pak brata

961 15 0
                                    

ketukan jarinya dimeja sejenak untuk membantunya berfikir keras dengan dokumen yang dibawa Banu dan penjelasan tentang Zubaidah serta Zaenab.

"apa kamu nyakin ini sudah semua Banu"
"sudah pak"
"apa sumber bisa dipercaya Banu"
"100% sudah pasti pak"

Banu mengingat kembali permainan seksnya dengan Anjani yang masih membekas,lalu diambilnya rokok untuk dinyalakan. saat ini Anjani masih tertidur pulas di sofa ruangan kerjanya setelah bercinta habis-habisan bahkan sudah dipastikan tidak akan bangun sampai esok hari.

"sepertinya kamu puas Banu"
"yahh dapat barang baru pak"

Brata tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Banu, dan dengan angkuh Banu tersenyum simpul.

"fresh hmm sudah lama aku tidak merasakan"
"nyonya Zubaidah fresh"
"tidak tidak aku tidak menyentuh barang dagangan"

Banu diam saja mendengar kalimat itu keluar dari pak Brata yang memang Zubaidah hanyalah barang dagangan yang sudah dibeli dan hanya untuk pajangan saja.

"yang kuinginkan Zaenab,Banu"
"tapi bukankah nyonya Zaenab sudah menjadi istri siri"
"ya istri siri yang bandel"
"lalu"
"aku ingin seutuhnya Banu"
"hatinya"
"yah tapi sepertinya Zaenab menyadari"
"nyonya Zaenab ibarat burung yang susah ditangkap pak"
"kamu benar, bagaimana kalau kita bermain dulu dengan penjaga burungnya"
"saya rasa itu yang bisa kita lakukan sekarang"
"pastikan Zaenab tidak mengetahui ini"
"baik pak"
"Banu"
"ya pak"
"siapkan lelang"
"nyonya Zubaidah?"
"belum saatnya"
"lalu?"
"siapkan saja"
"baik pak"

Banu mematikan rokoknya di asbak lalu berdiri berjalan keluar dari kamar kerja pak Brata melaksanakan tugas yang diberikan brata.

Brata melihat kembali CCTV yang terhubung langsung dengan laptop miliknya yang memperlihatkan Zubaidah sedang di dapur asyik memasak.

iapun mengambil minuman keras favoritnya di dalam laci meja, dituangkan dalam gelas dan berfikir mau dijual kepada siapa Zubaidah. terlebih Zubaidah akhir-akhir ini memiliki ide untuk memiliki dirinya dan itu salah.

tawa keluar dari mulut Brata koey cia mendapatkan ide yang dirasakannya menguntungkan bagi dirinya dan ia merasa tidak ada yang akan menyesali keputusannya kali ini.

di nyalakan cerutu kesayangannya yang ada disampingnya dan dihisap kuat olehnya.

"burung yang terbang pasti suatu hari akan kembali ke sangkar dan ku pastikan sangkar kali ini tidak ada kunci didalamnya"gumamnya malas ketika tiba-tiba muncul notifikasi memberitahu Zaenab membatalkan acara makan siang bersama dengannya.

"haruskah aku menghampiri mereka dan bermain sejenak? sepertinya ya! lagipula ini hari yang indah, tentu saja harus makan diluar" gumamnya lagi kemudian dimatikan rokoknya di asbak. Brata berdiri tegak mengambil jas dan kunci mobil yang tergeletak di atas sofa.

langkahnya pelan menuju dapur untuk menemui Zubaidah sebelum pergi

"zubai"

Zubaidah mengalihkan perhatiannya dari memasak ke arah suara yang terkadang mencuri perhatian darinya.

"ya"
"aku keluar dulu"
"tapi makanannya"
"kamu makan saja"
"baik"
"kamu tidak kerja zubai"
"aku sudah ijin tadi"
"sakit?"
"tidak hanya jenuh"
"ya sudah dirumah saja"

Zubaidah mengangguk pelan sambil menghela nafasnya panjang menghampiri Brata suaminya. memeluk dan menciumnya lembut seperti biasa kalau Brata mau pergi.

"hati-hati"
"ya"

Brata membalikkan badannya menghadap pintu keluar dari dapur yang mengarah ke garasi.

Brata tidak pernah mau memakan masakan Zubaidah, berdasarkan pengalamannya selama ini makanan yang dimasak bisa membuatnya mati karena mempercayai orang. jadi ia selalu makan diluar, tentunya dengan tangannya sendiri.

Zubaidah melanjutkan memasaknya sedang Brata segera melajukan mobilnya menuju rumah makan favorit Zaenab,istri sirinya yang mulai menyalahi aturan Brata.

satu hal yang tidak diketahui sama sekali oleh Zaenab kalau rumah makan favoritnya adalah milik Brata dan kokinya Brata sendiri.

*****

hidup terkadang tak berjalan sesuai rencana, manusia hanya bisa berharap dan berusaha

WAY OUT(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang