8. Sesi Perkenalan #2

9.9K 893 157
                                    

Sofa itu tak terasa empuk seperti sofa mewah di rumahnya. Beberapa bagian sudah ada yang mengelupas entah karna hewan pengerat atau aus, tetapi saat Aaron menjatuhkan bokongnya ke sofa tersebut, Ibu Andrea meringis tak enak. Rumahnya begitu sederhana untuk dijajah Aaron. Lelaki bermobil yang parfumnya saja sudah tercium dengan radius sepuluh meter.

Wanita berdaster panjang di depan Aaron, menjulurkan tanga ingin berkenalan, yang langsung diterima lelaki tersebut.

"Lasmi, saya Ibunya Drea. Cah bagus namanya siapa?"

Aaron tersenyum. "Aaron, Bu. Maaf sebelumnya, saya merupakan kekasih puteri Ibu."

Sesaat mata Lasmi membola. Wanita itu lantas menoleh ke belakang, ke sebuah pintu tertutup yang sebelumnya dimasuki oleh Andrea.

"P-pacar maksudnya??"

"Ya. Maaf karna baru kali ini saya menyempatkan ke rumah."

Tanpa sadar Lasmi mengangguk-angguk kecil. Wanita itu bergerak gelisah. Merapikan rambut yang hanya diikat asal-asalan lalu menaikkan kerah daster batiknya. Lasmi sangat tak menyangka puteri semata wayangnya justru mampu punya pacar se-keren Aaron. Ada rasa minder dari diri Lasmi, wanita itu tidak punya banyak hal untuk menyuguh Aaron.

"D-diminum, Nak Aaron. I-Ibu cuma punya teh sama kueh lapis, maaf soalnya Ibu nggak tahu kamu mau main ke rumah." Lasmi tersenyum tak enak hati.

"Nggak apa-apa, Bu." Aaron mengambil secangkir teh buatan Lasmi, menyeruputnya pelan dan merasa takjub karna teh tersebut sangat pas di lidahnya.

"Jadi ... Nak Aaron sama anak Ibu udah berapa lama?" Lasmi menunjuk pintu kamar Andrea sekilas. "Maklum, anaknya nggak pernah cerita-cerita sama Ibu. Sibuk kerja sama ... main."

Aaron ikut tersenyum seperti Lasmi. Bedanya Aaron tersenyum manis dan tulus sedangkan senyum Lasmi lebih terkesan ringisan tak enak hati. Aaron tahu, posisinya yang memang terlalu kentara kalau orang dari kalangan berada membuat Lasmi sadar diri. Poin tersebut justru membuat Aaron gencar mematahkan tebakan Darren tentang Andrea yang materialistis.

"Sejak tahun lalu," jawab Aaron membuat Lasmi terkejut sekali lagi. Aaron menatapi pinggiran gelasnya, dia tidak mau semeyakinkan itu untuk berbohong.

"B-bulan apa kalau Ibu boleh tahu?"

"Februari."

Lasmi kembali menarik napas kaget. Kedua matanya mengedip cepat. Lalu dua detik kemudian, ekspresi terkejutnya berganti dengan ekspresi kesal. Lasmi kembali menatap pintu kamar Andrea yang kebetulan terbuka, menampilkan Andrea keluar dari kamar mengenakan baby doll pendek.

"Bisa-bisanya punya pacar nggak bilang-bilang!" geram Lasmi pelan. Kedua tangannya merangkum erat di atas pangkuan.

"Ibu ngobrol apa aja sama Aaron?" Andrea ikut menyusul duduk di sebelah Ibunya, lalu menatap Aaron malas.

Tanpa diduga-duga, Lasmi dengan kasar mendorong gemas kepala Andrea. "Kamu punya pacar sejak tahun lalu kenapa nggak bilang?!"

Mulut Andrea terbuka. Ia menoleh menatap Lasmi dan Aaron bergantian. "Maksud Ibu apa?"

"Nak Aaron bilang kalian pacaran dari Februari tahun lalu!"

What?! Andrea mendelik. Ia ingin minta penjelasan ke Aaron tetapi lelaki itu hanya mengedipkan sebelah mata. Sial, batin Andrea mulai bingung. Bisa-bisanya Aaron membohongi Lasmi tentang tanggal jadian.

"Y-ya aku minta maaf." Andrea menghela napas. "Nggak ada waktu buat ngomong ke Ibu."

Suara mengaduh terdengar pelan dari mulut cemberut Andrea kala Lasmi mencubit paha wanita itu. Gerakannya sengaja disembunyikan tetapi Aaron masih mampu melihatnya.

• One Night In the Air •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang