丨2丨RUMAH RANDY

6 0 0
                                    



R U M A H R A N D Y

"Randy," panggil Sella kepada pemilik rumah.

Tak ada sahutan. Sekali lagi Sella memanggil pemilik nama Randy tersebut. Dibalik pagar besi , dari luar Sella bisa melihat mobil sedan bermerek Avanza versi lama terparkir di halaman rumah sekaligus garasi disana. Pintu rumah Randy yang mengarah kedapur, dalam kedaan terbuka. Itu artinya penghuni rumah tidak sedang keluar.

Sella melihat pria tua berjalan keluar dari dalam rumah tersebut. Wajahnya tak bisa membohongi usia . Tapi dari cara berjalannya menunjukkan bahwa masih terbawa tempaan kerasnya kehidupan. Terlihat punggung tegapnya tak goyah oleh usia. Kakinya yang melangkah mantap mendukung perjalanan hidupnya. Dibalik itu semua kau tak percaya melihat pria tua berperawakan tegas itu menghampirimu dengan senyum eye smile nya.

"Syalom," kata pria tua sambil membukakan gerbang untuk Sella.

Sella mengernyit memperhatikan pria tua tersebut. "Aku mengenal mu?'

Pria tua itu mengarahkan kedua tangannya kepipi Sella lalu mencubitinya gemas. "Pertama masuk kedalam rumah seseorang kau harus mengucapkan syalom,"

"Ah. Paman cerewet?" tebak Sella. "Benar bukan?"

"Pertama kau melupakanku. Kedua kau juga lupa memberi salam. Dan yang ketiga kau mengataiku paman cerewet? Kau harus dihukum akan hal itu," kata paman cerewet itu pada Slla.

"Paman lihatlah dirimu. Belum ada lima menit kita bertemu kau sudah berbicara banyak hal ya. Memang benar bukan kau ini paman yang cerewet," ejek Sella.

"Liatlah dirimu belum ada lima menit kau berani mengejekku,"

"Sebaiknya paman belajar tentang pemproduksian kata kata sendiri. Karena ada hukum pidana bagi siapapun yang meniru hak cipta orang lain termasuk kata kata,"

"Kau mengguruiku sekarang?"

"Apa paman keberatan?"

"Beraninya bocah tengik ini,"

"Ayah sudah hentikan," tegur Randy tiba tiba. Randy sepertinya baru saja pulang dari supermarket dengan beberapa plastik belanjaan berlogo spermarket tersebut. "Ayah harus sampai adu mulut dengan Sella. Sudahlah ayah tidak baik bertengkar dengan anak perempuan ini,"

Ayah Randy terkesiap. "Kau membelanya?"

"Dan kau mengataiku anak perempuan?"

Sella serta ayah Randy mengatakan kalimat mereka masing masing dengan gaya yang amat pesis. Tangan membekab mulut, alis terangkat, seta raut muka terkejut yang dilebih lebihkan.

"Oh ayolah. Aku tak membela siapapun Ayah. Dan lo, lo emang anak perempuan Sell." Randy berlalu sambil membawa beberapa belanjaannya masuk edalam rumah lewat pintu belakang. Sella mengikuti Randy.

"Tapi Ran, gue udah SMA loh,"

"Lihat muka lo masih kelihatan bayi,"

Sedangkan dibelakang ayah Randy tersenyum samar melihat tingkah kedua keturunan adam dan hawa tersebut.

***

Dikamar Randy, Sella menceritakan kejadian yang ia alami ditaman tadi. Dengan mengganti sebutan 'pemuda tampan' menjadi 'si A' . Ketahuilah cewek manapun akan mengganti penyebutan seorang spesial menjadi inisial yang disukainya.

Randy menyimak dengan baik sambil sesekali membuka tutup lemari lemari bajunya. Randy menggumam dan sesekali mengangguk anggukkan kepalanya sesaat Sella menjeda curahan hatinya. Randy tak mengerti bagaimana para proses curahan hati wanita. Entah bagaimana cara menyambungkan titik A ke titik B dengan melewati titik Z. Diawali dengan bocah pirang berlanjut keberbagai jenis kopi yang disukai Sella.

Akhirnya setelah melalui curhatan yang panjang begitu pula dengan Randy telah menemukan apa yang dicarinya dlemarinya tadi, Randy menyadari satu hal.

"Jadi celana lo yang dari tadi gue liat basah ini tumpahan kopi?" tanya Randy memastikan.

"Iya untung aja celana gue hitam jadi gak malu maluin juga sih," Sella menyadari tatapan Randy yan berubah menjadi melotot kepada Sella. "Apa ada yang salah?"

"Nih ganti pakaian lo cepat," Randy menarik Sella bangun dari tempat tidurnya dan menyerahkan pakaian Sella yang selalu tertinggal dikamarnya setiap kali Sella menginap.

"Randy kok kasar?" tanya Sella tak mengerti mengapa Randy keliatan panik.

Randy melepas seprai serta sarung bantal dan selimut yang tadi dipakai Sella berguling ditempat tidur dan membauinya satu per satu. Dan benar saja semuanya beraroma kopi. Randy menelisik lebih dalam pada selimutnya yang berwarna coklat gelap itu terdapat beberapa ampas kopi yang menempel.

Sella memperhatikan apa yang sedari tadi dilakukan Randy pun akhirnya sadar juga. Sella cengengesan sebentar dan meminta maaf kepada Randy. Randy cuman pasrah dan segera menyuruh Sella mengganti pakaiannya. Sementara Randy sendiripergi keluar kamarnya menyerahkan selimut, seprai dan pakaian Sella kepada mbok sumire dibelakang rumahnya yang sedang mengurus pakaian kotor lainnya. Melihat Sella yang lama dikamar mandi sepertinya Sella sekaligus membershkan tubuhnya. Randy sendiri berjalan kearah ruang tamunya tepat disebelah kamar Randy.

Randy melangkah kearah piano klasik berwarna hitam dipojokan ruang tamu. Menggeser kursi panjang dibawahnya dan segera menduduinya. Membuka penutupnya dan memencet salah satu tuts putih diantara dua tuts hitam.

Tingg

Suara Re tiga oktaf lebih tinggi dari nada dasar terdengar.

Tingg

Nada Re yang sama tapi kali ini tiga oktaf lebih rendah terdengar. Randy terdiam cukup lama.

Dingg

Suara sumbang itu berasal dari sebelah nada yang terakhir kali dibunyikan Randy. Randy menoleh kesamping mendapati Sella dengan rambut basahnya duduk disamping Randy.

"Dua nada berdampingan yang dimainkan secara bersamaan akan menghasilkan nada sumbang," jelas Randy saat mendengar nada sumbang di mainkan Sella.

"Ayo mainkan lagi. Gue masih badmmod loh tentang kejadian ditaman tadi. Lo mau ngehibur gue kan? Yak kan?" pinta Sella.

"Apapun untuk nona Arsella," ujar Randy bak pelayan istana kepada Ratunya. Randy mulai menekan salah satu tutsnya lagi.

"Eittss tunggu dulu," Sella mengambil ponsel Randy yang berada disaku bajunya. "Biar lagu lo terkenal,"

"Lagu gue yang terkenal atau viewers lo yang nambah," Randy menyipitkan matanya kearah Sella curiga.

"Gak baik nuduh orang sembarangan. Berbuat baik tanpa didasari keuntungan yang mengikuti sama saja rugi besar,"

"Itu namanya lo gak ikhlas,"

"Kata orang yang bersungut sungut saat cewek cantik ini minta tolong ngerjain prnya,"

"Cewek cantik ini memaksa bukan minta tolong,"

"Randy kita beneran debatin itu lagi?"

"Memohonlah,". "Aku memohon,"

ArdewildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang