"Wen ? hey Wendy !" Irene memukul bahu Wendy yang hampir 5 menit melamun di depan pintu rumah Irene.
"aah kamu ada di rumah ?" ucap Wendy yang baru tersadar.
"ck, pikiranmu ke mana ? aku sudah berdiri di sini dari tadi" sahut Irene menatap Wendy dengan bingung.
Wendy, entah apa yang merasukinya sampai melamun "jorok" saat melihat Irene ada dihadapannya. Bahkan semua lamunannya seperti nyata, dia sudah tidak bisa membedakan yang mana khayalan dan kenyataan.
"hey, malah diem lagi. Nggak mau masuk nih ? dingin tau !" ucap Irene sembari berjalan masuk ke dalam rumahnya dan diikuti oleh Wendy yang menurut seperti peliharaan.
Wendy berjalan sembari melihat ke sekeliling rumah Irene yang begitu besar kemudian langsung duduk di sofa yang ada di ruang tengah.
"nih hot chocolate !" Irene kembali sembari membawakan segelas hot chocolate karena memang cuaca sangat dingin.
"ini rumahmu ?" tanya Wendy yang masih bingung.
"iya, memangnya kenapa ?" Irene bertanya balik.
"gimana bisa kamu punya rumah di sini ?" tanya Wendy lagi.
"kamu ngeremehin aku ?" Irene meninggikan nada bicaranya kesal.
"nggak, bukan gitu maksudku. Selama ini kamu tinggal di Korea, lalu sekarang ada di sini dengan rumah sebesar ini. Gimana kerjaanmu di sana ?" Wendy panjang lebar memaparkan kebingungannya.
Irene berdiri kemudian berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil beberapa majalah di sana dan kembali meletakkan majalah itu di meja dihadapan Wendy.
"apa ini ?" Wendy meraih majalah yang ada di depannya kemudian membuka-buka tiap halamannya.
"sebentar, ini kamu ?" Wendy berhenti pada halaman di mana ada wajah Irene terpampang di sana, Irene hanya mengangguk sembari meminum hot chocolate.
"kamu beralih profesi ?" tanya Wendy lagi.
"nggak, aku sudah lama melakukannya cuma aku nggak pernah bilang aja sama kamu" ucap Irene santai.
"woaaahhh..." Wendy menunjukkan kekagumannya dengan masih melihat majalah tersebut.
"aah iya aku hampir lupa. Ada apa kamu menyuruhku kemari ?" Wendy meletakkan majalahnya dan ingin tahu alasan Irene menyuruhnya ke rumahnya.
"aku mau kamu jadi fotographer pribadiku" ucap Irene singkat.
"hah ? fotographer pribadi ?" Wendy masih bingung.
"iyaaaa, kalau kamu nggak mau ya nggak usah" sahut Irene sinis.
Wendy berdiri, Irene sudah menyangka kalau Wendy tidak akan mau dengan tawarannya. Tapi apa yang dipikirkannya salah, Wendy malah menghampiri dan duduk di sampingnya.
"kenapa ?" tanya Irene yang sedikit gugup ditatap oleh Wendy.
"atas dasar apa kamu nawarin aku pekerjaan ini ?" tanya Wendy dengan wajahnya yang semakin mendekati Irene dan membuat salah tingkah.
"nggak ada, karena kamu fotographer terkenal di sini jadi aku ingin mencoba bekerjasama" ucap Irene dengan gugup.
"hanya itu ?" tanya Wendy lagi meyakinkan dan hanya dibalas anggukan oleh Irene.
Wendy menghela nafas panjang, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menaruhnya di meja. Sebelumnya dia menekan tombol daya untuk menonaktifkan ponselnya.
"Bae Joohyun, kamu tau nggak ?" ucap Wendy, sudah lama Irene tidak mendengar Wendy memanggil dengan nama aslinya.
"apa ?" tanya Irene mencoba mengalihkan kegugupannya.
"aa.. akuu.., aku kangen sama kamu ! aku senang kamu ada di sini" Wendy tersenyum mengungkapkan perasaan rindu yang sebenarnya telah dia pendam cukup lama.
Irene terdiam, melongo mendengar ucapan Wendy.
Wendy yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya akibat lamunan joroknya semakin mendekati wajah Irene, pelan tapi pasti dia memberanikan diri untuk mencium bibir Irene.Tidak ada penolakan dari Irene ketika Wendy mencium bibirnya, dia masih diam terpaku seperti tidak tahu harus melakukan apa.
Wendy melepaskan ciumannya, kembali menatap Irene yang masih juga diam membalas tatapannya.
"Bae Joohyun, aku sudah nunggu kamu cukup lama. Aku udah nggak bisa nahan semuanya" ucap Wendy dengan jantung yang berdegup cepat sekarang.
"kenapa kamu nggak usaha hubungi aku selama ini ?" tanya Irene yang jantungnya berdegup sama cepatnya.
"aku cuma nggak yakin dan terlalu jual mahal" jawab Wendy menunduk.
"hmm, kamu tau nggak kenapa aku pindah ke sini ?" tanya Irene pada Wendy yang masih saja menunduk, Wendy hanya menggelengkan kepalanya.
"karena aku mau kamu selalu ada di dekat aku, aku juga terlalu jual mahal selama ini" ucap Irene.
Wendy menatap Irene, senyumnya mengembang saat tahu Irene juga memiliki rasa yang sama dengannya.
Tanpa pikir panjang Wendy langsung melumat bibir Irene, keduanya saling berpagut meluapkan kerinduan yang selama ini dipendam karena jual mahal.
Wendy yang semakin menggila membebaskan tangannya untuk bergerilya di payudara Irene.
"aaaahhhhhh...." desahan panjang Irene menyeruak bersamaan dengan remasan tangan Wendy di payudaranya.
Satu persatu dilepasnya pakaian Irene, meraba seluruh bagian tubuh wanita yang sangat dirindukannya itu.
"aaaarrrgghhh !!!" Wendy berteriak seketika saat Irene menggigit bibirnya dan Irene hanya tertawa melihatnya.
"kenapa malah ngegigit ?" protes Wendy.
"kamu nakal ! kita pindah ke kamar aja" Irene menarik Wendy untuk pindah ke kamarnya melanjutkan permainan.
"lamunan jorok Wendy menjadi nyata"
THE END
sampai jumpa di cerita selanjutnyaaaaa
mau liburan dulu dan belum terpikir akan buat ff wenrene lagi, kalau aku buat tapi bukan ff masih pada mau baca nggak yaaaa ?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Miles
FanfictionBagaimana bisa 2 orang yang hanya kenal lewat sosial media bisa jatuh cinta ?