Kurasakan semilir angin sejuk meniup lembut wajahku, membuat beberapa helai rambut berterbangan dan menutupi pandanganku.
Jingga. Kulihat langit jingga di atas sana berpadu dengan warna ungu menghasilkan pemandangan yang memanjakan mata. Andai bisa aku foto dan aku tunjukkan kepada Tyra betapa indahnya langit ini.
Aku berusaha untuk duduk dan membiarkan embusan angin membuat rambutku beterbangan. Kulihat sekeliling, hanya terdapat rumput hijau yang membentang sangat luas. Benar-benar ... membosankan.
Aku mencoba berjalan di antara rumput-rumput hijau yang bergerak tertiup angin. Mungkin aku dapat menemukan sesuatu yang menarik di dalam mimpi ini.
Ya, ini pasti hanya mimpi, mimpi yang akan kulupakan saat bangun.
Kuangkat kedua tanganku yang dibalut gaun merah piyamaku yang panjangnya selutut. Gaun tersebut menari-nari mengikuti tiupan angin seperti rambutku.
Samar-samar aku mendengar derap langkah kaki kuda datang. Aku menoleh ke kanan kiri sambil terus berjalan. Suara itu sempat menghilang sebentar. Membuatku tiba-tiba terdiam. Dan berpikir, apakah itu hanya suara dalam pikiranku saja?
Namun suara derap langkah kaki kuda itu terdengar kembali membuatku yakin bahwa suara itu memang ada. Aku berjalan lebih cepat sambil memperhatikan padang rumput ini yang sangat luas. Samar-samar kulihat rombongan kuda datang dari arah jam 11.
Mereka sedang apa?
Aku mencoba melambaikan tanganku ke arah mereka.
Mereka bisa melihatku kan ya—
TAK!
Dan itu terbukti saat kulihat sebuah anak panah jatuh mengenai rumput di sampingku. Aku terkejut melihat anak panah itu meluncur ke arahku. Aku melihat ke belakang, siapa tahu mereka hendak memanah sesuatu.
Tapi dugaanku sepertinya salah, karena anak panah yang lain jatuh tepat di depanku. Membuatku lagi-lagi terlonjak kaget, dan anak panah selanjutnya datang lagi ke arahku.
Akhirnya aku lari dari rombongan kuda itu, daripada melihat hujan anak panah menyerbu diriku. Membayangkannya saja sudah sangat mengerikan.
Anak panah lain mengikuti kemana arahku berlari, membuatku yakin bahwa mereka benar-benar sedang mengejarku, tapi ... Kenapa?
Tak sempat memikirkan hal itu, aku memilih fokus berlari lebih kencang sambil memperhatikan ke depan agar aku tidak terjatuh. Kulihat pohon-pohon berdiri tegak di depan sana.
Ya! Itu pasti hutan!
Aku mempercepat laju lariku menuju hutan tersebut. Setidaknya mereka akan sulit mengejarku dan aku bisa mencari tempat bersembunyi di antara pepohonan.
Suara gemerisik daun menyambutku saat aku melangkahkan kakiku ke dalam hutan. Aku menoleh kanan-kiri untuk mendapatkan tempat bersembunyi yang aman. Sayangnya pandanganku terbatas karena hutan ini sangat gelap.
Terdengar suara gemerisik daun dari arah belakang. Itu pasti mereka!
Akhirnya aku memilih untuk lari ke depan tanpa tau arah yang sebenarnya. Aku hanya berlari, berlari dan terus berlari di kegelapan ini dengan dilingkupi rasa takut.
Aku terus berlari, menahan rasa lelah dan sakit di kakiku karena terus membiarkan kaki ini menginjak daun-daun kering dan ranting yang runcing.
"Aaaahh!!"
Tubuhku meluncur bebas ke bawah, berguling dengan daun-daun kering dan dahan runcing menggores kulitku.
Aah ... sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana : That Dream
Fantasy[ Fantasy-mystery & (Minor) Romance ] [ Chapter Completed ] Alana hanya gadis manis yang tidak bisa mengingat mimpinya, hingga suatu kejadian aneh merubah hidupnya dalam sekali kedipan mata. Alana terperangkap dalam dunia mimpinya yang penuh misteri...