"I'll kill you-I'll kill you dari Hongkong!" Andrea menggerutu sambil terus mengerjakan pekerjaan rumahnya. "Mau bunuh kucing aja dia nggak tega apalagi bunuh gue."
Kain lap di genggaman diperas oleh Andrea. Pagi ini libur. Ia punya tugas mengepel keseluruhan ruang di rumah. Tetapi, kejadian kemarin siang membuat Andrea tak bisa berhenti merasa kesal. Ia dibohongi, bahkan dicurangi oleh manusia brengsek sekelas Aaron.
Rasa kesal tiba-tiba memuncak dan Andrea membanting kain pel tadi ke dalam ember berisi air, terlalu keras sampai airnya menciprat ke mana-mana, mengenai Lasmi yang barusaja ingin lewat.
"Dre?? Kamu waras nggak, sih?!"
Andrea berjingit, terkejut di depannya ada Lasmi yang melotot galak. Daster yang dikenakan wanita itu sebagian basah oleh cipratan air. Andrea meringis minta maaf, lalu memeras kain pelnya cepat. Ia melanjutkan mengepel lantai di bagian kanan.
"Disuruh ngepel malah main air. Masa satu jam nggak selesai-selesai?!"
"Iya, dikit lagi selesai, Bu ...."
"Kalo udah nikah, tapi kamu disuruh ngepel aja susah, kasihan besok suamimu!"
"Nikahnya baru bulan depan, Bu ...."
Wajah Lasmi memucat tiba-tiba. "K-kamu?? Sama siapa? Cah bagus yang dulu dateng ke rumah?!"
Kedua bahu Andrea terangkat. Pandangannya masih menatap pada gerakan tangannya sendiri yang mengepel lantai.
"Jangan main-main ya, Dre. Ibu masih belum ada persiapan."
"Biar aja Aaron yang siapin. Kasta wanita itu tinggi, Bu." Andrea mendongak, kini ia bisa menatap Lasmi yang masih menampilkan raut pucat. "Itu namanya tanggung jawab dia yang mau nikahi aku."
Sesaat Lasmi bingung, omongan Andrea ada benarnya juga tetapi ia masih belum siap dalam banyak hal. Lasmi bahkan belum mengenal betul siapa itu Aaron, bagaimana orang tuanya, dan seperti apa gaya hidupnya. Lasmi masih buta. Ia menghela napas berat, mungkin Andrea hanya bercanda soal menikah bulan depan, karna itu terlalu dekat dan tidak mungkin terjadi.
"Ngapain buru-buru? Ibu belum kenal sama dia, orang tuanya juga. Nggak usah buru-buru."
"Takut benih di dalem perutku makin berkembang, Bu."
"Mulut kalo ngomong itu dijaga! Didenger Tuhan baru tahu kamu, Dre!" Lasmi memilih mendengkus kesal lalu pergi. Cukup mendengarkan bualan Andrea yang isinya tidak pernah serius.
Sementara Andrea yang menatap punggung berlalu Lasmi hanya mampu menghela napas lelah. Kedua tangannya pegal, dan lututnya terasa perih karna harus berlutut untuk mengepel keseluruhan ruang rumah. Coba saja dulu Lasmi membelikan pel bergagang panjang, Andrea tidak harus lelah-lelah seperti sekarang. Seperti Bi Ijah di sinetron saja.
"Selesai!" teriak Andrea memberi kode kepada Lasmi.
Kepala Lasmi melongok dari bagian dapur. Ia memeriksa apakah lantai yang tadi dipel anaknya memang sudah bersih. Dengan mata memicing Lasmi pun mengangguk.
"Hm, oke. Sana mandi!"
"Siap, Nyonya!" Andrea buru-buru mengembalikan kain pel dan ember berisi air ke belakang rumah, setelah itu bersiap mandi. Pagi ini, di hari libur yang free, Andrea ingin pergi bersama Aaron.
***
Sama seperti pertama kali bertemu, Aaron selalu mendapat pemandangan Lasmi yang mencoba untuk terlihat pantas di hadapannya. Wanita itu terus merapikan daster lusuh dan rambutnya yang acak-acakan. Seakan-akan kostum rumahan Lasmi terlalu sederhana dan tidak pantas untuk menyambut kedatangan Aaron.
![](https://img.wattpad.com/cover/208167556-288-k896816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
• One Night In the Air •
Romance(17/21+) [COMPLETE] dipublish 12 Desember 2019 - tamat 23 Januari 2019 POV 3 [Aaron & Andrea] Dia lagi, dia lagi. Setidaknya itu yang membuat Andrea muak setelah menghadapi wajah Aaron beberapa hari terakhir. Andrea pikir, lelaki itu seperti tidak a...