16 | Sixteenth Dream : Burnt

521 116 76
                                    

Tubuhku bergetar kencang sedari tadi membuat tidurku terganggu. Aku berdecak sebal dan menggerakkan kepalaku mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidur. Tak membuahkan hasil. Dengan terpaksa aku membuka paksa kelopak mataku. Terlihat wajah Pangeran Alex tengah berada di atasku dengan aku yang bersender kepadanya.

Astaga ... kenapa aku bisa memimpikan Pangeran Alex.

Aku menggerakkan sebelah tanganku untuk menyentuh dagu Pangeran Alex. Pangeran Alex pun menoleh ke arahku, "Kau sudah bangun?" tanyanya.

Aku mengangguk dan kembali menyenderkan kepalaku di dada bidangnya. Rasanya benar-benar nya-Aku menoleh lagi ke Pangeran Alex dengan tatapan horor.

"Kenapa?" tanyanya.

Kurasakan wajahku memanas. Buru-buru aku menjauhinya sambil menutup kedua mataku dengan kedua telapak tangan.

Kenapa aku bisa tidur sambil menyender ke dadanyaa-Eh ....

"Awas!"

GREP!

Hampir saja aku terjatuh dari kuda Pangeran Alex kalau saja ia tak sigap menangkapku dengan sebelah tangannya. Dan yang lebih membuatku kaget ... sejak tadi aku tidur di atas kuda!?

Buru-buru aku membenarkan posisi dudukku agar tidak terjatuh lagi. Aku menoleh ke arahnya, "Ma-maaf ...." ucapku.

Ahh ... kenapa pakai gagap segala! rutukku dalam hati.

Pangeran Alex tertawa kecil, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya.

Pikiranku kembali ke kejadian kemarin malam. Kejadian yang sangat aneh. Aku sendiri belum mengetahui pasti apa yang sebenarnya terjadi.

Aku mengangguk, "Aku baik-baik saja."

Aku melirik ke pinggangku, di mana sebelah tangan kokoh Pangeran Alex menahanku agar tidak terjatuh lagi.

"A-anu ...," ucapku ragu. "Tangan yang mulia ...."

"Ah ... tapi kalau tidak dipegang kau akan jatuh lagi,"

"Tidak. Aku tidak akan jatuh!"

Dengan ragu-ragu ia melepaskan tangannya dari pinggangku. Aku bernapas lega, jantungku kembali tenang. Namun detik selanjutnya ....

"Uwaaahh ...."

GREP!

Dengan sigap Pangeran Alex menangkapku lagi. Mataku bertemu dengan manik birunya yang indah. Kurasakan wajahku memanas lagi. Buru-buru aku memalingkan pandanganku darinya. Entah sudah semerah apa wajahku. Semoga tidak seperti kepiting rebus.

Setelah kejadian memalukan itu, aku hanya duduk diam di atas kuda Pangeran Alex dengan tangannya yang terus berada di pinggangku selama perjalanan.

Benar-benar Me-ma-lu-kan.

Aku menatap danau luas itu yang sekarang semakin menjauh. Hatiku menghangat sekaligus berdebar saat mengetahui bahwa kami telah berhasil melewati danau luas itu. Dan entah kejadian apa lagi yang akan terjadi setelah ini.

Matahari yang tadi berada puncak kini mulai turun. Langit biru pun kini telah berubah menjadi oranye. Dari jauh kulihat ada kepulauan asap yang berasal dari tengah-tengah hutan. Begitu kami sudah dekat dengan asal asap itu, suara derasnya air bercampur dengan suara keramaian menyambut kedatangan kami.

Aku menatap kagum pemandangan di depanku, rumah-rumah berjejer di pinggiran tebing dekat sungai dengan langit oranye menjadi latar belakangnya, tanda bahwa malam sebentar lagi akan menjemput.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang