaimana tidak? Dalam keadaan seperti ini, ibunya tidak dapat dihubungi. Sooyoung tak punya banyak pilihan untuk kali ini, ia pun tak bisa berpikir bila keadaan nya seperti ini. Ia butuh ibunya.

Sooyoung bergegas menuju kamarnya. Mengambil koper dibalik lemari dan segara mengemasi pakaiannya, make-up, peralatan mandi, dan sempat membuat Sooyoung terjatuh dikamar mandi. Dengan segera ia menaruh koper tersebut disisi ranjang. Lagi pula ia masih punya waktu dua hari, setidaknya ia sudah siap apabila ia diusir paksa dari rumah tersebut. Sooyoung berbaring di atas ranjang, berusaha untuk tetap tenang dan berpikir untuk bisa menghadapi ini semua tanpa ibunya.

"Aku gak terlalu mikirin itu." Seseorang berbicara dengan nada tidak peduli.
"Dia tetep Putri kamu honey, enggak enggak .Putri kita."
"Kamu yakin gak bakal keganggu? Gimana sama ayahnya nanti, pasti dia bakal nangis berbulan-bulan kalau aku bawa gyuri."
"Aku pikir kamu udah gak ada rasa kasian sama si Taehyung bajingan itu." Entah mengapa tapi dari nada bicaranya, mino terdengar sangat sangat sangat membenci Kim Taehyung. Ayah dari putri kekasihnya. Bagaimanapun juga ia pasti merasa cemburu apabila Irene memiliki rasa simpati pada suaminya.
"Sayank. Kamu cemburu ya?" Apa ini? Irene malah merayunya membuat Mino menghela nafas berat. Hal itu terlihat sangat menggemaskan bagi Irene, Karena itu memang salah satu hal langka. Biasanya Irene lah yg akan merasa cemburu apabila Mino sedang bersama sekretarisnya. Tapi kali ini? Mino memang selalu seperti itu Apabila sudah bersangkutan dengan Taehyung. Apa ia merasa tak sebanding dengan Taehyung? Ahh mana mungkin. Itu yg Irene pikirkan.
"Gyuri harus ikut sama kita, aku gak mau ada kebahagiaan di muka suami kamu itu."
"Iya sayank, jadi gimana proyek baru kamu Itu?"
"Itu biar aku yg urus." Lengan Mino menarik tengkuk Irene lalu mencium bibir Irene dengan rakus.

"Maaf saya mengatakan hal ini. Tapi anak anda sudah tidak bisa saya urus tuan dia benar² keras kepala dan selalu menentang."
"Yuri~a, kamu ngapain? Kenapa guru kamu sampai bilang begitu?."
"Aku gak ngapa-ngapain."
"Kalau kamu gak ngapa-ngapain papa gak akan di panggil kesini." Taehyung menatap Gyuri tajam membuat anak itu menundukkan kepalanya.
"Aku cuma nyimpen paku di bangku guru." Terdengar biasa saja namun beresiko.
Taehyung mengepalkan tangannya, menarik nafasnya. Lalu tersenyum.
"Maafkan putri saya. Kau tau ia hanya anak kecil, ia belum paham sebab akibat."
"Tapi tuan ini sudah yg kesekian kalinya Putri anda berbuat hal tidak baik dikelas. Mungkin ini untuk yg terakhir, kumohon jangan kau ulangi ya Gyu." Gyuri mengangguk lalu melihat kearah Taehyung yg sedang menatapnya dingin.
"Jadi aku bisa membawanya pulang sekarang?, Aku harus bicara pada putriku dan aku meminta izin padamu." Taehyung tersenyum kearah guru dari putrinya.

Mengapa ayahnya bisa setampan ini?. Guru tersebut langsung mengangguk paham lalu membalas senyuman Taehyung.
"Terimakasih" Taehyung membawa Gyuri dan langsung pergi dari ruangan itu.

"Siapa yang suruh kamu buat begitu?"
"Aku cuma lakuin apa yang ada di komik"
"Kamu dendam sama Guru kamu itu?"
"Enggak papa, gyu cuma lakuin apa yang ada di komik." Jawab Gyuri malas dan memasang sabuk yg berada pada mobil, mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. Jujur Gyuri takut apabila Taehyung menetap dingin dan tajam padanya.
"Apa isinya?" Taehyung masih tidak melepaskan pandangannya dari Gyuri.
"Siswa yg bisa mengerjai guru, dia itu bintang kelas."
"Kalau gitu, lakuin juga ke papa sama nenek",
"Enggak, aku kan sayang sama kalian." Gyuri membalikan posisinya dan menetap Taehyung.
"Tadi kata kamu bakal ngelakuin itu ke guru kamu. Siapa yg ngajarin kamu sebelum kamu masuk sekolah?"
"Nenek, papa."
"Jadi nenek sama papa guru kamu jugakan, lakuin."
"Enggak. Aku minta maaf"
"Lakuin"
"Aku janji gak akan ngulangin lagi." Hidungnya mulai memerah mata yg mulai berair dan tangan yg gemetar, terlihat sekali Gyuri sangat takut pada Taehyung. Taehyung hanya diam dan mulai menjalankan mobilnya tanpa memperdulikan Gyuri yg sudah menangis sesenggukan.

"Nona waktu kita percepat. Anda harus keluar dari rumah ini malam ini juga"
"Heyyyy apa maksudnya? Tadi pagi anda mengatakan saya masih punya waktu dua hari namun sekarang. Menjadi malam ini, apa anda gila? Saya akan tinggal dimana?."
"Tapi tuan Sungjae sudah menjual rumah ini. Dan pemiliknya akan datang besok pagi, jadi anda harus pergi malam ini juga. Saya tidak peduli anda akan tinggal dimana, yg penting malam ini juga anda sudah harus pergi tanpa meninggalkan satupun barang." Lagi. Sekali lagi orang yg mengaku sebagai pengacara dari Yook Sungjae itu datang dan menyuruh Sooyoung untuk pergi. Sooyoung berlari kedalam rumah dan melihat jam sudah pukul 3 sore, ia segera bersiap mengganti pakaian dan mengambil koper besar miliknya, bahkan Sooyoung sudah memanggil mobil angkut barang untuk membawa barang² nya nanti.

Ini memang masih sore, namun hati Sooyoung sudah tidak tenang. Apabila ia keluar dari rumah ini pada malam hari pasti terbayang betapa sulitnya mendapatkan tempat tinggal dimalam hari. Oleh karena itu Sooyoung akan pergi sekarang juga, agar lebih mudah mendapatkan tempat tinggal. Ada untungnya juga tadi ia sudah berkemas.
Sooyoung melihat mobil barang yg ia pesan tadi sudah datang dengan segera Sooyoung membawa koper dan tas ranselnya. Sooyoung mengatakan pada sopir mobil tersebut untuk mengikuti taksi yg ia naiki, sopir tersebut mengangguk dan semua barang yg ada didalam rumah tersebut telah berpindah ke mobil itu.
"Tolong tetep dibelakang taksi yg saya tumpangin, ya". Ia kemudian memasuki taksi yg telah ia pesan juga dan kemudian disusul dengan mobil barang yg terus mengikuti taksi.

"Nona, sudah lama sekali kita berkeliling. sebenarnya kemana tujuan nona?"
"Maaf. Tapi tenang saja, berapa pun harganya akan saya bayar."
"Baiklah." Sopir taksi tersebut kembali fokus pada jalan, Sooyoung meraba² didalam ranselnya. Ia mencari benda berwarna merah marun miliknya. 'Sial! Dimana dompetku?, Sejak kapan tidak ada? Aku rasa kemarin malam masih ada'
"Ada apa nona?"
"Ehhh mmm, maaf tapi sepertinya dompet saya hilang. Jadi saya gak bisa bayar biaya nya sekarang. Tapi saya janji saya akan membayarnya jika dompet saya sudah saya temukan. gimana?"
"Sudah kuduga. Banyak wanita muda yg hanya ingin menumpang saja. Turun kau!"
"Tapi saya gak bohong. Ini emang aneh tadi malam masih ada tapi sekarang sudah tidak ada."
"Jadi maksud mu dompet mu itu memiliki kaki dan melarikan diri?. Cepat keluar!" Dengan sangat berat hati Sooyoung keluar dari taksi yg sudah berhenti didepan tempat pengisian bahan bakar. Gadis itu membawa kopernya dan menunggu mobil barang tadi.
Satu jam kurang lebih Joy terduduk ditrotoar dekat tempat pengisian bahan bakar. Tapi mobil yg ia tunggu tak kunjung datang.
"Ahhhhhhh dimana sopir nyaa?...." Untuk kali ini Sooyoung merasa benar² ditipu. Pertama ia diusir dari rumahnya sendiri, kedua dompetnya hilang, ketiga ia ditipu oleh sopir mobil barang sialan itu. Sooyoung berjalan sambil membawa kopernya yg besar. Menelusuri jalan kota Seoul disore hari, sialan kakinya menginjak paku. Sooyoung kemudian berhenti dan duduk ditaman kecil didepan gedung besar.

"Kenapa?"
"Kayaknya ada yang nusuk kaki saya."
"Buka sepatunya, mba." Sooyoung mendongakkan kepalanya dan melihat siapa orang yg mau membantunya.

"Malah ngeliatin begitu, terlalu ganteng ya saya?."
"Mas nya ke pdan." Sooyoung membuka sepatunya dan melihat telapak kakinya yg berdarah. Taehyung melihat telapak kaki Sooyoung lalu membersihkan darahnya dengan saputangan miliknya.
"Lebih pelan sedikit, kasar banget mas." Sooyoung meringis. Lukanya memang agak dalam.
"Banyak ngoceh ya mba, rumah mba dimana? Biar saya antar." Sooyoung hanya menunduk dan memakai sepatunya kembali.
"Kenapa diem? Gak punya tempat tinggal?" Sooyoung mengangguk tak lama kemudian tetesan hangat membasahi pipinya. Sooyoung tak tahan lagi, kali ini ia benar² kewalahan. Mungkin hanya pertanyaan sederhana dari Taehyung namun sangat menyakitkan bagi Sooyoung.
"Maaf." Tanpa aba² Taehyung langsung menggendong Sooyoung ala bridal style.
"Ehhh ngapain?!, Turunin saya."
"Bisa diem aja gak mba? Kalau banyak gerak makin berat jadinya."
"Jadi maksudnya saya berat?!"
"Ya ampun."

Tepat didalam mobil. Taehyung membawa sooyoung kemobil nya.
"Mas nya mau ngapain? "
"Bawa mba nya kerumah saya lah."
"Mas nya gila ya? Cukup bantu saya cariin kostan."
"Gak usah banyak ngomong mba." Taehyung menjalankan mobilnya dan melesat pergi dari kantornya yaitu pengadilan.

"Rencana kita gagal, dia gak datang buat minta bantuan Gw."
"Itu bukan rencananya. Lu harus bersabar untuk mendapatkan hasil paling sempurna."

----------------------------------------------
|HOPE YOU ALL LIKE IT|

YOU - VJOY/TAEJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang