Kebijakan untuk pegawai bank tempat Andrea bekerja yang sengaja membolos sangatlah berat. Bisa dikeluarkan dengan atau tanpa pesangon dan hukuman lain jika memang tidak dipecat.
Dengan wajah cemberut, Andrea melangkah keluar kamar sambil membalas pesan Dian. Ia terpaksa mengandalkan Dian untuk aksi bolos kerjanya sekarang. Kalau bukan karna Aaron yang menahannya semalaman, Andrea pasti sudah bekerja pagi ini.
"Masih di apartemen. Hm, aku minta maaf—"
Langkah Andrea semakin mendekat pada suara lelaki yang sedang berbicara melalui telepon. Ia mengantongi ponsel ke saku daster batik yang ia culik dari lemari kamar sebelah. Perlahan, Andrea mengintipi Aaron yang baru membuatkan susu kedua untuknya.
Kerutan di kening Andrea semakin dalam melihat Aaron terkekeh sambil bertelepon. Masih dengan kondisi shirtless, sebelah tangan lelaki itu mengaduk susu di gelas depannya, sementara tangan satunya sibuk menahan ponsel di telinga kanan. Andrea terus berdiam diri di samping pintu dapur. Ia mengintipi Aaron dan menguping semua pembicaraan lelaki itu.
"I promise to stay longer. Oke, I love you too."
Andrea meremas erat kedua tangannya. Kalimat I Love You Too yang diucapkan Aaron barusan terlalu menyentil di hati.
Begitu Aaron selesai menelepon, lelaki itu menyelesaikan mengaduk susu membuat Andrea memberanikan diri masuk ke dapur.
"Anter aku pulang."
Aaron melirik wanita yang tiba-tiba duduk di kursi makan depannya. Dia mendorong segelas susu putih baru untuk mengisi perut kosong Andrea.
"Masih pagi."
"Ibu udah marah-marah, dia bilang aku clubbing lagi."
Ekspresi sendu tiba-tiba mewarnai wajah Andrea, membuat Aaron mengangkat sebelah alis. Sesuatu yang tidak diketahui Aaron dari Andrea merupakan keluarganya.
"Kamu pamit ke mana semalam?"
"Ketemu kamu, lah!" Bibir Andrea maju beberapa senti, ia menenggak susu putih buatan Aaron perlahan.
"Kenapa bisa clubbing?"
Andrea mengusap bibir sekilas setelah mengabiskan separuh susu. "Karna aku nggak pulang. Ibu bilang, alasan aku aja yang aslinya cuma mau pergi sama Dian."
"Aku ada rencana lain sebelum membawamu pulang."
Kedua mata Andrea memicing. Ada sesuatu yang membuat wanita itu curiga. Otomatis Andrea membelai perut ratanya dengan jantung berdebar. Jangan harap Aaron bisa menyentuh perutnya tanpa ijin!
Tetapi saat melihat Andrea tampak melindungi perut ratanya, Aaron justru terkekeh kecil. Lelaki itu menggigit sandwich buatan sendiri dan mengunyahnya perlahan. Mungkin Andrea pikir Aaron akan membawanya ke dokter spesialis kandungan.
"K-kamu nggak akan bawa aku ke dokter, 'kan??" Wajah Andrea mulai pucat.
Aaron tersenyum tipis, menghabiskan satu gigitan sandwich dalam mulut. "Bukan."
"Terus?"
"Sebelumnya itu aku punya pertanyaan. Kamu benar-benar menerimaku untuk jadi suamimu?"
Jantung Andrea semakin berdetak liar. Kedua matanya mengedip beberapa kali dengan pikiran yang melayang ke banyak tempat. Apa maksud pertanyaan Aaron yang tampak aneh. Tetapi bayangan tentang kalimat I Love You Too beberapa menit lalu membuat Andrea sedikit ragu ingin menjawab.
"A-aku—"
"Jawab dengan jujur."
Mulut Andrea terkatup rapat. Ia berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
• One Night In the Air •
Romansa(17/21+) [COMPLETE] dipublish 12 Desember 2019 - tamat 23 Januari 2019 POV 3 [Aaron & Andrea] Dia lagi, dia lagi. Setidaknya itu yang membuat Andrea muak setelah menghadapi wajah Aaron beberapa hari terakhir. Andrea pikir, lelaki itu seperti tidak a...