masalah

825 18 0
                                    

Mat berjalan mondar mandir menunggu Anjani yang sekarang belum juga muncul dikantornya. sesekali di cek handphonenya berharap Anjani menghubunginya.

emosi mulai dirasakan Mat perlahan padahal hari ini ada rapat penting yang harus dilakukan dengan pak Brata. untuk meredam emosi ia membuka dokumen rahasia yang diberikan oleh Lyu atau biasa dikenal sebagai Lu.

tak banyak informasi yang didapatkan dari lu tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali mengenai sepak terjang perusahaan Pak Brata dan kalau boleh jujur ia ingin mengetahui lebih mengenai Zubaidah.

****

Anjani membuka matanya perlahan dan dirasakannya badannya terasa remuk. ia sudah tidak sanggup lagi mengomel terhadap Banu yang membuatnya melakukan seks hingga subuh, digerakkan tubuhnya pelan untuk duduk di ranjang.

"sudah bangun baby Jani"

Anjani diam memperhatikan banu keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk di bagian pinggul. seksi menurutnya dan itu sudah cukup membuat kewanitaan miliknya mendambakan sentuhan, Anjani menggeser selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya lebih rapat. Banu hanya tersenyum simpul dan ingin mengoda tapi diurungkan niatnya sebelum ia mengisi perutnya yang mulai berontak minta isi.

"aku lapar"
"tunggu sebentar akan ku siapkan"
"jam berapa sekarang"
"sekitar jam 9 kurasa"
"aku harus ke kantor"
"kamu nyakin mau ke kantor dengan kondisi seperti itu"
"pakaianku kemarin dimana Banu"
"laundry kurasa"

Anjani bangun berusaha ke kamar mandi, walau dihatinya kesal setengah mati rasa nyeri dirasakannya belum hilang juga. Banu hanya diam saja sambil mengenakan pakaiannya sendiri.

didalam kamar mandi, Anjani hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kiss mark di seluruh tubuhnya. cepat-cepat ia bergegas membersihkan dirinya kalau tidak ingin kehilangan pekerjaan. untuk pertama kalinya Anjani terlambat datang sejak ia bekerja sebagai sekretaris CEO.

Banu menyiapkan makanan dimeja makan untuk mereka berdua dengan antusias dan mulai berfikir akan terasa menyenangkan kalau Anjani menjadi istrinya,hidup yang sempurna untuk Otong tentu saja.

Anjani diam saja memperhatikan tingkah Banu, iapun duduk perlahan-lahan dan meminum kopi yang disediakan Banu. Banu ikut duduk di depannya menunggu dengan sabar Anjani menyelesaikan minumnya.

"bagaimana kalau kita menikah"
"apa kamu gila"
"kok"
"yang kuinginkan big bos bukan kau"
"apa yang big bos punya akupun punya, belum cukupkah itu"
"aku tidak mencintaimu"
"bagaimana kalau kamu hamil"
"tidak akan terjadi"
"itu bukan masa suburku"
"tidak ada yang tahu bukan"
"tidak kurasa tidak"
"Anjani, aku ingin bertanggung jawab atas kemarin"
"kamu memang bajingan"
"tidak bisakah kamu pertimbangkan"
"aku sudah terlambat"

Anjani bangun dari duduknya berjalan keluar tapi sebelum pergi,ia berbalik arah ke Banu

"tidak akan ada pernikahan dan kunci rumah kalau kamu ingin pergi, letakkan di pot dekat pintu"
"Anjani"
"aku akan mencoba seperti yang kamu ajarkan kemarin ke big bos"
"Anjani!!!jangan coba-coba kamu lakukan kalau tidak ingin menyesal"
"Banu! tidak bisakah kita lupakan begitu saja yang terjadi"
"tidak!!!!!"

Banu mendekati Anjani yang berdiri dekat pintu masuk dan menciumnya keras hingga bibir Anjani terluka.

"akan ada pernikahan karena Otong menyukaimu dan jangan coba-coba melakukan seks dengan big bos kalau tidak ingin kehilangan pekerjaan. kamu kunci pintu, aku antar ke kantor dan baby Jani ,aku pastikan di perutmu ada Banu junior"

setelah berkata demikian Banu berjalan dengan menahan amarah di dadanya menuju mobil sedang Anjani mengunci pintu dan mengikuti Banu masuk kedalam mobilnya. sebelum menyalakan mobil,Banu melihat Anjani yang sibuk mengunakan seat belt.

WAY OUT(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang