waktu

556 13 0
                                    

Brata merenggangkan kedua tangannya keatas ketika tiba-tiba Zubaidah datang kemudian duduk dipangkuan dengan wajah putus asa.

"zubai"

Brata berusaha untuk menurunkan Zubaidah dari pangkuannya tapi Zubaidah memeluk lehernya dan menatap sendu kearahnya

"aku tidak mau dilelang"
"dengar darimana"
"aku hanya merasa waktunya tidak banyak"
"lalu apa maumu"
"kamu"
"zubai, dari awal sudah kuingatkan "
"ya tapi"
"lelang atau tidak itu urusanku"
"aku ini istrimu secara sah"
"bukankah sudah kukatakan padamu aku tidak menyentuh barang hasil tukar hutang"
"tapi Brata"
"sudah kamu tanyakan kepada bapakmu"
"sudah dan beliau membenarkan"
"aku menikah karena aku sudah risih dengan ibuku yang meminta aku berkeluarga tapi bukan berarti aku harus mengikuti keinginan nafsu"
"Brata please"
"maaf zubai,hatiku sudah ada yang memiliki dan aku tidak ingin mengkhianati kepercayaan orang yang kucintai"

mendengar itu Zubaidah tetap memberanikan diri untuk mencium bibirnya dan Brata tidak merespon walaupun bagian tubuh yang lain dengan cepat membesar.

handphone Brata berbunyi nyaring terdengar jelas, Brata berusaha sepelan mungkin melepaskan diri dari Zubaidah.

"zubai"

akhirnya Zubaidah turun walau enggan dari pangkuannya, Brata bernafas lega. diambilnya handphone miliknya dan didengar suara yang tidak diduga-duga.

"Jero"bisiknya pelan mengingat Zubaidah mulai memeluknya dari belakang bahkan tangannya mulai berani mempermainkan penisnya yang tertutup kain dan nyaris saja ia mengerang nikmat ketika tangan itu sudah berada di posisinya yaitu mengeluarkan penisnya dan mengocoknya pelan-pelan.

brak...pintu terbuka lebar,Brata terkejut melihat Banu masuk kedalam begitu saja demikian juga Zubaidah

"what the fuck"

Brata buru-buru memasukkan penisnya kedalam celana dan zubaidah menghela nafasnya panjang sebelum emosi menguasai karena Banu menggagalkan rencananya.

"tak bisakah kalian melakukan di kamar"

Zubaidah mendelik tajam ke arah Banu mengingatkan sedang Brata tertawa mendengar reaksi Banu.

"apa yang terjadi"
"Jero ingin bertemu dengan kita"
"dimana"
"tadi dia menghubungi handphone mu tapi kamu tidak merespon jadi ia menghubungiku untuk mengecek kondisimu"

Zubaidah menarik lengan baju Brata, Brata menuntun Zubaidah untuk duduk di sofa.

"zubai maaf"
"tapi"
"kamu ingat wanita yang kucintai"

Zubaidah mengangguk pelan,Brata mengelus rambutnya menenangkan

"ia sudah setuju untuk menikah tapi kita harus bercerai dan zubai maaf kamu benar waktu lelang mu sudah tiba"

air mata Zubaidah mengalir,Banu merasa kasihan melihatnya walaupun begitu ia tidak bisa menolongnya.

"aku bukan barang"
"tapi itulah perjanjiannya apabila aku menceraikan mu maka aku berhak melelang seharga hutang bapakmu yang mencapai milyaran"
"Brata tolong"

dikecupnya kening Zubaidah lalu dipeluknya erat-erat sambil ditepuk punggungnya.

"tidurlah sudah malam"

Brata terus menepuk punggung Zubaidah yang akhirnya tertidur pulas. diangkatnya ke kamarnya untuk dibaringkan sementara itu Banu menyerahkan jarum suntik yang berisi obat tidur.

"berapa lama ia tidur nanti"
"sampai lelang besok kurasa"
"Jero menginginkan Zubaidah"
"uangnya?"
"sudah ditransfer melebihi batas"
"kalau begitu kirim Zubaidah dan bawa dokter untuk memastikan tidak ada masalah dijalan"
"kondisi seperti ini"
"ya"

Banu bergerak keluar tapi belum sempat ia meraih gagang pintu didengarnya Brata memanggil, iapun berbalik.

"Banu,bagaimana Mat"
"ia baru saja mengirim pesan membatalkan niatnya untuk ikut penawaran mu"
"berarti tidak ada masalah"
"kecuali satu"
"apa"
"nyonya Zaenab minta kamu datang"
"ya baiklah"
"Brata waktu kita tidak banyak"
"siapkan dokumen dan tiket pesawat kelas VVIP"

Banu mengangguk pelan sedang brata membuka pintu lemari pakaian kemudian bersiap-siap ke apartemen Zaenab. Banu keluar dari kamar Brata menuju ruang rahasia tempat mereka bekerja di dunia underground.

WAY OUT(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang