11. Arvie's Day

9 2 0
                                    

Nah kali ini membahas Arvie sedikit. Kalau banyak yang berfikir aku akan ngeship Arsella Arvie salah. Aku pengen nikmatin alurnya doang. Jangan lupa vote and comment

Happy Reading guys .......







Sudah beberapa minggu ini Arvie menempati Kamar yang cukup luas dibangunan Asrama ini.

Kamar ini terdapat dilantai enam. Dan cuman ada 2 kamar VIP dilantai enam ini. Walau semua murid diasrama ini beasiwa tetap saja disini juga berlaku kasta.

Bedanya kasta di Asrama ini sesuai nilai akademisnya. Semua siwa beasiswa memperebutkan menjadi kasta lantai 6 setidaknya dapat lantai 4 saja udah ok. Jarang sekali bisa sampai lantai 5. Lantai 6 mungkin tak pernah.

Setahu anak anak syarat 6 cuman Arvie yang baru sampai di lantai 6.

"Huft setidaknya gue gk usah masak , nyuci , atau hal ribet lainnya. Kok Papa tega sih ngenelantarin gue? Masih untung dikasih rumah. Papa cuman ngasih kantor yg bahkan lebih kecil dari Apartement gue di sana," Arvie masih melamun membayangkan penderitaannya di Indonesia ini.

Arvie masih ingat saat dia berjalan ke kantor cabang Papanya, kantor itu benar benar kacau.

Pegawainya yang malas malasan. Kerjaan banyak tertunda. Proyek dibatalkan. Bahkan Manager yang bertanggungjawab dikantor , korupsi besar besaran.

Jangankan manager pegawai dibawahnya saja banyak yang korupsi. Apasih yang mau dikorupsikan mereka dari kantor peot begini? Benar kata orang orang. Indonesia itu negaranya korupsi.

"Gue lupa, gue ada meeting dengan perusahaan perhotelan," Arvie segera keluar kamarnya dan mengendarai mobil sportnya.

Jangan kalian pikir mobil itu Arvie yang beli. Gajinya diperusahaan Papanya terkuras untuk membiayai Perusahaan Papanya yg benar benar kristis. Mobil sportnya disediain asramanya. Khusus lantai 6.

Dikantor Arvie dibuat pusing dengan papanya yang memutuskan kontrak kerja dengan perusahaan cabangnya sendiri. Arvie masih berjuang menaikkan reputasi Perusahaannya yg sudah beralih ketangannya. RB Group. Itulah nama perusahaan Arvie.

Arvie sudah puluhan kali memecat pegawainya yang korupsi. Arvie tak akan mengampuni pegawainya yang korupsi walau sepeserpun.

Seperti saat ini. Setelah Arvie meeting dengan perusahaan terkenal, Arvie mendapat kabar dari orang kepercayaannya. Pegawai Arvie bidang konsumsi tak lagi menyediakan makanan dengan alasan defisit.

"Kamu berani melawan saya?"suara dingin itu keluar dari Ceo RB Group.

"Tti..tidak pak," terbata pegawai konsumsi itu menjawab Arvie.

"Kamu kira saya bodoh? Apanya yang defisit? Saya sudah menyalurkan keuangan ke semua divisi termasuk konsumsi. Dan kamu tak menyediakan makan siang dengann alasan konyol? Kamu pergi dari perusahaan ini secepatnya! Saya tak mau karyawan saya tidak nyaman dengan satu orang bodoh!" Arvie membentak pegawai itu habis habisan.

Sekretarisnya yang berada diruangan itu saja gemetaran. Ratna slalu takut melihat bosnya. Tapi Ratna juga karyawan lainnya menyadari satu hal. Walau bos mereka galak, bosnya selalu menyediakan fasilitas dan gaji yang memadai. Hanya Ratna yang mengetahui bosnya masih status anak sekolah di SMA Ardewild.

"Pak jadwal meeting kosong untuk minggu ini . Tapi untuk minggu depan akan penuh. Saya permisi pak," izin Ratna secapatnya keluar dari aura mencekamkan ini.

Arvie hanya mengangguk lalu meneruskan pekerjaannya di laptop sedikit lagi.

"Gue males disini. Gue ke bascam aja," Arvie segera mengambil kunci mobilnya dan melaju ke bascamnya.

"Watsap bro," ujar Dino melihat Arvie masuk.

"Widih makin gantenga aja," basa basi Agung masih memainkan gamenya di komputernya.

Seketika satu ruangan hening. Apa yang salah? pikir Agung.

"Homo," balas Gilang. Semua tertawa geli melihat Agung.

Arvie sendiri hanya bergidik ngeri. Arvie langsung mengeluarkan gaming laptopnya. Maklum, mumpung dikasih sekolah jangan disia siakan dong?

"Jadi event?"tanya Arvie bersiap siap dengan laptop dan headsetnya.

"Wiss gini kek dari kemarin. Skuylah dompet gue udah nipis," sahut Agung.

"Guys bantu ya dari belakang. Dari utara juga. Gue sama Raka mimpin didepan," kata Dino mengatur strategi.

Tidak hanya mereka berempat yang ada di ruangan ini. Tapi masih banyak gamers cowok maupun cewek diruangan yang mereka sebut basecamp.

Mereka semua sedang mengikuti event game besar besaran. Biasanya mereka tanding antar kota saja. Tapi mereka memanfaatkan Arvie yang skillnya saja sudah terdengar dari negara paman sam sana.

"Nia lo bisa gak sih jangan maju sendirian? Arvie, kiri sini bantu gue. Gilang, Agung dan yang lainnya ke timur! Banyak mangsa. Woy Hendrick anj** sini lo," Dino masih mengatur strategi cepat sambil memaki musuh musuhnya.

Sebenarnya itu tak perlu dilakukan. Tanpa kerjasama pun Arvie bisa memenangkan event ini sendirian. Tapi Arvie ingin beradaptasi dan punya kawan untuk have fun bersama.

"Semangat guys ini hadiahnya besar!"semangat Beni ke yang lain.

"Sini sini woy bantu gue elah. Arvie anjer lo samping gue bantuin kek. Nyawa gue udah mau habis tinggal aja itu!" Beni meminta bantuan Raka.

Terpaksa Raka harus mengurusi semuanya sendiri lagi. Melihat nyawa kawan kawannya sudah menipis. Rakapun membutuhkan uang itu. Lumayan untuk menambah uang sakunya.

Uang saku yang disediakan asrama banhkan tidak sampai 5% dari yang ia gunakan sehari hari di Amerika.

"Satu lagi........ Tahan tahan! Dan.... Yessss," komando Dino lagi.

Semua bersorak senang. Ada yang berloncatan. Teriak gak jelas. Joget joget. Bahkan saling peluk. Seperti ulah Agung yang satu ini.

"Arvieeee...kita menang men. Makan makan kita. Uuuu Arvie," peluk Agung erat pada Arvie. Pasalnya Arvie jarang mendapatkan hadiah sebesar ini.

Sekali lagi semua memandang Agung jijik.
"Dasar sinting,"

"Dasar bengkok,"

"Homo lo,"

"Jeruk nyodok jeruk,"

"Malu sama titid,"

"Halah mana ada titidnya,"

"Ternyata lo jomblo karna ini?"

"Bajingan," balas Agung pada kawan kawan yang mengumpatinya.

Semua hanya tertawa melihat Agung yang marah.

"Oh ya Arvie, lo masih sibuk?"tanya Dino. Hanya Dino yang mengetahui Raka sekolah di Ardewild dan CEO RB Group. Dino itu pernah beberapa tahun di amerika dan salah satu murid Ardewild. Kecerdasannya dalam strategi perang membuat Dino diterima di Ardewild.

"Minggu ini kosong,"Arvie bersiap siap kembali ke asramanya.

"Jangan lupa besok balap," ujar Desi.

Arvie hanya mengacungkan jari jempolnya.

Begitulah keseharian Arvie. Jika dia tak ingat bahwa Arvie disuruh sekolah. Pasti Arvie masih di clubbing sampai pagi.

Tapi Arvie memilih tidur keasrama. Dan melanjutkan sekolahnya yang tidak berguna.




_________________________________________

Sebenarnya Arvie itu gimana sih? Mungkin disekolah dia lebih banyak diam, berantam sama Sella lalu ikut olimpiade. Enggak juga Arvie juga pasti punya kehidupannya sendiri.

To be continued.....









ArdewildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang