11 | Eleventh Dream : To The Palace

549 125 54
                                    

Permisi....

Oke, ini pertama kalinya aku menaruh author note di awal chapter.

Aku hanya ingin mengatakan untuk pegang erat-erat peta kalian! Karena peta dunia Wonderous akan lebih berguna mulai sekarang.

Untuk lebih jelasnya, aku akan menaruh gambarnya di bawah juga.

Kau begitu langsung lanjut baca saja ya! Jangan lupa vote dan coment untuk support cerita ini ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau begitu langsung lanjut baca saja ya! Jangan lupa vote dan coment untuk support cerita ini ^^

***

"Kau terlihat sangat bahagia Far," celetuk Leeya yang sedang menyisir rambut coklat panjangnya.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Apa kau tidak tahu seharian ini kau terlihat sangat bahagia?" Leeya menghentikan aktivitas menyisirnya dan berjalan ke arahku yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Hey, apakah gosip itu benar? Kalau kau dan pangeran ...." Leeya menggantungkan ucapannya dan tersenyum jahil ke arahku.

Aku memutar bola mataku malas, "Kau pikir harga diriku serendah itu?"

"Lagipula siapa yang menyebar gosip menyebalkan itu?" gerutuku.

"Entahlah katanya mereka sering melihat kau berduan dengan pangeran," ucap Leeya.

"Cihh ... mereka hanya iri karena melihatku dekat dengan pangeran," ucapku.

"Ohh ... jadi gosip kau sedang dekat dengan pangeran benar ya?" tanya Leeya memutar balik ucapanku tadi.

"Hanya hubungan antara tabib dan pasien tahu!" jawabku kesal.

"Aah ... hubungan antara tabib dengan pasien yaaa ...." ujar Leeya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Ckk ... lagipula aku tidak serendah itu dengan merayu pangeran agar aku bisa mendekatinya," lanjutku. Aku kembali menggerutu kesal ketika mengingat kejadian menyebalkan tadi siang.

Aku terduduk di atas kursi kayu sambil mengibaskan sebelah tanganku, hari ini matahari sedang bersinar sangat terik membuat cuaca semakin panas, terlebih seharian ini aku menjadi pelayan Leeya.

"Oh jadi ini si jalang kecil itu?" Suara nyaring yang berasal dari belakangku membuatku penasaran dan menoleh, mendapati gerombolan gadis berdiri di belakangku sambil menatapku sinis.

"Maksud kalian?" tanyaku.

"Cihh ... jangan berpura-pura tidak tahu! Kau tidak akan pernah bisa mendekati sang Pangeran! Derajat kita ini berbeda! Seharusnya kau sadar diri!" teriak salah satu gadis yang berdiri di tengah-tengah, sepertinya ia pemimpin mereka.

"Mendekati pangeran?" ulangku.

"Kau pikir pangeran tertarik pada jalang kecil sepertimu yang suka menggoda dan merayunya?" ujarnya.

Alana : That Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang