12

941 151 12
                                    

Wendy membuka-buka majalah tanpa membacanya, kepalanya rasanya semakin sakit ditambah dengan udara dingin yang menyeruak di dalam pesawat.

"Nona Bae Joohyun, ini pesanan anda" pramugari datang membawakan jus jeruk untuk wanita yang berada di samping Wendy.

"namamu Bae Joohyun ?" tegur Wendy pada wanita itu dan dibalas anggukan, "aneh banget, biasanya juga di mana-mana pasti akan balik tanya nama" ucap Wendy dalam hati.

"Nona Son Seungwan, anda membutuhkan sesuatu ?" tanya pramugari yang masih berada di lorong dekat baris seatnya.

"aah bisakah anda memberikan saya segelas air ?" pinta Wendy, pramugari dengan cekatan memberikan segelas air pada Wendy.

Wendy terdiam sesaat setelah menghabiskan segelas air, dia menghela nafasnya kemudian menyandarkan tubuhnya.

"Irene, andai saja aku bisa ketemu sama dia sebelum ke Jeju" ucapnya dalam hati yang tiba-tiba teringat dengan Irene.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Son Seungwan ? namanya tidak asing, di mana aku pernah mendengar nama itu ?" Irene berpikir dalam hati sesaat setelah mendengar nama Son Seungwan disebutkan oleh pramugari dan orang yang dimaksud ada di sampingnya.

"ya aku yakin aku pernah mendengar nama itu" ucap Irene lagi dalam hati.

"hey, nggak tidur ?" wanita bernama Son Seungwan tiba-tiba menegurnya.

"nggak" jawab Irene singkat.

"kalau begitu, mau nggak kamu bangunin aku pas landing nanti ? kepalaku sakit, aku mau tidur" pintanya.

Belum sempat Irene menjawab, wanita yang seperti hamster di sampingnya sudah memejamkan matanya. Irene menghela nafas merasa kesal dengan wanita yang ada di sampingnya, apalagi dia juga merasa malu dengan kejadian sebelumnya hanya karena seat.

Wendy pun langsung tertidur karena kepalanya begitu sakit, tanpa sadar dia mengeluarkan suara lenguhan. Irene yang merasa terganggu dengan suara itu langsung berbalik ke arah Wendy. Tadinya Irene ingin protes karena itu sangat mengganggunya, tetapi niatnya dia urungkan karena dia melihat wajah Wendy yang berkeringat dan begitu pucat.

"dia beneran sakit ?" pelan-pelan Irene memberanikan diri memeriksa suhu tubuh Wendy dengan memegang dahinya, dan benar saja Irene terkejut ketika merasakan suhu tubuh Wendy begitu panas.

"gimana nih ? aku harus apa ?" Irene panik sendiri.

Irene mencoba memeriksa papperbag yang ada didekat kaki Wendy, dan dia sangat bersyukur karena isinya sebuah coat.

"ini manusia udah tau sakit tapi coatnya nggak dipakai" Irene langsung menutupi tubuh Wendy dengan coat tersebut.

Beberapa menit kemudian, Irene tersadar. Coat tersebut seperti coat pemberian seseorang saat dia kedinginan kemarin, "ya, pewangi pakaian ini kan yang sekarang aku pakai dan papperbag ini juga milikku. Iya benar coat ini yang kemarin dia beri" Irene bicara dalam hati.

"ini beneran orang yang kemarin ? dari rambutnya sih iya" Irene masih bicara dalam hati sembari memperhatikan wajah Wendy.

Tak lama, Wendy terbangun dengan terbatuk-batuk. "apa ini kenapa wanginya nyengat banget ?" Wendy sedikit berteriak dan menunjukkan ekspresi ingin muntah. Melihat hal itu Irene langsung menunjukkan wajah kesal, dilihatnya Wendy melemparkan coatnya dan terjatuh dilantai.

Dengan sabar dan menahan emosi, Irene meraih coat tersebut yang ada di lantai.

"kamu itu demam, makanya aku pakein coat ini" ucap Irene masih menahan emosinya.

A Thousand MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang