WAY OUT(completed)

klan saimataro

kakek saimataro berjalan didampingi Mat menuju ruangan miliknya. begitu duduk sekretarisnya masuk menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk ditandatangani.

"pernikahan sesuai jadwal 3hari lagi"
"baiklah"
"fitting baju diulang dan cincin"
"kakek"
"ada apa"
"mengapa Jero tidak marah aku ganti begitu saja"
"dari awal dia sudah menolak tak disangka kamu menawarkan diri sukarela hahaha"
"apa!!! sial"
"yah hanya antara Jero dan kamu saja yang boleh bersama Lyu"

Mat mengusap wajahnya kesalahannya sendiri yang ceroboh begitu saja minta Lyu menjadi istrinya, kakek bertambah keras tertawanya.

"astaga kakek apa yang kulakukan"
"tidak bisa berubah,hari ini pertemuan klan saimataro dimulai jangan buat drama"
"tapi kek"
"kamu ingin mempermainkan Lyu"
"bukan begitu kek"
"jangan coba-coba mempermainkan Lyu kalau masih sayang dengan nyawamu"
"astaga kakek"
"buat kakek, Lyu adalah segalanya"
"aku cucumu kek"
"tapi Lyu yang mendampingi kakek disaat kamu dan Jero melalang buana mencari jati diri jadi wajar kalau kakek ingin yang terbaik untuk Lyu"
"baiklah"

Mat menghela nafasnya menyadari kebodohannya tapi ia tidak mungkin menyakiti lyu. kakek berdiri merapikan jas yang dipakainya, disampingnya tampak sekretarisnya membantu membawa dokumen.

"ayo kita ke ruang rapat banyak harus diubah"
"tapi kakek"
"tenang saja kakek tetap pemegang penguasa tertinggi klan kecuali mati baru bisa dan itupun hanya Lyu yang boleh"

Mat berdiri dan heran mendengar penjelasan kakeknya. kakeknya berjalan santai menuju ruang rapat diikuti Mat dan sekretaris.

"mengapa"
"aku lebih menyukainya dibandingkan Jero atau kamu Mat"
"kakek"

kakek saimataro tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Mat yang lucu demikian juga sekretarisnya yang tidak dapat menahan tawa. spontan mat menggerutu kesal tapi ditahannya apalagi sudah didepan pintu ruang rapat.

mereka masuk dengan tenang dihadapan para pemegang saham dan klan saimataro tampak Lyu duduk ditengah rapat.

Mat tidak mengerti sedang apa Lyu disini, kakek segera memberikan isyarat kepada Lyu. Lyu segera menghampiri kakek dan mencium pipinya.

"hallo kakek"
"bagaimana"
"sedang voting kek"

kemudian Lyu menghampiri Mat dengan wajah yang bertanya-tanya.

"kakek memintaku terlebih dahulu untuk membuka rapat sebelum kamu datang Mat"bisik Lyu pelan di telinga mat.

Mat mengangguk sambil tetap memperhatikan tingkah mereka semua yang duduk seperti pengusaha tapi bajingan bermulut harimau.

"bagaimanapun saya masih pemegang saham terbesar di perusahaan ini sedangkan klan saya juga yang mendirikan jadi yang tidak menyukai keputusan Lyu segera keluar dari ruangan ini"

semua terdiam mendengar kalimat kakek bahkan ada yang gelisah melihat suasana yang mulai mencekik.

"saya juga mengundang semua untuk datang ke pernikahan cucu saya Mat dengan Lyu"

semua kaget dan kebingungan

"bukankah undangan dengan Jero?"
"apakah masih sama tanggal pernikahannya"

beberapa tampak kasak kusuk mempertanyakan maksud pernikahan ini. Lyu dan Mat diam saja, Mat menarik Lyu untuk dekat dengannya.

"tidak ada maksud apapun ternyata saya baru tahu kalau mereka berdua sudah berpacaran dan yah rencana pernikahan tetap sama tidak ada perubahan sama sekali. saya kira cukup"

kakek pergi meninggalkan ruangan rapat diikuti semua orang yang berada di ruangan itu.

kakek berjalan menuju ruangan miliknya diikuti sekretarisnya.

"beritahu Jero untuk keruangan saya"
"baik pak"

sekretarisnya menghubungi Jero begitu mereka sampai di ruangan kakek. kakek diam memperhatikan pemandangan orang-orang di jendela yang langsung menghadap taman.

"tuan, tuan Jero akan datang kalau memungkinkan"
"baiklah sekarang tinggalkan aku sendiri"

sekretaris itu mengangguk dan meninggalkan sendirian kakek.

ingatan kakek melayang jauh ketika ia bertemu Lyu untuk pertama kalinya. dimana Jero datang kepadanya dan bernegosiasi langsung tanpa rasa takut.

"apa mau mu"
"perlindungan"
"untuk"
"untukku dan Lyu"
"apa yang kudapatkan"
"aku dan Lyu akan setia kepadamu sampai maut menjemput"
"apa hanya itu"
"maksud kakek"
"aku sudah mempunyai banyak yang setia dan siap mati lalu untuk apa aku harus menambah lagi"

Jero terdiam sejenak menatap wajah kakek demikian juga kakek dengan wajah meremehkan

"aku..aku menyerahkan tubuh kami berdua untuk kakek terserah kakek mau apa"
"ahh itu yang kakek ingin dengar, sekarang kamu nyakin?"
"ya kakek, apapun untuk kakek"
"baiklah kemarilah"

Jero mendekat dan kakek memeluknya erat tangan tangannya mulai menggerayangi tubuh Jero. Jero mulai gelisah karena tangan kakek membelai miliknya yang sensitif terhadap sentuhan walaupun dari luar.

"kalau kakek berkata kakek lelah itu berarti kamu dan adikmu harus melayani kakek"
"bagaimana"
"kakek akan ajarkan setelah itu ajarkan kepada lyu tapi ingat Lyu milik kakek"
"baik kek"

mulai hari itu Jero bercinta dengan kakek seiring waktu Lyu akhirnya menjadi pasangan tetap kakek tanpa ada yang mengetahui hingga suatu hari ada perasaan ingin memiliki terhadap Lyu. apalagi kakek mengetahui bahwa Lyu mencintai Mat membuat ia berfikir keras mempertahankan Lyu tanpa diketahui siapapun kecuali Jero.

wajah kakek berubah mengingat Jero yang tidak ia sadari menjadi pribadi ganda dan itu mempengaruhi Lyu, ia tidak menyukainya. dengan cepat ia membuat rencana dan orang-orang disekitar hanya mengikuti langkahnya tanpa disadari dan ketika menyadari pun sudah terlambat untuk menentang keputusannya. diambilnya cincin dari celananya dan iapun tersenyum mengingat bagaimana Lyu menandatangani sebuah dokumen yang tidak diketahui siapapun bahkan termasuk Lyu karena ia membuat Lyu mabuk. sebuah dokumen pernikahan antara ia dan Lyu yang segera disahkan oleh pengadilan.

"Lyu adalah istriku sedangkan Mat hanya cadangan jadi aku akan berusaha lebih keras lagi untuk membuat Lyu mencintai diriku"gumamnya senang.

pernikahan Lyu dan Mat hanyalah sebuah drama besar, ia sudah menyiapkan seakan benar tapi palsu. ia terkekeh geli mengingat sejauh ini rencananya berhasil.

"sekarang sudah saatnya mendapatkan saimataro junior"gumamnya lagi, wajahnya berseri seri senang.

kemudian kakek bergeser dari tempatnya berdiri menuju tempat ia biasa duduk. dokumen yang menumpuk tinggi membuat ia menggeleng kepala sambil meraih salah satunya untuk bekerja.