4. I'd Like to Fing*ring

16.1K 877 203
                                    

Andrea menatap mengeliling pada kamar yang menjadi tempatnya menginap. Dalam hati sedikit merasa curiga karna kamar tersebut tidak seperti kamar yang tidak pernah dihuni. Ia merasa kalau beberapa kali seseorang pasti tidur di kamar tersebut. Ia mendesahkan napas berat begitu duduk di pinggiran tempat tidur. Aaron menyuruhnya menginap dan yang ia lakukan adalah menuruti permintaan lelaki itu. Andrea tidak bisa membantah, meskipun dengan alasan ia tidak punya baju ganti, karna Aaron membuatnya terkejut dengan memberitahu Andrea kalau isi lemari di kamar tersebut, menyimpan banyak baju wanita, termasuk underwear.

Andrea beranjak dari tempat tidur, benar-benar mengecek lemari yang dimaksud Aaron. Lemari berpelitur usang seperti sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Saat membukanya, lagi-lagi Andrea mendesahkan napas berat. Aaron benar, lemari itu memang menyimpan banyak baju wanita. Bahkan, Andrea juga menemukan underwear-underwear baru dan juga lama.

"Lelaki brengsek," gumamnya pelan. Ia kembali menutup lemari dengan perasaan beban. Andrea menebak, semua itu kepunyaan isteri Aaron. Tapi, di mana keberadaan wanita hamil itu?

Merasa dihantui satu pertanyaan, Andrea memilih keluar menuju kamar Aaron. Wanita itu mengerutkan kening saat membuka pintu, ia melihat kondisi ruangan TV sudah gelap gulita.

"Aaron." Dua kali Andrea mengetuk pintu kamar sebelahnya. "Aaron!"

Tidak ada jawaban. Andrea terpaksa menempelkan sebelah telinga ke pintu. Tidak ada suara apa pun yang membuat Andrea curiga. Tidak mungkin Aaron tidur dalam waktu singkat. Seratus persen Andrea yakin kalau Aaron tipe lelaki yang tidur lewat jam satu pagi. Sedangkan sekarang masih jam duabelas kurang beberapa menit.

Perlahan Andrea nekat membuka pintu di depannya. Pintu terbuka, Andrea hanya menemukan kamar bernuansa gelap yang begitu menyesakkan.

"Hih, dia ini setan atau apa, sih? Tidur kok gelap-gelapan."

Tanpa ijin Andrea menjajah kamar tersebut. Mencari keberadaan sakelar lampu dalam kegelapan.

"Ketemu!" Lampu menyala terang setelah Andrea menekan sakelar di dekat lampu tidur. Kening Andrea kembali mengernyit aneh, Aaron tidak ditemukan di mana pun.

Kepala Andrea spontan menoleh pada pintu yang mengeluarkan suara gemericik samar dari dalam. Oh, jangan-jangan Aaron baru mandi karna saat Andrea mendekati pintu tersebut, menempelkan sebelah telinganya lagi, Andrea baru bisa mendengar jelas gemericik air shower yang menghantam lantai.

Ia mengangguk kecil, kembali menatap teliti pada kamar Aaron. Lebih manly, menurutnya. Karna setelah membandingkan dengan kamar sebelah—yang terasa lebih feminim—Andrea cukup mengakui kamar milik Aaron lebih beraroma maskulin.

Tidak ada walk-in closset di sini, beda dengan kamar satunya, membuat Andrea nekat pergi ke lemari kayu jati yang ada di sudut kamar. Ia membukanya, aroma parfum khas oriental menyeruak ke dua lobang hidung Andrea. Ciri khas Aaron yang terkesan petualang dan pemberani. Andrea mengulas senyum kecil begitu melihat puluhan setelan jas tergantung rapi di dalam. Setengah gemetar karna takjub, Andrea menggerakkan tangannya, menyentuh puluhan jas tersebut yang terasa menggetarkan hati. Ini adalah kali pertama Andrea menyentuh setelan jas lelaki yang masih digantung rapi. Andrea membuka loker lemari, di dalamnya berjajar dasi dengan aneka ragam warna dan corak. Sedangkan loker satunya berisi underwear dan boxer. Baju-baju dan celana santai sendiri terlipat rapi di bawah barisan jas.

Sebelah pintu lemari tiba-tiba menutup membuat Andrea berjingkat ke belakang, kaget. Saat wanita itu menoleh, Aaron sudah berdiri di dekat lemari dengan ekspresi datar. Satu handuk kecil melingkar di belakang leher.

"Why are you here?" tanya Aaron datar.

Andrea meneguk saliva dengan tubuh gemetar. Bukan karna melihat Aaron barusan mandi, lelaki itu bahkan sudah mengenakan pakaian lengkap. Ia hanya merasa dipandang sebagai pencuri di kamar orang.

• One Night In the Air •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang