丨6丨ANAK BARU

18 2 0
                                    


A N A K B A R U

Seorang pemuda dengan seragam Ardewild dan rompi abu abu tengah berjalan memasuki sekolah Ardewild. Nampak berbeda disbanding siswa siswi lain yang memakai blazer. Rambutnya berwarna hitam kecoklaan dan beberapa pirang di ujung ujung rambutnya. Tampak stylish dan cocok untuk kulit putih kemerahannya. Sepertinya pemuda itu ingin menyaingi Sella dalam hal mewarnai rambut.

Rahangnya kokoh terlihat membentuk sudut diikuti perpaduan potongan rambut brushed on top –rambut atas yang dibiarkan panjang sedangkan bagian samping dan belakang dibuat tipis- serta garis line yang membelah bagian kiri rambutnya.

Matanya besar namun menjorok kedalam membuat alis matanya berada sangat dekt dengan kelopak atas matanya. Secara fisik dia termasuk golongan cowok tampan jika tidak menunjukkan wajah jengkel yang ketara dikulit putihnya.

Pemuda tersebut tampak jengkel karena terus berbelok dan kembali kelapangan berulangkali tanpa menemukan tujuannya. Karena merasa jengkel pemuda tersebut mencoba mengintip salah satu ruangan yang berada dekat dengan lapangan. Dalam ruangan tersebut banyak alat musik seperti drum, piano, bass, dan mikrofon. Saat ia melihat palang diatasnya tertulis 'band room'. Memutari ruangan band ia kembali menemukan koridor yang terdapat banyak murid yang besileweran. Sepertinya koridor ini adalah deretan kelas, pikirnya.

Menurunkan gengsi ia bertanya pada sekelompok anak kutu buku yang berdiskusi di bangku luar kelas. "Tau ruang kepala sekolah,"

Salah satu cowok berkacamata bulat menengadahkan kepalanya. "Bicara dengan siapa lo, gue?"

"Siapapun dari kalian tidak penting," jawab pemuda itu.

Cewek yang juga berkamata bulat ikut melihat kearah pemuda yang ucapannya sedikit angkuh itu. "Lo pasti kasta Raja Ratu. Maafin teman gue yang lancing,"

Dia menunduk kearah pemuda tersebut. Pemuda itu menghiraukan sikap dan perkataannya lalu kembali berujar, "Tau ruang kelas,"

Cewek yang menunduk itu mengernyit karena saking datarnya suara pemuada tersebut seperti tak punya intonasi dan irama untuk bertanya. "Lo lurus aja. Didekat kelas 1-5 ada tangga sekaligus lift untuk kepala sekolah. Lo bisa liat dilantai dua nanti ruang kepala sekolahnya berada di depan lift. Sebenarnya ada tangga yang lebih dekat disana," tunjuk cewek bekaca mata bulat itu ke kirinya.

"Tapi bakalan sulit nemuin ruang kepala sekolahnya," sambungnya lagi.

Pemuda tersebut pergi meninggalkan mereka menuju arah pertama yang disebutkan sicewek berkacamata tadi.

"Gue gak pernah liat dia disekolah," bisik anak lainnya yang sedari tadi tunduk.

"Anak baru ," balas si cewek berkacamata.

"Sombong tuh," sindir sicowok berkacamata.

"Dia kasta Raja Ratu. Bisa dicabut beasiswa lo,"

"Lo gak liat tangannya bayak plester gitu. Mungkin dia preman yang keterima jadi parkour aja,"

"Secara gak langsung lo muji dia keren,"

"Heh?"

Si anak perempuan menatapnya rendah. "Secara lo cupu,"

"Lo gak nyadar?"

Sipemuda tampan tadi sudah berdiri didepan pintu kayu yang besar. Tinggi pintu tersebut sekitar tiga meter dengan lebar dua meter. Pintu selebar dan setinggi ini malah jenis pintu tunggal bukannya pintu ganda seperti layaknya pintu mewah di hotel. Pintu tersebut juga terlihat kuno karena beberapa jejak warna yang mulai menggelap membentuk gradasi. Disisi atasnya banyak relief sulur sulur daun yang jika dilihat lebih jelas nampak membentuk sesuatu.

ArdewildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang