( tolong baca sampai akhir, enjoy! )
One night with you, but forever night I fall for you - Aaron Aramazd Goutama.
Pikiran tentang kejadian semalam membuat Andrea tak bisa tidur nyenyak. Ia terbangun pagi buta dengan Aaron tidur setengah memeluknya. Mulut lelaki itu sedikit terbuka, Andrea mengendus napas Aaron dan menyamakannya dengan aroma lelaki itu semalam.
Sudah tidak berbau alkohol.
Hati-hati, Andrea menyingkirkan tangan Aaron yang berada di samping pinggangnya, kemudian menuruni ranjang.
"Jam berapa sekarang?"
Andrea terlonjak mendengar suara serak khas bangun tidur di belakangnya. Saat menoleh, Aaron masih memejam tetapi Andrea yakin dia sudah bangun.
"Jam empat pagi. Aku mau masak, kamu tidur lagi aja."
Aaron mengangguk dua kali lalu tak lama mulutnya kembali terbuka sedikit. Dia sudah kembali ke alam mimpi sementara Andrea keluar kamar. Andrea ingat kalau semalam ia belum sempat mengambil ponsel di sofa.
Notifikasi berjajar memenuhi layar saat Andrea memeriksa ponsel tersebut. Seulas senyum muncul ketika nomor asing yang semalam mengirimi lima foto ke ponsel Aaron, juga mengirimkan foto tersebut kepadanya.
"Of course," gumam Andrea memilih menyimpan semua itu dalam diam. Ia juga membuka beberapa pesan balasan dari Darren yang beralasan tidak membawa ponsel semalam. Lelaki itu berdalih kalau ia tidak tahu keberadaan Aaron. Andrea tidak lagi memusingkan itu, ia harus mencari tahu kebenarannya sendiri.
Setelah mengecek semua notifikasi, Andrea beralih menuju dapur. Sesekali ia mengusap perut buncitnya saat bunyi keroncongan terdengar renyah.
"Laper, Sayang?" Andrea tersenyum manis. Ia mengeluarkan beberapa bahan makanan dan memutuskan memasak sebuah menu kesukaan Aaron, capcay.
Dapur menjadi satu-satunya tempat Andrea sering berbicara sendiri, dan kamar mandi menjadi tempat paling menakutkan baginya. Kadang, ketika di dapur dan sedang mengobrol asik dengan bayi dalam perutnya, Aaron diam-diam merekam kejadian itu menggunakan kamera ponsel. Atau, dia akan mengamati bagaimana Andrea terus mencari bahan obrolan dengan calon anak mereka. Sambil mengiris semua bahan makanan, Andrea tersenyum mengingat momen manis yang baru sekarang ia sadari. Andrea tidak mau kehilangan semua momen itu hanya karna berpikiran sempit dan gegabah. Termasuk tentang lima foto semalam.
Senyum menghias di bibir Andrea. "Ayahmu orangnya baik, cuma Ibu yang nggak pernah sadar di mana aja titik baiknya," bisik Andrea mengajak bicara si bayi dalam perut.
Seseorang yang mendengar obrolan itu, tampak tersenyum kecil di balik tembok yang memisahkan antara dapur dan ruang tengah. Rambutnya acak-acakan. Dengan kaos dalam pas badan dan celana kolor, Aaron melakoni rutinitasnya yang sering mengintipi Andrea saat memasak.
Sebuah rasa bersalah datang membuat Aaron menunduk menatapi lantai. Sebegitu baik Andrea memujinya, tetapi Aaron justru mengabaikan Andrea hanya karna cemburu buta. Aaron menyesal, sangat menyesal. Dia berjanji akan melakukan yang terbaik sebagai suami dan ayah di waktu depan, karna perlahan tapi pasti, perasaannya terhadap Andrea dan rumah tangga mereka semakin merekah tanpa batas.
Aaron kembali ke kamar dengan langkah tenang. Dia berpikir, betapa bodoh dirinya jika melakukan hal tak pantas seperti kemarin dan semalam. Saat dia mengabaikan Andrea dan saat dia memaksa Darren untuk menemaninya ke tempat yang sudah tak pernah disentuh Aaron sejak menikah. Dia bodoh. Aaron harus mengakui itu supaya rasa bersalahnya bisa menjadi pengalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
• One Night In the Air •
Romance(17/21+) [COMPLETE] dipublish 12 Desember 2019 - tamat 23 Januari 2019 POV 3 [Aaron & Andrea] Dia lagi, dia lagi. Setidaknya itu yang membuat Andrea muak setelah menghadapi wajah Aaron beberapa hari terakhir. Andrea pikir, lelaki itu seperti tidak a...