POV 1 : Elysian
__________________________________
BOOM!
BOOOMM!!
PLASH! SPLASH!!
Suara berdebum dan teriakan orang yang memekakan telinga cukup menggambarkan betapa parahnya adegan seram nan tragis yang aku saksikan. Satu persatu api menyambar rumah kurcaci dan membakar hutan tempat tinggal para peri dan mahluk hutan lainnya, disusul pohon yang satu demi satu tumbang memporak-porandakan tempat tinggal mereka.
BRUUKK ....
Aku terjatuh, berguling di tanah saat troll besar berlari terburu-buru tanpa sadar gadis kecil berdiri di depannya. Aku mencoba berdiri sambil mengusap pakaian yang penuh noda tanah.
"Elysian!!"
Aku menengadah begitu mendengar namaku disebut. Tak lama seorang wanita dengan sayap di punggungnya yang mengepak-ngepak berlari menghampiriku. Kaki kecilku dipaksa berlari. Aku termangu, masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Di mana Grace?" tanyanya sambil terus berlari.
"Tidak tahu, tadi dia menggandeng tanganku keluar dari rumah tapi tiba-tiba menghilang."
"Astaga, jangan-jangan masih di dalam?"
BOOM!
Terdengar suara ledakan lagi, suaranya berasal dari dekat sini. Tak lama asap mengepul di udara, tak jauh dari posisiku sekarang. Begitu tersadar, "Kak! itu rumahku!"
Kakak tadi segera berlari ke dalam rumah, menerobos api. Aku menunggu di luar dengan panik, berdoa semoga mereka keluar dengan selamat.
Tak lama kakak tadi keluar bersama kedua orangtua Grace yang sedang membopong Grace. Aku segera berlari menghampiri mereka. Air mata bercucuran melihat penampilannya yang parah, tubuhnya dipenuhi noda abu, dan banyak darah.
"Ia tak akan mati kan?"
Mereka tak menjawab pertanyaanku dan segera berlari ke rumah sakit. Aku terisak selama perjalanan. Membayangkan rasa sakit yang mungkin sedang Grace rasakan, satu-satunya sahabatku.
"Tunggu sebentar di luar ya Ely, Kakak mau cari bantuan dulu sementara dokter periksa luka Grace."
Aku mengangguk patuh dan duduk di salah satu kursi yang terbuat dari batang kayu, dekat ruangan di mana Grace dibawa masuk. Aku menuruti perkataan wanita tadi walau tidak mengenalnya, tapi pasti ia baik karena ia berusaha membantu sahabatku.
Kakak tadi kembali bersama temannya, seorang cewek. Mereka berdua segera memasuki ruangan yang Grace tempati. Aku mengintip diam-diam dari luar. Mengamati mereka yang sibuk berbincang lalu teman yamg dibawa wanita tadi mulai memegang tangan Grace. Sepercik cahaya terlihat dari Tubuh Grace walau samar.
Aku terkagum-kagum, teman wanita tadi keren sekali. Apa ia berusaha menyembuhkan Grace. Sesaat aku berpikir semuanya baik-baik saja, sebelum kakak tadi mulai mencengkeram temannya dan membentak. Aku tersentak, gemetar melihat mereka berdua yang seperti akan berkelahi. Apa mereka sedang berantem?
Mataku beralih ke Grace yang masih terbaring di atas kasur. Tapi bagaimana dengan kondisi Grace? Apa kakak tadi sudah berhasil menyembuhkannya? Lalu kenapa mereka berdua tiba-tiba berantem?
Tiba-tiba seorang pemuda datang melerai 2 kakak itu. Mereka menangis. Diam-diam aku masuk dan menghampiri teman kakak tadi, yang menyentuh tangan Grace.
"Kakak ... kenapa Grace tidak bangun juga kak? Apa yang kakak lakukan kepadanya?"
Aku sempat termagu melihat air mata turun dari kelopak matanya. "Kak, kenapa kakak menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana : That Dream
Fantasía[ Fantasy-mystery & (Minor) Romance ] [ Chapter Completed ] Alana hanya gadis manis yang tidak bisa mengingat mimpinya, hingga suatu kejadian aneh merubah hidupnya dalam sekali kedipan mata. Alana terperangkap dalam dunia mimpinya yang penuh misteri...